Minggu, 28 Maret 2010

Seeker Services

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI JAKARTA
Mata Kuliah : Sejarah Rumpun Liturgi
Dosen : Rasid Rachman
Nama : Sendang Arum Nindiarti Widadi
Semester : 8 (Delapan)


I. Pendahuluan
Seeker services adalah dua buah kata yang cukup asing di telinga kita. Bagaimana tidak? Kehadirannya di Indonesia pun belum dapat dijumpai sampai saat ini. Seeker services adalah jenis ibadah baru yang ditemukan di Willow Creek Community Church dan di Saddleback Valley Community Church. Dua tokoh yang cukup berperan dalam perjalanan Seeker adalah Bill Hybels dan Rick Warren. Bill Hybels memimpin Willow Creek Community Church, dan Rick Warren memimpin Saddleback Valley Community Church. Seperti apakah Seeker services itu? Bagaimana bentuk ibadah mereka? Apa pandangan teologi yang mendasari ibadah mereka? Dan sudah sejauh mana perkembangannya saat ini? Kita akan bersama-sama melihat dan mempelajari melalui paper yang telah tersaji ini.

II. Apakah Seeker?
Seeker sevices adalah alternatif ketiga dalam ibadah kontemporer. Ibadah Seeker terjadi empat kali: pada Sabtu malam dan Minggu pagi. Gerejanya dapat dijumpai di kampus yang besar dan lebih menyerupai mall daripada gereja. Kertas-kertas informasi, bukan buletin ibadah, dibagikan pada saat ribuan orang pindah ke sebuah auditorium dengan teknologi tinggi. Ansambel profesional menghangatkan pengunjung dengan musik kontemporer. Lalu sebuah tim drama menyajikan pokok persoalan hari itu. Pokok persoalan itu bergerak terus mulai dari kematian, perceraian, perubahan pekerjaan, kelahiran anak. Lalu seorang guru muncul dan berbicara tentang persoalan yang sedang berkembang. Guru itu mengatakan bahwa Kristus memiliki solusi untuk masalah sehari-hari, lalu ia menghampiri pengunjung untuk datang pada ibadah para pengikut pada hari Rabu dan Kamis malam. Persembahan diedarkan, namun pengunjung tidak dianjurkan untuk memberikan persembahan, bernyanyi, atau mengatakan apapun kecuali mereka benar-benar berkeinginan. Kira-kira 15.000 orang datang ke ibadah mingguan ini. Komunitas pemuja di sekitar Amerika Serikat, termasuk Saddleback Valley Community Church di California dan Community of Joy di Phoenix, sekarang juga menawarkan ibadah Seeker.
Seeker services adalah bentuk ibadah yang baru dan unik untuk budaya kita, dan merupakan ibadah yang paling membangkitkan minat dari ketiga jenis ibadah kontemporer lainnya. Mereka menawarkan Yesus kepada yang bukan atau yang belum bergereja (unchurched or prechurched) yang tidak berkembang di gereja dan tidak terbiasa dengan bahasa atau budaya agama tradisional. Tujuan ibadah Seeker bukan untuk memperoleh anggota baru melainkan untuk memperkenalkan orang-orang yang belum percaya pada Yesus bahwa mereka mungkin memiliki hubungan yang bersemangat dengan Yesus.
Ibadah Seeker mengkoreografikan persoalan kehidupan nyata. Melalui kata, suara, penglihatan, dan aksi, mereka menyajikan masalah-masalah dan menawarkan solusi. Kebutuhan para Seeker, yaitu: untuk mempelajari siapakah Tuhan, apakah tujuan kehidupan, bagaimana mengampuni, bagaimana menghadapi hubungan, bagaimana menghadapi penderitaan. Karakteristik utama ibadah ini adalah drama (melalui monolog, lakon pendek, atau teater) yang meminta pertanyaan kaum Seeker sebagai prolog untuk komentar guru. Seluruh ibadah Seeker bersifat informatif, menghadirkan Yesus untuk orang yang merasa berdosa ataupun patah hati tetapi bebal. Pemimpin tidak memaksa pengunjung untuk bergabung dan mengundang orang untuk menikmati pengalaman.
Latar ibadah Seeker lebih seperti teater daripada gereja. Di sana terdapat bangku yang tidak ada sandarannya dan sebuah wireless. Sebuah layar proyeksi video menampilkan potongan gambar dari televisi dan film. Orang-orang duduk dalam kursi yang nyaman atau mengelilingi meja untuk memfasilitasi percakapan. Tidak ada buletin ibadah yang memandu. Bentuk ibadah bergantung pada topik hari itu. Pengajaran cenderung tematis, bersifat menjelaskan, dan didaktik, dengan pastor sebagai pemimpin perjalanan ziarah spiritual.
Tim ibadah – termasuk pembicara, band, pemimpin band, penata lampu, sutradara atau tim drama, penyanyi, koreografer, penari – memimpin ibadah. Musik bergantung pada permintaan pengunjung. Ibadah menggunakan musik rock, jazz, rap, country, rhythm and blues, atau musik rakyat. Instrumen perkusi dan tape menemani nyanyian. Dress code berubah-ubah, bergantung pada keinginan atau permintaan pengunjung. Misalnya: pembicara menggunakan sepatu cowboy memimpin ibadah country; seorang guru menggunakan kemeja Oxford.
Contoh lagu-lagu yang biasa kaum Seeker nyanyikan dalam ibadah mereka adalah: “He Is Our Peace”, “I Cast All My Cares upon You”, “You Are My Strength”, dan “Not By Might”.

