tag:blogger.com,1999:blog-79861129579952002082024-02-19T18:06:13.560-08:00KULIAH LITURGIBLOG UNTUK MAHASISWA TEOLOGI YANG MENGIKUTI KULIAH LITURGIRasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.comBlogger39125tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-36048879556245370472013-01-15T20:13:00.000-08:002013-01-15T20:13:58.930-08:00silabus
RITUS KEHIDUPAN
(2 SKS – semester 6)
Deskripsi: mata kuliah ini menggumuli tentang ritus-ritus penting dalam hidup manusia.
Tujuan: memperkenalkan mahasiswa dengan tahap-tahap umur dan peranan sosial manusia. Di sini dibahas cara-cara untuk berkumpul, berdoa bersama, mengadakan peringatan dan perayaan peristiwa-peristiwa penting dalam hidup manusia, seperti ketika seseorang masih berada dalam kandungan, kelahiran, pendewasaan, pernikahan, berbagai macam syukuran (misalnya pekerjaan, lingkungan hidup, rumah baru, ulang tahun, dsb) dan kematian. Dalam hal ini akan ditekankan usaha kontekstualisasi yang harus dilakukan oleh gereja sesuai dengan adat masyarakat setempat.
Tatap muka 1
- Perkenalan isi dan sistem perkuliahan
- Peraturan dan kesepakatan perkuliahan
- Pembagian kelompok presentasi
Tatap muka 2
- Yang dimaksud dengan ritus kehidupan
- Bagaimana dan apakah ritus-ritus?
- Peristiwa-peristiwa kritis kehidupan dan ritualnya
Tatap muka 3: Kelompok “baptisan dan peneguhan sidi sebagai ritus inisiasi” atau “pemberian nama (menurut satu suku)”
- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.
C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.
Kenan B. Osborne, The Christian Sacraments of Initiation: Baptism, Confirmation, Eucharist, 1987.
Maxwell E. Johnson, The Rites of Christian Initiation: Their Evolution and Interpretation, 2007.
Tahan Camba, Inisiasi, (tesis MTh STT Jakarta), 2008.
Tatap muka 4: Kelompok “ritus akil balig”atau “pergi merantau”
- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.
C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.
Maxwell E. Johnson, The Rites of Christian Initiation: Their Evolution and Interpretation, 2007.
Mircea Eliade, Rites and Symbols of Initiation, 1994.
Tatap muka 5: Kelompok “ritus perjamuan kudus” atau “perjamuan sosial (mis.: malam 17-an Agustus) dan ikatan kerabatan”
- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.
Ester A. Sutanto, Liturgi Meja Tuhan: Dinamika Perayaan-Pelayanan, 2005.
C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.
Kenan B. Osborne, The Christian Sacraments of Initiation: Baptism, Confirmation, Eucharist, 1987.
Anscar J. Chupungco, Liturgical Inculturation: Sacramentals, Religiosity, and Catechesis, 1992.
William Bill Mailoa, Ibadah Yang Menggembalakan, (skripsi) STT Jakarta 2003.
Tatap muka 6: Kelompok “Dewasa awal dan pilihan jalan hidup” (zaman modern)
- makna ritus-ritusnya secara historis, kultural, dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
Robert E. Grinder, Adolescence, 1973.
Shelton Charles M., Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya, Kanisius 1987.
________________, Moralitas Kaum Muda: Bagaimana Menanamkan Tanggung jawab Kristiani, Kanisius 1988.
Tatap muka 7: Kelompok “ritus perkawinan sosial” (menurut satu suku)
- makna ritus-ritusnya secara historis, kultural, dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
C. Groenen, Perkawinan Sakramental: Anthropologi dan Sejarah Teologi, Sistematik, Spiritualitas, Pastoral, 1993.
Kenneth Stevenson, Nuptial Blessing: a Study of Christian Marriage Rites, 1983.
Tatap muka 8: Kelompok “doa rutin komunal” atau “ibadah harian”
- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
Cheslyn Jones, dkk (Editor), The Study of Liturgy, 1978
Rasid Rachman, Ibadah Harian Zaman Patristik, 2000
Robert Taft, The Liturgy of the Hours in East and West, 1986
Tatap muka 9: Kelompok ”pengukuhan kepala negara” atau “pelantikan kepala suku” (atau dukun/penyembuh menurut satu suku)
- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
J.B. Banawiratma (editor), Ekaristi dan Kerjasama Imam – Awam, 1986.
Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.
Mircia Eliade, Rites and Symbols of Initiation: The Mysteries of Birth and Rebirth, 2009.
Tatap muka 10: Kelompok “Berhari istimewa (semisal ulang tahun perkawinan) bersama keluarga (atau teman)”
- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
Robert E. Grinder, Adolescence, 1973.
Shelton Charles M., Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya, Kanisius 1987.
________________, Moralitas Kaum Muda: Bagaimana Menanamkan Tanggung jawab Kristiani, Kanisius 1988.
Tatap muka 11: Kelompok “Pelayanan dan sikap terhadap sakit dan penderitaan”
- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
Benyamin Lumenta, Penyakit: Citra, Alam, dan Budaya, 1989.