II. Sejarah dan Latar Belakang Teologi
Seeker services yang asli masih ditemukan di Willow Creek Community Church, di pinggir kota Chicago. Willow Creek Community Church dimulai pada saat Bill Hybels diinspirasi oleh pelayanan para pemuda dari South Park Church yang sukses, di mana ia menjadi pemimpin, dan mencoba untuk memulai sebuah gereja yang menggunakan pengajaran Alkitab yang relevan, musik dan drama. Pada tanggal 12 Oktober 1975, gereja ini pertama kali bertemu, menyewa Teater Willow Creek di Palatine, Illionis. Pada tahun 1977, gereja membeli 90 acres (ukuran tanah) di Selatan Barrington untuk membangun gedung gerejanya sendiri. Ibadah perdana dilakukan di gedung baru pada bulan Februari 1981. Sejak itu, gedung tersebut dibuat dua kali lebih besar dan mereka menambah kepemilikan tanah mereka menjadi 155 acres. Sekarang mendekati 100 pelayan yang direncanakan untuk melayani berbagai kebutuhan bagi usia yang berbeda dan bagi kelompok-kelompok.
Willow Creek Community Church memiliki misi: “Mengembalikan orang-orang yang belum percaya untuk mempersembahkan diri secara penuh menjadi pengikut Yesus Kristus”. Gereja mendasarkan kepercayaan mereka pada Alkitab, menyatakan bahwa Alkitab diinspirasi oleh Allah, tidak dapat salah, dan kekuasaan terakhir pada unsur-unsur yang melindunginya. Berdasarkan pengertian pada Alkitab, gereja menggambarkan beberapa konklusi:
• Hanya ada satu Tuhan, yang abadi berada dalam tiga pribadi – Bapa, Anak dan Roh Kudus – masing-masing memiliki semua sifat ke-Allah-an.
• Manusia diciptakan oleh Allah untuk memiliki persekutuan dengan Allah, namun oleh karena penolakan mereka kepada Allah, mereka membutuhkan anugerah Allah yang menyelamatkan, yang harus diterima secara perorangan dengan penyesalan dan iman, dengan maksud untuk mengakhiri pemisahan dari Allah.
• Yesus Kristus hidup dalam dunia yang penuh dosa dan mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa-dosa manusia dengan kematian-Nya pada kayu salib. Pengorbanan-Nya menawarkan keselamatan untuk setiap yang percaya pada Yesus. Dia bangkit dari mati dan menjadi mediator antara manusia dengan Allah. Kristus akan kembali ke dunia untuk menyempurnakan sejarah.
• Roh Kudus membawa para pendosa kepada Kristus dan memperlengkapi orang-orang yang percaya untuk bertumbuh secara pribadi dan melayani gereja
• Peraturan gereja adalah untuk memuliakan Allah dan melayani siapa saja yang membutuhkan.
• Pada akhirnya, setiap orang akan memiliki pengalaman kebangkitan tubuh dan penghakiman terakhir. Mereka yang diampuni melalui Kristus akan menikmati persekutuan abadi dengan Allah.

III. Peran Pendiri (Tokoh) dalam Pembentukan Liturgi
Pada tahun 1982 Bill Hybels mengunjungi sebuah gereja karismatik selama liburan musim panasnya. Bill mengalami jenis ibadah yang diimpi-impikan selama ini – ibadah yang kaya dan yang sepenuh hati, di mana kehadiran Tuhan sangat dalam dan nyata, dan di mana hatinya diubahkan sebagai hasil dari kedatangannya di sana. Setelah kembali dari liburannya, pengikutnya mulai belajar untuk beribadah. Selama tiga bulan berikutnya, Bill mengajarkan tentang ibadah. Dia mengajar tentang karakter dan kekuatan Tuhan, yang mengetahui bahwa ibadah kita kepada Tuhan hanya dapat bertumbuh jika kita membawa serta hati kita kepada-Nya. Dia mengajar tentang apakah ibadah dan memberi visi apakah artinya datang beribadah dengan berharap bertemu dengan Tuhan. Dia juga mengajar bahwa adalah tanggung jawab kita untuk membawa sesuatu ketika beribadah. Kita datang untuk membawa kepada Tuhan cinta dan ucapan syukur. Tugas tim ibadah adalah memberikan kepada kita kesempatan terbaik untuk membawa itu semua (cinta dan ucapan syukur). Ketika kita datang untuk beribadah, kita datang untuk bertemu Tuhan.
Ibadah Seeker hadir dalam 2 gaya utama: partisipasi yang tinggi dan penampilan yang tinggi. Gaya partisipasi yang tinggi, seperti di Saddleback Valley Community Church, adalah campuran ibadah Seeker dengan ibadah Praise and Worship. Di Saddleback, orang-orang yang belum percaya diundang untuk melihat ibadah orang-orang percaya lalu bergabung pada saat mereka telah merasa nyaman. Gaya penampilan yang tinggi, seperti di Willow Creek, menggunakan musik keagamaan dan sekuler kontemporer, drama, dan pengajaran dasar-dasar Kristen.
Rick Warren, seorang pastor senior di Saddleback Valley Community Church, menulis ada tiga elemen yang tidak dapat diubah dalam ibadah Seeker, yaitu:
1. memperlakukan orang-orang yang belum percaya kepada Yesus dengan cinta dan hormat;
2. menghubungkan ibadah dengan kebutuhan mereka;
3. mampu memahami sikap orang lain. Tugas evangelis dari ibadah Seeker adalah menyediakan langkah-langkah untuk memasuki serambi gereja dan rumah tangga gereja, atau, dalam bahasa teologi tradisional, sebuah pra-katekisasi yang menawarkan anugerah. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan Yesus kepada orang-orang yang belum mengenal-Nya.

IV. Pandangan terhadap Ibadah Gereja-gereja Arus Utama
Ibadah Seeker tidak mengerti ataupun menghargai ibadah Liturgical atau ibadah Praise and Worship, yang menggunakan bahasa dan aksi tradisional. Orang-orang yang belum ke gereja ingin menyembah tanpa nama dan memiliki kebebasan untuk tidak ikut serta. Kaum Seeker percaya bahwa Tuhan telah memanggil mereka untuk menjangkau orang-orang yang belum ke gereja di sekeliling wilayah timur Orlando dan untuk menjadi gereja di mana akan menjadi murid dan pengikut Yesus Kristus. Mereka ingin mengembangkan pelayanan mereka menuju pertumbuhan gereja, pelatihan kepemimpinan, dan mengirim misionaris, mengembangkan kelompok kecil, pelayanan di segala usia.

V. Kesimpulan dan Penutup
Dengan melihat penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kaum Seeker ingin membuat “jalur baru” melalui perkumpulan Seeker-nya. Mereka menganggap bahwa ibadah Gereja-gereja Arus Utama kurang mempedulikan orang-orang yang belum bergereja atau orang-orang yang belum percaya pada Yesus. Namun, bukan berarti Kaum Seeker tidak menghargai sama sekali ibadah ataupun pandangan gereja-gereja arus utama. Ada pula beberapa unsur dari ibadah gereja-gereja arus utama yang mereka ambil dan gunakan di dalam ibadah mereka, seperti waktu ibadah di hari Minggu.
Gereja-gereja Arus Utama seolah-olah hanya memperhatikan orang-orang yang sudah menjadi komunitas mereka, yaitu orang-orang yang sudah menerima Yesus dalam hidup mereka. Sementara itu, Kaum Seeker mencoba menerobos pandangan Gereja-gereja Arus Utama tersebut dengan mengadakan ibadah terbuka, untuk orang-orang yang belum mengenal Yesus dan belum bergereja. Kaum Seeker menjangkau mereka dan memberi kebebasan kepada mereka untuk mengikuti ibadah Seeker serta untuk memilih imannya sendiri (dalam arti: tidak ada paksaan bagi orang-orang yang belum mengenal Yesus yang mengikuti ibadah Seeker untuk menjadi pengikut Yesus). Mereka dipersilahkan untuk hadir, melihat, mendengar dan merasakan ibadah Seeker. Jika mereka telah merasa nyaman, maka mereka dapat menentukan pilihan untuk menjadi murid Yesus. Sayangnya, di Indonesia Kaum Seeker belum ditemui (setidaknya menurut pemantauan penulis), sehingga contoh ibadah Seeker di Indonesia tidak diberikan.



DAFTAR PUSTAKA

Basden, Paul A. Exploring The Worship Spectrum. Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2004.
Langford, Andy. Transitions in Worship: Moving from Traditional to Contemporary. Nashville: Abingdon Press, 1999.
Webber, Robert E. Blended Worship: Achieving Substance and Relevance in Worship. Massachusetts: Hendrickson Publishers, 1994.
http://en.wikipedia.org/wiki/Willow_Creek_Community_Church
http://www.willowcreekchurch.org/templates/cla17aq/details.asp?id=23247&PID=68233

Kamis, 11 Maret 2010

SEEKER

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI JAKARTA
Nama : Rahel Sermon Harapani Daulay
Semester : 8 (delapan)
Mata Kuliah : Sejarah Rumpun Liturgi
Dosen : Pdt. Rasid Rachman M. Th.

Seeker Service

I. Pendahuluan
Beberapa minggu terakhir kita telah diperkenalkan pada beberapa jenis liturgi yang masih eksis dan senantiasa berkembang hingga dewasa ini atau sering dikenal dengan istilah liturgi kontemporer. Saat ini topik pembahasan kita masih seputar liturgi kontemporer yang dispesifikkan pada liturgi Seeker (Seeker Service). Liturgi ini jarang ditemui di Indonesia oleh karena perkembangannya di Indonesia belum terdengar. Liturgi seeker ini sangat berkembang terutama di wilayah Amerika. Konsep dan tata cara yang dikembangkan dalam liturgi seeker ini agak sedikit berbeda dibandingkan dengan liturgi-liturgi yang sedang berkembang saat ini. Konsep liturgi dilandaskan pada suatu pemahaman teologis yang partikular. Liturgi ini memiliki keunikan tersendiri dan lewat keunikan yang dinilai mampu menyentuh kebutuhan spiritual itulah banyak orang tertarik mengikuti ibadah ini.