Tatap muka 12: Kelompok “Pensiun dan memasuki masa lanjut” atau “Tetap melayani di masa lanjut” (pilih salah satu)
- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
J.B. Banawiratma (editor), Ekaristi dan Kerjasama Imam – Awam, 1986.
John H. Westerhoff III & William H. Willimon, Liturgy and Learning through the Life Cycle, 1980.
Howard Clinebell, Well Being: a Personal Plan for Exploring and Enriching the Seven Dimensions of Life, 1991.
Tatap muka 13: Kelompok “Persiapan diri menjelang ajal” atau “ritus kematian” (salah satu adat/suku)
- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif
- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi
- refleksi
Referensi tambahan
Howard Clinebell, Well Being: a Personal Plan for Exploring and Enriching the Seven Dimensions of Life, 1991.
Referensi umum
Boli Bernadus Ujan, Ritus Kehidupan, 2004.
Given Kennedy Niville & John H. Westerhoff III, Learning through Liturgy, 1978.
Gordon H. Bowe & Ernest R. Hilgard, Theories of Learning, 1986.
John H. Westerhoff III & William H. Willimon, Liturgy and Learning through the Life Cycle, 1980.
Richard Niebur, Christ and Culture
T.A. Kenner, Symbols and Their Hidden Meanings: The Mysterious Significance and Forgotten Origins of Signs and Symbols in the Modern World, 2006.
Mircea Eliade, Images and Symbols, 1991.
Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-75274455579272734032013-01-15T05:01:00.000-08:002013-01-15T05:06:49.655-08:00MANUSIA DAN RITUS
<b>PENGANTAR UNTUK KULIAH RITUS KEHIDUPAN</b>
Oleh: Rasid Rachman
Liturgi yang dibangun dengan banyak faktor ritual di dalamnya dewasa ini tidak dipahami berdiri sendiri. Sejak dikembangkannya ilmu liturgi pada abad ke-17, dan mencapai kejayaannya pada setelah PD 2 abad ke-20, perayaan liturgi melibatkan aspek-aspek lain, semisal: peran umat, makna ritus, apakah ritus mendidik, estetika, dsb. Perkuliahan ritus kehidupan ini akan menyoroti beberapa proses, antara lain: ritus sesehari, norma, klasifikasi, dan refleki teologis. Segala aspek ini dilihat dalam kaitannya dengan pemaknaan ritual sebagaimana diungkapkan melalui liturgi. Namun sebelum melihat semua itu, sebaiknya kita melihat dulu paparan tentang ritus.
Sementara dalam menempuh studi ritual, kita membutuhkan disiplin-disiplin lain. Selain liturgi, setidaknya kita membutuhkan studi antropologi, psikologi, dan sosiologi. Melalui “kacamata” disiplin-disiplin humaniora tersebut kita membuka wawasan atas dan menyadarkan kita akan berbagai hal kecil (kata-kata, tindakan, dsb.) dan sesehari sebagai ritual kehidupan. Semisal: meniup lilin, membaca koran, menyetel televisi, dsb. Mata kuliah ini mengajak mahasiswa memperlajari liturgi sebagai ritual tanpa mengabaikan dan terbuka terhadap ritus-ritus lain di dalam kehidupan sosial baik tradisional maupun modern.
<b>Ritus dalam hidup sesehari</b>
Ritus adalah tindakan sakral manusia (= umat), baik personal maupun komunal, dalam berhubungan – demikian dalam keyakinan pelaku ritual – dengan Yang Ilahi dan sesama. Ritus merupakan fenomena religius dan sosial universal umat manusia sejak dahulu kala. Pada gilirannya, ritual bukan hanya memperkaya kehidupan, tetapi juga membentuk identitas.
Upaya simbolisasi membuat benda, aksi, dan segala sesuatu itu menjadi bernilai. Maka ritus membuat simbol-simbol tersebut menjadi hidup dan berisi. Simbolisasi terhadap air, sehingga menjadi air baptisan dan masuk sebagai sarana dalam karya penyelamatan Allah kepada umat sebagaimana dikisahkan Alkitab. Nilai air menjadi berbobot, terlihat, dan berisi ketika ia diikutsertakan dalam sebuah ritual pembaptisan.
Oleh karena itu, manusia disebut makhluk ritual, sekalipun ritus bukan hanya ada pada atau dilakukan oleh manusia. Lama sebelum manusia mengenal ritus, hewan (mungkin tanaman juga?) telah melakukannya. Bahkan bisa jadi, manusia “meniru” hewan untuk melakukan ritus sehingga ia menjadi makluk ritual. Ritus dapat dijumpai dalam kehidupan beragama, sesehari (sekuler), komunitas hobi, komunitas profesi, perkumpulan mahasiswa, perkumpulan seniman, Lembaga Swadaya Masyarakat, instansi militer, instansi pemerintah, kantor-kantor, perusahaan, pasar, rumah tangga, di depan pagar rumah, di jalan, dsb.