II. Apa itu Seeker Service?
Berbicara mengenai Seeker Service, kita bisa melihat bahwa setiap liturgi merupakan Seeker Service yang dibuat untuk menghormati dan memuliakan Dia (The Seeker) yang mencari penyembah-penyembah yang benar, yaitu yang melandaskan penyembahannya pada Firman Tuhan. Kita manusia harus menjadi Seeker Sensitive, artinya orang-orang yang peka terhadap panggilan Allah (The Seeker). Berangkat dari pemahaman teologis inilah mulai dikembangkan Liturgi Seeker (Seeker Service) yang merupakan sebuah bentuk evangelisasi yang tidak hanya sekadar ibadah aktual. Liturgi ini didisain sebagai suatu seruan orang-orang yang belum mempunyai latar belakang agama dan juga sebagai suatu wadah bagi orang percaya (believers) untuk membawa jiwa-jiwa yang mereka cari. Yang menjadi tujuan utama liturgi seeker ini adalah untuk mengkhususkan ibadahnya sebagai sebuah ibadah yang menekankan pada pertumbuhan orang Kristen dan secara khusus mencari jiwa-jiwa yang belum percaya (non-believing friends). Melihat dari pengertian dan tujuan yang dijabarkan di sini, liturgi seeker pada dasarnya tidak membawa kita menjauhi pemahaman yang ada tentang gereja-gereja saat ini. Bisa dikatakan bahwa hampir seluruh gereja mempunyai tujuan dan prinsip yang sama mengenai pertumbuhan gereja. Namun, yang berbeda adalah bagaimana pengaktualisasian pemahaman tersebut dalam tata cara peribadahan mereka.

III. Latarbelakang Sejarah Liturgi Seeker
Kelompok seeker mulai muncul di masyarakat pertengahan tahun 1970-an. Kelompok yang berinisiatif tersebut merupakan orang-orang yang pada dasarnya sudah terdaftar dalam keanggotaan gereja tradisional dan mereka juga mewarisi pemahaman kekristenan mereka dari gereja mereka tersebut. Liturgi seperti ini didisain untuk kaum muda (profesional muda) sampai orang tua. Oleh sebab itu tata caranya juga menyesuaikan dengan rentang usia tersebut.

a. Pergumulan teologis sebagai latarbelakang
Niat mereka untuk membuat liturgi seeker diawali dengan pergumulan yang melihat serta mempertanyakan keberadaan gereja-gereja (tradisional) pada saat itu melihat masih banyak orang-orang yang belum percaya dan belum memiliki keanggotaan di gereja. Oleh kelompok tersebut, gereja pada saat itu dirasa kurang mampu berkomunikasi dengan orang-orang yang belum belum mengakui imannya (unchurched). Artinya ketika seseorang yang belum mengenal gereja dibawa masuk ke dalam gereja, mereka akan sangat merasa asing dengan dunia tersebut. Mereka akan menemukan musik yang berbeda dan tidak familiar bagi mereka. Bahkan terkadang gereja juga menggunakan bahasa yang terlalu sulit untuk menyampaikan pengajaran Firman Tuhan kepada umat. Jangan sampai ketika kita membawa orang-orang baru ke gereja seolah seperti membawa mereka ke planet Mars.
Berangkat dari pergumulan inilah liturgi Seeker mulai bertumbuh. Dengan titik tolak pemahaman bahwa semua orang jangan sampai tinggal dalam dunia yang jauh dari Allah dan tidak mengenal Kristus. Banyak orang-orang yang seperti ini di luar sana dan mereka semua harus diperkenalkan dengan Injil. Dengan demikian dibentuklah sebuah liturgi yang dianggap mampu mengena kebutuhan spiritual manusia.
Satu minggu orang-orang telah bergelut dengan berbagai macam pekerjaan dan mungkin tanpa pernah berhenti sebentar untuk berdoa dan membaca Firman Tuhan. Kemudian pada hari minggunya, kita pergi ke gereja bernyanyi, duduk atau mengangkat tangan. Hal seperti ini dinilai sebagai sebuah kemunafikan (hypocritical). Ibadah bukanlah sesuatu yang hanya dilakukan beberapa jam dalam satu hari, akan tetapi ibadah sudah seharusnya menjadi gaya hidup yang dilakukan setiap saat. Pemahaman teologi ini merupakan latarbelakang untuk menciptakan sebuah liturgi yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan para profesional tersebut. Penyembahan yang seperti inilah yang ingin dikembangkan oleh kelompok seeker.
Untuk mengawali konsep liturgi ini kelompok seeker mulai memasukkan drama dan musik kontemporer yang dapat membawa hati kepada Allah. Ibadah biasa dilakukan beberapa hari dalam seminggu (di sore hari) dan minggu pagi. Pada hari minggu ibadah dilakukan pagi-pagi sekali, dengan asumsi bahwa orang-orang yang datang mungkin harus menghadiri gerejanya masing-masing. Ibadah seeker ini biasanya diisi dengan drama-drama yang ceritanya menggambarkan kehidupan sehari-hari, ada juga slide-show dengan multi media yang menampilkan gambar-gambar realitas kehidupan, terkadang diisi juga dengan menonton dan refleksi bersama.