Dari banyak kriteria, kita dapat menggunakan 4 kriteria berikut ini untuk memahami ritus, yaitu:
<i>Simbolisme</i>, di mana perangkat dan tata gerak manusia menyimbolkan aktivitas dengan Yang Ilahi dan sesama, baik historis maupun maknawi. Air dalam ritus baptisan menyimbolkan air Teberau dan kematian-kehidupan baru. Darah adalah simbol yang cukup banyak digunakan sepanjang sejarah umat manusia. Prosesi (simbol universal sebagai migrasi makhluk hidup) menyimbolkan perarakan umat Israel menuju tanah perjanjian.
<i>Konsekrasi</i>, di mana benda atau materi natural menghantar umat kepada sisi supranatural, kepada makna, pesan, dan gambaran di balik benda-benda. Perjamuan (yang) kudus itu menjadi gambaran perjamuan sorgawi kelak. Patung salib membawa umat kepada peristiwa salib Kristus dua ribu tahun lalu. Salib sendiri (atau tiang) telah dikenal dan digunakan oleh manusia sejak lama sebagai ”penghubung” bumi dan langit. (Di Jawa ada paku-buwono).
<i>Repetisi</i>, di mana peristiwa historis (semula, awal) diulangi dan dihadirkan kembali saat ini. Pengulangan tersebut meliputi pengulangan waktu, tata cara, tempat, pemeran, dsb. Pemuliaan salib pada Jumat Agung merupakan pemaknaan peristiwa salib oleh Penginjil Yohanes akhir abad pertama yang digambarkan oleh gereja abad ke-7 dan sejak itu selalu diulangi oleh gereja-gereja pada setiap Jumat Agung hingga masa kini.
<i>Pengenangan</i>, di mana peristiwa yang dikenangkan (anamnesis) itu – setelah diulangi secara khusus menurut makna simbolisnya – kemudian dibagikan, sehingga orang yang mendengar terlibat secara aktif masuk dan menjadi bagian dari peristiwa yang dikenangkan tersebut.
Dalam prakteknya, ritus di masyarakat dapat berarti lebih luas daripada perayaan liturgi. Liturgi penikahan adalah segala kegiatan peribadahan yang berlangsung di gereja selama sekitar 1 jam. Namun ritus pernikahan di masyarakat dapat berlangsung beberapa hari atau beberapa bulan yang berlangsung sebelum dan setelah liturgi pernikahan dilaksanakan – ia adalah sebuah prosesi ritual. Liturgi pembaptisan berlangsung beberapa menit di tempat ibadah dan di hadapan Pendeta atau Imam, namun ritus pemberian nama dan keterhisapan seseorang ke dalam komunitasnya menurut budaya-budaya tertentu dapat berlangsung selama 1-2 hari. Bahkan, jika melihat baptisan sebagai ritus inisiasi, maka ritus tersebut berlangsung sejak katekisasi, pra-baptis, persiapan-persiapan, hingga baptisan. Penyunatan hanya berlangsung beberapa menit, tetapi ritualnya berlangsung 1-2 hari. Dengan demikian kiranya menjadi jelas dengan apa yang dimaksud dengan ritus, bahwa ia tidak sebatas pada satu-dua unsur.
Oleh karena itu, inti dari sebuah tampilan ritus adalah pemaknaan dan tafsirannya. Pembaptisan akan memiliki pemaknaan yang berbeda jika dilihat dalam kerangka ritus inisiasi.
<b>Norma</b>
Manusia adalah (salah satu dari sangat sedikit) makhluk ritual di dunia ini. Ada ritus-ritus yang menjadi pakem telah diturunalihkan satu generasi ke generasi berikutnya. Pesta-pesta olahraga dimulai dari ritus pengambil api yang sumber api. Setelah diprosesikan selama beberapa hari, beberapa pekan, atau bahkan beberapa bulan, api tersebut dinyalakan di stadion utama. Ritual tersebut berjalan sedemikian rupa, sehingga sekalipun ia tidak langsung berhubungan dengan pertandingan-pertandingan dan perlombaan-perlombaan dalam pesta olah raga kelak, ritual tersebut memberikan pesan bahwa semangat membara laksana api yang menguap ke atas, kebersamaan rakyat dalam meneruskan api, dan terutama pesta demi keagungan Dewa Matahari tersebut menjadi nilai, motivasi, dan moto para atlet. Maka pertandingan dan perlombaan tidak lagi bertujuan pada dirinya sendiri, melainkan menanamkan nilai-nilai kebudayaan, sportivitas, kebanggaan dan harga diri, perjuangan, kerja keras, buah, dsb.
Ritus berlangsung dalam sebuah prosesi atau sebuah drama dengan aturan atau norma-norma yang dianggap ukuran bagi “resmi atau tidaknya” sebuah ritus dilangsungkan. Norma adalah ketentuan atau aturan yang dipegangi atau diberlakukan dan kemudian menjadi pedoman umum untuk suatu hal. Dalam hal ritus, norma dipahami sebagai jalannya atau alur yang diberlakukan umumnya sebuah ritual. Norma tidak berarti mengikat, namun norma memberikan gambaran atau pedoman akan hal-hal global (misal: sejarah) dan detail (misal: unsur-unsur) dari sebuah ritus.