b. Tokoh-tokoh dalam liturgi seeker
Seorang pendeta senior, Bill Hybels, merupakan salah satu pendiri gereja yang menggunakan liturgi seeker. Pengalamannya diawali ketika ia menghadiri sebuah ibadah karismatik (South Park Church’s youth ministry). Ibadah tersebut menjadi inspirasi baginya untuk menciptakan sebuah liturgi yang selama ini telah diimpikannya, yaitu suatu liturgi yang kaya dan menyentuh, di mana kehadiran Allah dirasakan begitu dalam dan nyata dan setiap hati dapat mengalami perubahan, dan menggunakan musik, drama, serta pengajaran Alkitab yang relevan. Usaha untuk merealisasikan itu dilakukan oleh Bill secara perlahan-lahan. Bill mulai mengajarkan jemaatnya mengenai penyembahan yang benar dan bagaimana kita seharusnya melakukan ibadah kita kepada Allah. Langkah Bill Hybels kemudian sepertinya telah membawakan sebuah hasil, pada tanggal 12 Oktober 1975, Bill membuat satu persekutuan dengan menyewa sebuah gedung teater di Willow Creek, Palatine. Persekutuan kecil itu kemudian berkembang dan bertumbuh menjadi sebuah gereja Willow Creek Community Church.
Rick Warren, seorang penulis terkenal dan seorang pendeta di gereja Saddleback Valley Community Church, merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam pertumbuhan liturgi seeker. Gereja yang didirikannya tersebut merupakan gereja yang lahir dari pengalaman yang sama dengan liturgi seeker. Namun, menurutnya banyak kritik yang bermunculan berkenaan dengan liturgi semacam ini. Dikatakannya bahwa liturgi seeker dikemas hanya untuk memenuhi kepuasan konsumen. Dalam hal ini ibadah tersebut hanya untuk memberi kepuasan kepada orang-orang yang belum percaya. Warren sendiri menanggapi kritik tersebut dengan mengatakan bahwa yang benar adalah ibadah itu dilakukan untuk memuaskan Someone. Artinya Allah (The Seeker) merupakan tujuan ibadah.
Warren merupakan orang yang cukup menekankan praktis dalam teologinya. Dia menulis 3 hal yang menjadi elemen penting dan tidak dapat dinegosiasikan lagi dalam liturgi Seeker:
1. Memperlakukan orang yang belum percaya dengan kasih dan hormat
2. Mengaitkan ibadah dengan kebutuhan mereka
3. Menyampaikan Firman Tuhan dengan praktis, dan mudah dimengerti.
Tujuan utamanya adalah memperkenalkan Yesus kepada orang-orang yang sama sekali belum mengenal Dia.
Rob Frost, evangelis dari British Methodist Church, merupakan orang yang mendukung gaya liturgiseeker. Kontribusi Frost bagi kelompok seeker yaitu melayani orang-orang di pub-pub dan tempat-tempat umum di Inggris lewat drama teaterikal dan sebagainya, kemudian mengajak mereka untuk bergabung dengan jemaat di kapel Methodist setempat.

IV. Perkembangan Liturgi Seeker
Liturgi Seeker yang asli dapat ditemukan di Willow Creek Community Church, di sebuah kota kecil di Chicago, Baringgton Selatan, Illinois. Didirikan oleh Bill Hybels. Pada awal berdirinya gereja ini melakukan ibadahnya di gedung teater di Willow Creek, sebagai pengganti gedung gereja. Kenyamanan tempat dan lahan parkir yang luas menjadi hal yang cukup diperhatikan. Ibadah dilakukan pada hari Rabu, Kamis sore, Sabtu malam, dan pada Minggu pagi biasanya dilakukan outreach. Jemaat akan datang dan membawa teman-temannya (yang belum percaya) untuk diperkenalkan dengan iman Kristen dan komunitasnya. Pada hari itu konsep ibadah yang disajikan berupa presentasi tentang Injil lewat hiburan Kristen (drama, musik, dll), kesaksian iman jemaat, sebuah sermon tentang isu kehidupan nyata yang kemudian direfleksikan berdasarkan sudut pandang Kristen. Yang bertugas dalam ibadag merupakan tim-tim yang cukup profesional di bidangnya masing-masing (drama, musik band, penyanyi, dll). Dalam liturgi ini yang biasa dilakukan adalah bernyanyi (dengan model praise and worship), dan melakukan perayaan Perjamuan Kudus setiap bulannya.
Willow Creek merupakan gereja yang sangat berkembang di Amerika Utara dan merupakan gereja terbesar kedua di United States. Asosiasi Willow Creek berkembang sangat pesat dalam melakukan pelayanan bagi orang-orang yang belum percaya (unchurched). Menurut Webber, liturgi seeker dianggap dapat memenuhi dan menyentuh kebutuhan seseorang, yaitu mengarahkan jemaat kembali kepada Allah di dalam ketersesatannya. Dengan ibadah seperti ini, gereja membantu umat untuk mendengar suara Allah dalam kehidupan mereka dan merasakan sentuhan yang Ilahi.
Contoh liturgi Seeker yang lain adalah Saddleback, gereja yang didirikan oleh Rick Warren. Warren mengawali gerejanya tersebut dengan langsung menspesifikkan ibadahnya pada tujuan untuk pertumbuhan Kristen dan mencari orang-orang yang belum percaya. Warren agaknya mempunyai pemikiran-pemikiran yang praktis mengenai gereja dan ibadahnya, seperti 3 hal yang dikemukakan di atas.
Perkembangannya di Indonesia, agaknya kurang bisa dispesifikkan. Jika melihat dari beberapa konsep ibadah dan tata liturgi yang diterapkan dalam liturgi Seeker, maka kita bisa menemukan persamaannya di beberapa gereja di Indonesia. Ada beberapa ciri ibadah seeker ini yang mirip dengan ibadah yang ada di Indonesia. Contohnya seperti pelayanan menjangkau orang-orang di pub (tempat-tempat yang sekuler sifatnya), di Indonesia Gereja Tanpa Tembok, yang didirikan oleh Frangky Sihombing, juga merupakan gereja yang mempunyai tujuan ke arah sana.
Jika dilihat dari ciri yang menyajikan ibadah dengan tim-tim yang profesional (artis), maka kita juga menemukan persamaannya dengan JPCC (Jakarta Praise Community Church), di mana para petugas yang berpartisipasi dalam ibadah merupakan orang-orang yang profesional di bidangnya. Rentang usia yang menjadi sasaran Willow Creek Community Church, yaitu sekitar 25-50 (usia pekerja), juga memiliki kesamaan dengan JPCC, yang sasaran ibadahnya adalah usia sekitar 20-45 (usia pekerja juga).
Dari persamaan-persamaan di atas kita bisa simpulkan bahwa pengaruh liturgi Seeker sebenarnya sudah masuk ke Indonesia. Namun, istilah liturgi Seeker belum familiar di telinga masyarakat Indonesia.