Pembahasan selanjutnya dari norma sebuah ritus menyangkut pada sejarah pembentukannya. Studi terhadap sejarah memberikan informasi atau membantu masyarakat memperoleh informasi dan interpretasi atas unsur-unsur dan cara pelaksanaannya. Itulah sebab, para Reformator gereja abad ke-16 dan ilmu liturgi abad ke-17 memberikan perhatian besar terhadap sejarah peribadahan sebagaimana dipraktekkan dan dipahami oleh gereja awal.
Sejarah pula yang akan membantu masyarakat untuk melihat kemungkinan-kemungkinan akan perkembangan sebuah ritus dalam bentuk modern atau kontekstual.
Setiap ritus memiliki unsur-unsur tetap atau norma. Norma dapat berupa tindakan, kata-kata, tata gerak, tempat, tata ruang, sopan-santun, remeh-temeh, dsb. Mahasiswa mampu menampilkan norma (unsur atau unsur-unsur pokok) dari sebuah ritus: misalnya tiup lilin pada perayaan ulang tahun, dan kemudian mampu memaparkan arti dan pesan sebagaimana ditampilkan oleh unsur-unsur normatif tersebut.
Setelah itu, mahasiswa pun diharapkan memberikan satu-dua saran sebagai unsur baru bagi sebuah ritus. Unsur baru tersebut diharapkan merupakan bakal sumbangsih atau kontribusi dalam khazanah ritus yang telah ada.
Sekalipun norma (= detail, rinci) mendapat penekanan, namun kerangka ritual (= global, menyeluruh) tetap menjadi konteks dalam perkuliahan ini.
<b>Klasifikasi dan model rasa-ritual</b>
Ada beberapa bentuk atau model ritual, semisal: ritus keagamaan/sosial, ritus inisiasi/musim, dsb. Ronald Grimes memaparkan enam model rasa-ritus, yaitu: ritualization, decorum, ceremony, magic, liturgy, dan celebration.
<i>Ritualization </i>(ritualisasi)
Bentuk ritual paling awal ini, ritualisasi, merupakan ritus yang dijalankan sesehari – juga dilakukan oleh hewan (kadang dinamakan: inciting ceremony of ducks, karena melihat bebek yang memiliki gerak tetap dengan mengangkat-merendahkan lehernya ketika berhadapan dengan pesaing pasangannya). Pada manusia ada tindakan dasar, basic, dan natural. Naluri berada dalam klasifikasi ini.
Kadang ritualisasi juga berupa ritus dasar, seperti: lapar-makan, dewasa-kawin, terancam-membela diri. Tanpa belajar dari siapa pun, manusia memiliki ritus dasar ini. Natur organis dan biologis “mengarahkan” siapa pun melakukan hal yang sama dalam situasi demikian.
<i>Decorum </i>(penghias, pemanis)
Klasisfikasi berikut setelah ritualisasi, decorum berupa etiket sosial, interaksi sosial. Decorum adalah tahap “sopan-santun” atau etiket, dan sesehari. Memberi “salam”, berkenalan dengan seseorang, bertukar pikiran dalam seminar, mandi dan sikat gigi sebelum pergi, berbusana, duduk di ruang tunggu RS, dsb. Jika ritualization adalah aktivitas dasariah yang muncul dengan sendirinya, maka decorum ada pengajaran atau pembentukan (karena ada atau melihat) orang lain (mutual conventionalized behavior) – namun tidak signifikan.
Pada pihak lain, decorum menggambarkan status sosial seseorang. Tata krama masuk dalam wilayah ini.
<i>Ceremony</i>
Mode ceremony adalah model bersifat formal, legal, dalam komunitas. Jika decorum adalah soal interaksi face-to-face, maka ceremony adalah interaksi kelompok besar. Interaksi tersebut dapat bersifat politis, komunitas, nasionalis, birokatis, dsb. Dalam ceremony ada semacam tekanan (paksaan) dari kekuasaan – ini tidak terjadi dalam decorum – dan rasa hormat dan demi pertahanan identitas, kebanggaan, nasionalisme, semangat, dsb.
Ceremony dapat dijumpai dalam bentuk upacara bendera, busana seragam, atribut, menyanyikan lagu kebangsaan, menyatakan salut, dsb.
<i>Magic</i>
Dalam pemahaman atau penghayatan sesuatu (tindakan atau perkataan) dapat menjadi kenyataan – bukan hanya memiliki makna atau pesan – maka itulah magic. Jika ceremony menggunakan kekuatan dan kekuasaan manusia, maka magic dengan kekuatan transenden. Dan magic ini ada di sekitar dan bahkan bersama kita dan praktek ibadah gerejawi.