V. Pandangan Gereja Seeker terhadap Gereja Arus Utama
Lahirnya gereja seeker tidak lepas dari partisipasi beberapa orang yang sebelumnya telah mengakui imannya di gereja-gereja tradisional (arus utama). Hanya saja yang berkembang dalam pemikiran mereka adalah bahwa gereja arus utama kurang mampu atau terlalu miskin dalam hal memperkenalkan Injil kepada orang-orang yang belum percaya. Kaum Seeker menganggap gereja arus utama terlalu sulit untuk dimengerti dan dengan kekakuan di dalamnya gereja dianggap sebagai sebuah dunia yang asing bagi orang-orang yang unchurched.
Sekalipun demikian gereja Seeker agaknya bukan menjadi sebuah pelarian, melainkan hanya untuk berusaha mengatasi pergumulan dan kepedulian spiritual kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus. Gereja Seeker bukanlah sebuah gereja yang sifatnya menarik keanggotaan jemaat, melainkan mereka tetap terbuka dan memberi kebebasan kepada pengunjungnya untuk beribadah ke gerejanya masing-masing. Oleh sebab itu ibadah Seeker dilakukan di luar jam peribadahan minggu pada umumnya.


VI. Penutup
Seeker Service atau liturgi Seeker merupakan sebuah wadah untuk memperkenalkan Injil dan Kristus melalui cara-cara yang tidak jauh berbeda dengan apa yang biasa ditemui sehari-hari. Konsep yang dikemas dalam liturgi seeker ini sengaja dibuat sedemikian rupa, dalam upaya agar orang-orang yang menjadi sasaran dapat masuk tanpa merasa asing dan dia pun dapat lebih flexibel dalam kehidupan spiritual pribadi.
Dari konsep liturgi seeker yang kita lihat pada Willow Creek Community Church ini, ada 4 hal yang cukup ditekankan dalam ibadahnya:
1. Tempat peribadahan yang nyaman, beserta lahan parkir yang luas.
2. Penampilan tim-tim profesional sebagai Christian Entertainment (baik dalam hal musik maupun drama)
3. Isi dari ibadahnya adalah pembahasan isu-isu terkini dan mencoba mengaitkannya dengan Firman Tuhan
4. Memperlakukan orang-orang yang belum percaya atau belum memiliki keanggotaan gereja (unchurched people) dengan kasih, karena mereka merupakan yang menjadi sasaran dari ibadah ini.
Liturgi seeker, menurut saya, memiliki kelebihannya yaitu mampu memahami dan menyajikan isi Alkitab lewat hal-hal yang bisa diterima oleh masyarakat luar. Namun, sekalipun demikian dia tetap bukan liturgi yang terbaik untuk dapat membawa umat bisa mengenal dan menghayati Allah dalam hidupnya. Setiap liturgi memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri. Apakah liturgi itu baik atau tidak, itu dapat kita lihat setelah ia berhasil atau tidak menunjukkan wujudnya (menjadi kesaksian iman) dalam pengalaman spiritual setiap individu.

Daftar Pustaka
Basden, Paul, et. al. 2004. Exploring the Worship Spectrum 6 Views. Michigan:
Zondervan.
Langford, Andy. 1999. Transitions in Worship. Nashville: Abingdon Press.
Webber, Robert (ed.). 1993. Introducing Worship Renewal, Massachusetts:
Hendrickson Publishers.
_____________. 2000. Blended Worship. Massachusetts: Hendrickson Publishers.


www.challies.com, “Worshipping The Seeker”, 28 September 2004.
www.challies.com, “Seeker Services”, 25 Oktober 2004.
www.challies.com, “Thought of Worship”, 19 September 2004.