Doa-doa atas orang sakit, minum obat dokter, kualat, perminyakan akhir, rutin service motor, dsb. masuk kategori magic ini. Sugesti juga berada pada wilayah ini, dan ini semua bukan tipuan dan manipulasi.
<i>Liturgy </i>(ibadah)
Liturgy, dalam pandangan Grimes, adalah tindakan simbolis yang memiliki atau mensyaratkan kedalaman intelektualitas, yang kadang berbentuk ritus meditatif, kepada pelakunya. Tidak jarang, untuk ber-liturgy, untuk melakukan beberapa aksi, seseorang perlu berlatih atau belajar.
Bertolak dari kisah sejarah yang unik (Yesus mati disalib; Sang Buddha memperoleh pencerahan di bawah boddhisatwa; Musa bertemu Tuhan di semak belukar), liturgy membuat peristiwa tersebut menjadi berulang-ulang hadir dalam setiap momen liturgy yang rutin dilakukan.
<i>Celebration </i>(perayaan)
Celebration merupakan bungkus dari kelima klasifikasi ritual di atas. Cebration membuat ritual-ritual menjadi hidup, ekspresif, dan dinamis. Ia dapat berupa karnaval, pawai, permainan, out-bond, pesta dansa, dsb. Dalam ritus, semuanya berjalan menurut pakem, semestinya. Ketika yang semestinya disenikan, dimainkan, diperindah, maka ritus-ritus menjadi celebration; area dimana nampak spontan namun ada pengaturan gerak dan ada permainannya. Dengan demikian, rasa dasar dari cebration adalah formalisasi perasaan.
Tampilan paduan dengan posisi memegang kertas partitur dengan kedua tangan, berdiri tegak, baru menggambarkan ceremony. Ketika setiap paduan suara mengutamakan kemerduan dan keindahan lagu dengan bernyanyi secara asyik dan menyenangkan, maka ia mencapai celebration.
<b>Refleksi teologis</b>
Secara konvensional, teologi menyangkut ilmu Alkitab dan sejarah gereja. Dalam perkuliahan ini, penghayatan teologis dilihat dalam kaitannya dengan kultur, yakni bagaimana masyarakat melihat dan memberikan nilai baru terhadap ritual dalam kesejajaran dengan disiplin teologi.
Selanjutnya mahasiswa menilai apakah sebuah usul baru untuk perayaan dapat menjadi sebuah ritus karena mengandung potensi pengulangan yang tetap. Ritus tanpa pengulangan akan hanya menjadi pesta sesaat. Ia tidak memberikan dampak pertumbuhan, apalagi sebagai embrio bagi sebuah budaya.
Refleksi teologis juga membawa kita pada pertimbangan-pertimbangan aspek-aspek pendidikan: seberapa jauh ritus membawa perubahan sikap umat, atau apakah ritus tersebut mencerdaskan umat.
Dengan demikian, sebuah ritus memiliki unsur-unsur normatif, memberikan pesan melalui maknanya yang dikandungnya, dan selalu dilakukan berulang-ulang. ©
Januari, 2013
<b>Pustaka acuan</b>
Bernard Cooke dan Gary Macy, <i>Christian Symbol and Ritual: an Introduction</i>, (New York: Oxford University Press, 2005).
Carl G. Jung (editor dan pengantar), <i>Man and His Symbols</i>, (Dell Publishing, 1964).
Ester Pudjo Widiasih: Ritual dalam Kehidupan Berjemaat, dalam Binsar J. Pakpahan (editor), <i>Seberkas Bunga Puspa Warna: Books of Friends 75 Tahun Pdt. H.A. van Dop</i>, (Jakarta: Yamuger, 2010), 129 – 163.
Mircea Eliade, <i>Images and Symbols: Studies in Religious Symbolism</i>, (Princeton: Princeton University Press, 1991).
Paul Bradshaw dan John Melloh (editor), <i>Foundations in Ritual Studies: a Reader for Students of Christian Worship</i>, (Grand Rapids: Baker Academic, 2007).
Ronald L. Grimes, <i>Beginnings in Ritual Studies</i>, (New York: Oxford University Press, 2010).
Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-84435814446797330172012-05-22T06:05:00.004-07:002012-05-22T06:05:53.192-07:00Anggota Kelompok: Eirene Charanita Iroth, Hars Seasar Valentino Sardi
Semester : 6 (Genap)
Mata Kuliah : Ritus Kehidupan
Dosen Pengampu : Ester Pudjo Ph.D.
Pdt. Rasid Rachman, M.Th.
___________________________________________________________________________
Pendahuluan
Prosesi iring-iringan para pendeta hingga penumpangan tangan kepada calon pendeta. Itulah yang dapat kita deskripsikan ketika kita menghadiri sebuah ibadah penahbisan. Penahbisan adalah sebuah proses yang wajib diikuti oleh seseorang untuk menjadi seorang pendeta. Mungkin ini merupakan definisi sederhana yang dapat kita utarakan ketika seseorang bertanya. Akan tetapi, apakah hanya sesederhana itu? Tentu kita perlu menggali lebih dalam untuk menemukan definisi serta makna yang mendalam dari sebuah istilah yang dinamakan penahbisan. Demi mendalami pembahasan kali ini, maka kelompok mencoba membantu rekan-rekan sekalian untuk mencicipi sejarah, makna, hingga praktik penahbisan yang dilakukan hingga dewasa ini. Kelompok berharap, melalui pembahasan yang sederhana dan jauh dari sempurna ini dapat membantu rekan-rekan untuk melihat sebuah ritus yang nyata terdapat dalam kehidupan bergereja. Saat ini memang hanya melihat, namun mungkin saja suatu saat rekan-rekan dapat mengambil bagian dalam sebuah praktik penabisan.
Sakramen Tahbisan
Sakramen tahbisan dalam istilah Latin adalah sacramentum ordinis. Dalam istilah ini, sebenarnya terkandung penekanan akan aspek sebuah jabatan. Sakramen ini sering juga disebut sakramen imamat. Akan tetapi, sebenarnya kedua istilah ini mempunyai penekanan yang berbeda, kendati sering dipandang sama. Istilah imamat ini memperlihatkan adanya aspek tugas-tugas menguduskan. Sebagai contoh, tugas tersebut adalah: pelayanan ekaristi, pelayanan sakramen tobat, dan yang lainnya. Pastinya tugas-tugas tersebut meliputi pengudusan, penggembalaan, serta pelayanan. Sedangkan istilah tahbisan lebih menekankan suatu kejadian penuh rahmat yang mengubah serta menguduskan seseorang untuk menjadi pemimpin gereja (Martasudjita 2003, hal. 370).
Bagi komunitas orang beriman, penahbisan berfungsi sebagai suatu jalan demi memperlihatkan relasi cinta kasih yang baru. Umat akan bersukacita karena ada seseorang yang dipanggil oleh Allah demi pelayanan kepemimpinan. Di sisi lain, ibadah penahbisan juga dapat dikatakan sebagai ibadah pengucapan syukur. Dalam arti, melalui penahbisan, umat dapat mengucap syukur kepada Allah karena terdapat panggilan pemeliharaan Allah kepada seseorang. Seseorang yang melayani serta mengundang berkat Allah. Selain itu, Penahbisan juga berfungsi sebagai panggilan gerejawi. Gereja dapat menjadi saksi bahwa seseorang telah dipanggil Allah, dan ia yang dipanggil telah dipisahkan untuk menjadi seorang yang cocok memimpin komunitas orang beriman (White 2002, hal. 302).
Sejarah Tahbisan (Jabatan-jabatan)
Dalam Perjanjian Lama, tugas pelayanan umat Israel didasarkan pada perintah Allah. Tugas pelayanan tersebut dibagi menjadi tiga posisi, yaitu raja, imam, dan nabi. Raja mempunyai peran sebagai gembala atas umat (bdk. 2 Sam. 5:2). Ia membela hak Allah begitu juga melindungi hak-hak orang miskin. Seorang raja dalam Perjanjian Lama juga berperan sebagai wakil. Di satu sisi, ia mewakili umat untuk berbicara kepada Allah, sedangkan di sisi lain, ia mewakili Allah untuk berbicara kepada umat. Kemudian imam, imam mempunyai tugas mempersembahkan kurban kepada Allah (bdk. Ima. 1-7), memberkati umat atas nama Allah, serta menyatakan ketahiran. Sesudah pembuangan, tugas imam lebih mengarah kepada pelayanan ibadat. Selanjutnya adalah nabi. Para nabi berperan sebagai pewarta sabda Allah kepada raja dan umat-Nya. Ia harus senantiasa mendengarkan sabda Allah dan menyampaikannya. Tidak itu saja, seorang nabi harus menafsirkan tanda-tanda zaman berdasarkan sabda Allah serta memperlihatkan sikap kritis dan kenabian kepada umat-Nya (Martasudjita 2003, hal. 371).
Bagaimana dengan Perjanjian Baru? Kepemimpinan dan pelayanan gereja pada saat itu (zaman para rasul hingga sesudah rasul) dipraktikkan dalam bentuk yang berbeda. Kepemimpinan gereja sangat dipengaruhi oleh struktur dan kepemimpinan masyarakat atau budaya sekitarnya. Alhasil, terealisasilah keanekaragaman model serta struktur gereja pada generasi awal. Sebagai contoh, jemaat Kristen-Yahudi mengikuti pola kepemimpinan jemaat sinagoga. Lembaga kepemimpinan jemaat dipimpin oleh penatua (presbyteroi). Berbeda dengan jemaat Kristen-Yunani. Mereka menggunakan pola kepemimpinan masyarakat kota, yaitu penilik (episkopos). Kemudia para diakon, dalam gereja perdana, mereka diangkat untuk tugas-tugas yang sifatnya karitatif-sosial (Martasudjita 2003, hal. 373-374).