Senin, 01 Maret 2010

SEEKER

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI JAKARTA
Nama : Andre, Lucie Kristinawati
Semester : VIII (delapan)
Mata Kuliah : Sejarah Rumpun Liturgi
Dosen : Rasid Rachman
Ibadah Kontemporer:
Seeker

Pendahuluan
Pada saat ini banyak konsep ibadah yang ditawarkan oleh berbagai kelompok. Penambahan ornamen dalam ibadah, pengemasan ibadah yang lebih menarik, dan banyak lagi. Dalam paper ini penulis menampilkan tawaran konsep ibadah dari Willow Creek Community Church.
Apakah seeker?
Willow Creek Community Church dimulai dengan pandangan akan hubungan yang baru tentang gereja Allah saat ini. Komunitas ini berasal dari kelompok anak muda yang kecil di South Park Church di Park Ridge, tepatnya di sebelah barat laut pinggiran kota Chicago. Kelompok anak muda ini disebut Son City (anak kota).
Bill Hybels, murid dari Trinity College di Deerfield, sekitar awal tahun 1970-an, memulai pengembangan Son City untuk orang-orang yang tidak percaya dan Son Village (anak desa) untuk orang-orang percaya. Dia mengajarkan murid-muridnya tentang visi dan cara menjangkau teman-teman mereka untuk melihat Injil dengan sudut pandang yang baru.
Setelah kelulusannya dari universitas, Hybels bersama dengan Dr. Gilbert Bilezikian, yang pada waktu itu mengajar di Trinity College, dan kelompok pria dan wanita yang memimpin Son City, mendirikan Willow Creek Church. Mereka juga mengajak orang tua dari para anak muda untuk masuk pelayanan Son City.
Kelompok ini berkembang sampai tiga kali lipat. Adapaun kegiatan mereka, pertama, membuat biblical comunity. Kedua, mereka menjangkau orang-orang yang belum pernah ke gereja dan merealisasikan pengalaman hidup yang belum pernah didapat. Ketiga, mereka berjanji untuk memperlihatkan kebijaksanaan Kristus. Maksudnya, mereka bukan sekedar memenangkan jiwa yang hilang bagi Kristus tetapi mereka juga berjanji melakukan pengajaran Kristus.
Musik kontemporer, drama, dan pengajaran Alkitab memiliki hubungan yang tinggi dengan para murid, ibadah ini bertumbuh dari sedikit remaja hingga 1000 murid. Tidak ada seorang pun yang dikejutkan atau diinspirasikan oleh tanggapan/respon dari pemimpin-pemimpin pelayanan yang muda. Mereka menyewa bioskop Palatine, mereka meresmikan gereja dengan optimis yang besar pada tanggal 12 Oktober 1975 (meski yang hadir pada waktu 125 orang). Bahkan pada minggu berikutnya, orang yang hadir semakin sedikit. Tetapi mereka tetap melakukan ibadah dan orang-orang mulai meresponnya. Namun dalam 3 tahun berikutnya, orang yang hadir sekitar 2000 orang. Pada tahun 1977, mereka membeli 90 acre tanah pertanian di South Barrington karena jumlah orang yang datang semakin banyak.
Ibadah Seeker ini termasuk unik dan baru bagi kebudayaan dan sangat membangkitkan minat. Mereka menawarkan Yesus kepada orang-orang yang tidak bergereja atau belum bekerja dan yang belum terbiasa dengan bahasa atau kebudayaan religius tradisional. Tujuan dari ibadah seeker tidak untuk menambah jumlah anggota tetapi untuk memperkenalkan Yesus pada mereka yang belum percaya mengenai Yesus di mana mungkin mereka dapat memiliki sebuah hubungan yang bersemangat dengan Yesus. Nama lain dari kelompok ini ialah “orang-orang asing bagi Inji”, “orang-orang yang terbuang”, “orang-orang marginal”, “orang-orang yang terlupakan”. Para seeker tidak dapat mengapresiasikan liturgi atau ibadah pujian dan penyembahan yang menggunakan tata ibadah yang baku. Orang-orang yang tidak bergereja menginginkan ibadah yang tanpa nama dan memiliki kebebasan untuk tidak terikat.
Permasalahan-permasalahan kehidupan yang nyata secara kontemporer. Melalui kata, suara, tanda-tanda dan aksi, mereka menghadirkan masalah-masalah dan menawarkan solusi-solusi. Mereka yang membutuhkan seeker – untuk belajar siapa Allah itu, apa yang menjadi tujuan hidup, bagaimana mengampuni, bagaimana berhadapan dengan penderitaan. Semua ibadah seeker bersifat informatif, menghadirkan Yesus pada orang yang merasa sebagai orang-orang tidak berdosa atau tidak hancur namun orang-orang bodoh. Pemimpin-pemimpin tidak menawarkan tekanan untuk bergabung dan mengundang orang-orang untuk menikmati pengalaman itu. Bentuk ibadah Seeker lebih seperti drama daripada gereja. Mereka menggunakan teknologi yang tinggi untuk memfasilitasi jalannya ibadah. Setiap orang duduk di kursi yang nyaman dan disediakan meja supaya terjadinya percakapan. Tidak ada buletin yang memandu jalannya ibadah.
Ibadah ini bisa bernuasa jazz, rock, rapp, country, R&B, atau musik daerah sesuai dengan permintaan pendatang. Instrumen perkusi mengiringi nyanyian solo ataupun paduan suara dan bukan untuk jemaat. Pakaian yang digunakan juga sesuai dengan tema yang sedang berlangsung.
Ibadah seeker sebenarnya terbagi menjadi 2:
- high partisipation: seperti di Saddleback Valley Comunity Church yang menggabungkan ibadah seeker, pujian dan penyembahan. Jadi di tempat itu, orang yang tidak percaya melihat ibadah orang percaya. Dalam ibadah ini ada kotbah yang ditujukan kepada orang percaya.
- high performance: seperti contoh Willow Creek yang menggunakan musik sekuler kontemporer dan drama dan dasar pengajaran Kristiani. Di tempat ini jemaat hanya boleh menyanyikan refrein pendek.
Sekarang gereja Willow Creek membuat “safe” atmosfer dari tantangan dan hambatan. Ibadah akhir minggu menggunakan perayaan yang minimal dengan bernyanyi atau tindakan liturgi saja. Tetapi perayaan yang besar memungkinkan adanya pengajaran tentang kehidupan yang ada hubungannya dengan iman Kristen. Seorang pemimpin menekankan bahwa pendatang adalah tamu gereja dan tidak harus memberikan suatu kontribusi bagi gereja.