Pada era patristik pembentukan struktur kepemimpinan gereja hampir terjadi di mana-mana. Pada saat itu mulai terlihat kepemimpinan gereja secara hierarki yang ditopang oleh uskup, penatua, beserta diakon. Hingga pada abad ke-2, tingkatan kepemimpinan uskup, imam, dan diakon diakui serta diterima dalam pelayanan gereja. Tidak hanya di barat, namun struktur seperti ini juga diterapkan di timur (Martasudjita 2003, hal. 376). Pada abad pertengahan, kepemimpinan gereja juga disertai beberapa jabatan yang disebut jabatan minor. Mereka adalah porteria (penjaga pintu), lektor (pembaca Alkitab), eksorsit (pengusir setan), dan akolit (pembantu imam ketika ekaristi berlangsung). Penerimaan jabatan ditandai dengan pemberian benda-benda (porecctio instrumentorum) yang berhubungan dengan pelayanan, yaitu kunci, buku pembacaan, buku pengusir setan dan lilin, tongkat lilin dan piring hosti (White 2002, hal. 297).
Praktik Penahbisan
Pada konteks Perjanjian Lama, seorang raja yang berperan sebagai wakil Allah dan umat ditahbiskan dengan cara pengurapan. Calon raja diurapi dengan minyak sebagai tanda bahwa Allah telah memilihnya serta mengaruniakan Roh-Nya. Sedangkan penabisan imam (para keturunan Lewi) ditandai dengan pengenaan pakaiaan, pengurapan minyak sama halnya seperti penabisan raja, dan terdapat praktik mempersembahkan kurban. Berbeda dengan raja dan imam, untuk nabi tidak terdapat praktik atau penahbisan khusus. Mereka menjadi seorang nabi hanya berdasarkan panggilan Allah (bdk. Ams. 7:14-15) (Martasudjita 2003, hal. 371).
Untuk Penahbisan dalam Perjanjian Baru tidak terlampau jelas diperlihatkan. Akan tetapi, dalam Kisah Para Rasul, kita dapat melihat ritus penumpangan tangan beserta doa untuk orang-orang yang dikhususkan dalam pelayanan kepemimpinan jemaat. Sebagai contoh, berdoa dan penumpangan tangan sebagai tanda penahbisan dilakukan kepada tujuh orang yang dipercaya dalam tugas pelayanan diakonat. Mereka bertujuh dihadapkan kepada para rasul, kemudian para rasul berdoa serta meletakkan tangan di atas mereka (bdk. Kis. 6:6). Perihal teks-teks Perjanjian Baru yang memuat doa dan penumpangan tangan, maka dapat dikatakan bahwa itulah unsur-unsur dasar dalam sakramen tahbisan. Penumpangan tangan seperti demikian berakar dari Perjanjian Lama dalam Bil. 8:10; 27:18-20; dan Ula. 34:9 (Martasudjita 2003, hal. 375).
Penahbisan dalam era patristik dapat kita lihat melalui keterangan yang diberikan Hipotilus dari Roma. Bagaimanapun juga, ia mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan ritus penahbisan anggota hierarki. Melalui Traditio Apostolica-nya, Hipotilus menjelaskan bahwa penumpangan tangan dan doa (memuat rumusan sesuai dengan tingkatan tahbisan) untuk uskup, penatua, dan diakon merupakan inti pokok dalam perayaan penahbisan. Kita akan melihat catatan perihal masing-masing tinggkatan beserta praktik penahbisannya. Pertama, uskup. Sebagai langkah awal, umat memilih calon uskup sebelum ditahbiskan. Ketika pemilihan para uskup lainnya juga hadir. Setelah suara sudah bulat, maka para uskup langsung menumpangkan tangan kepada si calon. Di sisi lain, seorang uskup berdoa untuk penahbisan yang dilakukan. Isi dari doa tersebut dimulai dengan menceritakan tindakan penyelamatan Allah hingga mengundang Roh Kudus supaya dicurahkan kepada uskup baru. Ada harapan ketika Roh Kudus diundang, yaitu calon uskup yang ditahbiskan dapat melayani dengan baik sesuai tanggungjawab (dibuatkan daftar) yang diberikan. Akhirnya, sang uskup baru diberikan selamat serta ciuman perdamaian, lalu ia memimpin ekaristi (White 2002, hal. 296).
Kedua, penatua. Berawal dari seorang uskup yang menumpangkan tangan kepada calon penatua. Penumpangan tangan juga dilakukan oleh penatua-penatua lainnya. Kemudian, uskup menaikkan doa. Doa ini menggunakan kata-kata yang sama dengan penahbisan calon uskup, namun secara spesifik doa ini mengundang Roh Kudus untuk pelayanan penatua. Doa yang dilakukan oleh uskup mengutip pemilihan Musa terhadap 70 orang Israel (bdk. Bil. 11:17-25). Ketiga, diakon. Penumpangan tangan hanya dilakukan oleh uskup seorang. Sang uskup juga berdoa agar Roh Kudus tercurah kepada sang diakon. Pada intinya, doa penahbisan beserta penumpangan tangan menjadi tindakan sentral untuk penahbisan ketiga jabatan ini (White 2002, hal. 297).