Sejarah dan latar belakang teologi yang mempengaruhinya
Misi dari Willow Creek Comunity Church ialah membawa orang-orang yang tidak beragama untuk bertekun bersama para pengikut Yesus Kristus. Bagi mereka, satu-satunya dasar bagi pengajaran mereka ialah Alkitab, di mana Tuhan telah mengilhaminya secara unik, tanpa suatu kesalahan, dan merupakan kekuasaan tertinggi dari semua unsur. Yang diajarkan Akitab ialah, hanya ada satu Tuhan, selalu ada di dalam 3 pribadi - Bapa, Anak dan Roh Kudus – semuanya memiliki seluruh dari sifat Ketuhanan.
Allah menciptakan manusia untuk memiliki hubungan persahabatan dengan-Nya, tetapi mereka menentang-Nya dengan dosa dan mereka hidup di dalam jalannya (keinginan mereka sendiri). Sebagai akibatnya, kita membutuhkan anugerah Allah yang menyelamatkan untuk mengakhiri ‘pengasingan diri’ kita dari Allah. Keselamatan datang hanya karena anugerah keselamatan Allah -bukan karena usaha manusia- dan harus diterima secara pribadi oleh iman dan pertobatan.
Yesus Kristus, pribadi kedua dari Trinitas, hidup di dalam dunia yang berdosa dan sukarela membayar dosa kita dengan mati di kayu salib sebagai pengganti diri kita. Pekerjaan keselamatan ini untuk semua yang menerima anugerah dengan percaya kepada-Nya. Dia bangkit dari kematian dan hanya dia yang menjadi penghubung antara kita dengan Allah. Dia akan kembali ke dalam dunia untuk mewujudkan sejarah.
Roh Kudus menarik orang-orang berdosa kepada Kristus dan memperlengkapi orang-orang percaya dengan pertumbuhan pribadi dan ibadah di dalam gereja. Peran gerreja ialah untuk memuliakan Allah dan melayani orang-orang yang membutuhkan. Pada akhirnya, setiap orang akan dibangkitkan dan diadili. Pengampunan Kristus akan membawa hubungan yang kekal dengan Allah.
Mereka percaya bahwa Tuhan telah memanggil mereka untuk menjangkau orang-orang yang tidak bergereja di sekeliling daerah timur Orlando dan menjadi gereja yang akan murid dan mengembangkan orang-orang sebagai para pengikut Yesus Kristus

Peran para pendiri atau tokohnya dalam pembentukan liturgi
Pada tahun 1982, Bill Hybels mengunjungi sebuah gereja Kharismatik. Untuk pertama kali di dalam hidupnya, Bill mengalami sebuah ibadah yang selama ini ia impikan, ibadah yang kaya dan sepenuh hati, di mana kehadiran Allah dirasakan secara mendalam dan nyata; di mana perubahan hati merupakan hasilnya. Tiga bulan kemudian Bill mengajarkan mengenai penyembahan. Dia mengajarkan tentang karakter dan kekuatan Allah. Dia juga mengajarkan tentang apa itu itu penyembahan dan memberikan pandangan untuk apa datang dan beribadah mengharapkan untuk bertemu dengan Allah. Kita datang kepada Tuhan untuk memberikan cinta dan ucapan syukur. Bill Hybels mencoba untuk menawarkan sebuah ibadah yang hidup dan kehadiran Tuhan menjadi nyata melalui pujian dan penyembahan.
Apabila melihat dari latar belakang dan perkembangan Seeker Comunity, kelompok ini belum ditemukan di Indoensia. Mengapa? Ibadah Seeker sebenarnya hanya ibadah yang memperkenalkan Yesus pada orang-orang yang belum mengenal Yesus. Mereka bersifat tidak terikat, sedangkan gereja-gereja di Indonesia cenderung mengikat serta menarik anggota sebanyak-banyaknya.
Penulis tidak sempat menemukan teks yang memperlihatkan atau menjelaskan pandangan Seeker terhadap ibadah gereja-gereja arus utama. Namun penulis melihat, bahwa ibadah Seeker tidak mengganggu ibadah gereja-geraja arus utama.

Penutup
Ibadah Seeker memiliki keunikan tersendiri. Apabila pada pendahuluan, penulis menyebutkan tawaran ibadah Seeker, maka konsep ibadah ini bisa diterima atau ditolak. Kiranya kosep ibadah Seeker dapat membuka mata kita mengenai contoh ibadah yang lain.


Daftar Pustaka

Horness, Joe. Contemporary Music-Driven Worship dalam Exploring the Worship
Spectrum
. Michigan: Zondervan. 2004.
Langford, Andy. Transitions in Worship Moving from Traditional to Contemporaary.
Nashville: Abingdon Press. 1999.
Webber, Robert E. (editor). Twenty Centuries of Christian Worship. Nashville: Star
Song Publishing Group. 1994.
Internet:
http://www.willowcreekchurch.org
http://www.willowcreek.org/history.asp
http://www.willowcreek.org/what_we _believe.asp