Makna-makna dalam Penahbisan
Ada tiga makna yang menjadi refleksi sakramen tahbisan, yaitu makna kristologis, makna eklesiologis, dan makna spiritualitas. Pertama, makna kristologis. Makna kristologis, yaitu partisipasi dalam imamat Yesus Kristus (Martasudjita, 2003, hal. 385). Dalam Perjanjian Baru imamat hanya ada satu, yaitu imamat Yesus Kristus. Imamat Yesus Kristus merupakan pangkal tolak sakramen tahbisan. Secara mendalam makna Imamat Yesus Kristus ini direfleksikan dalam Surat Ibrani. Dalam Ibrani 8: 1-2, Yesus disebut sebagai imam yang Agung. Kekhasan imamat Yesus Kristus ialah bahwa dalam diri-Nya terdapat dua peran, yaitu yang mempersembahkan dan yang dipersembahkan. Seluruh hidup Yesus menjadi ibadat dan persembahan. Puncak dari persembahan tersebut adalah ketika Ia berdarah di kayu salib.
Kedua, makna eklesiologis (Martasudjita, 2003, hal. 386). Makna eklesiologis, yaitu tugas pelayanan gereja. Seseorang yang ditahbiskan untuk memimpin dan melayani gereja adalah orang yang memang dipanggil dan dipilih oleh Allah. Jadi, panggilan tersebut bukanlah demi diri-sendiri ataupun suatu bentuk keberhasilan hidup seperi halnya karir. Sekali lagi ditekankan, bahwa ini demi pelayanan serta pembangunan gereja. Pelayanan gereja beserta pemimpin yang ada didalamnya mempunyai tindakan pelayanan, maka model kepemimpinan gereja yang pantas dikembangkan adalah kepemimpinan yang bersifat fungsional.
Ketiga, makna spiritual (Martasudjita, 2003, hal. 387). Makna spiritual, yaitu tahbisan sebagai karunia Allah. Tahbisan hanyalah rahmat dan karunia Allah. Ketika kita menerima tahbisan suci, maka itu tidak sama dengan kita menjalani pelantikan sebagai pejabat publik. Tahbisan suci adalah anugerah Allah dan sama sekali tidak bisa diandaikan sebagai keungulan-keunggulan dan jasa pribadi dari orang yang ditahbiskan. Sebaliknya, karena sudah menerima tahbisan suci, maka pihak yang ditahbiskan diperlukan sikap penyerahan diri secara total dan utuh kepada Yesus Kristus dan Gereja.
Perihal makna, kelompok juga memaparkan beberapa pendapat perihal penumpangan tangan (karena tindakan ini dianggap penting), E. Martasudjita mempunyai pendapat bahwa penumpangan tangan merupakan tanda atas rahmat Allah sesuai dengan tugas yang diemban (Martasudjita 2003, hal. 375). Sedangkan James F. White berpendapat bahwa penumpangan tangan merupakan tanda penyampaian kekuasaan, berkat, serta pemisahan dari orang lain yang dilakukan oleh orang-orang yang berwenang (White 2002, hal. 296).
Penahbisan dalam Konteks GPIB
Dalam konteks GPIB, kelompok hanya akan fokus kepada satu jabatan gereja, yaitu pendeta jemaat. Pendeta jemaat adalah sebuah jabatan fungsional yang diberikan kepada seorang pendeta yang telah diangkat serta ditempatkan oleh Majelis Sinode. Ketika seorang pendeta sudah ditempatkan dalam suatu jemaat, maka pendeta tersebut secara otomatis menjadi presbiter dan tergabung dalam keanggotaan Majelis Jemaat. Tugas dari seorang pendeta jemaat adalah melaksanakan tugas-tugas dibidang persekutuan, pelayanan, dan kesaksian. Tugas tersebut diatur secara bersama dalam konsistorium dengan ketua Majelis Jemaat (Naskah Pemahaman Latar Belakang Penyusunan Tata Gereja GPIB t.thn.).
Itulah sekilas penjelasan tentang keberadaan pendeta jemaat GPIB. Sebelum kita mendalami penahbisan dalam konteks GPIB, maka kita akan melihat tata ibadah penahbisannya terlebih dahulu:
Tata Ibadah Penahbisan Pendeta GPIB (GPIB 2010, 40-51)
• Persiapan
• Ucapan Selamat
• Ajakan Beribadah
I. Menghadap Tuhan
• Nyanyian Umat
• Votum
• Nas Pembibing
• Salam
• Nyanyian Umat
• Pengakuan Dosa
• Berita Anugerah
• Nyanyian Umat
• Petunjuk Hidup Baru
• Nyanyian Umat
• Paduan suara/ Vokal grup
• Peneguhan Pendeta
• Doa Penguatan
• Pengakuan dan Janji
• Janji Umat
• Pengakuan Iman
• Paduan Suara/Vokal Grup
• Peneguhan
• Penumpangan Tangan
• Penyerahan Alat-alat Pelayanan
• Penyerahan Pendeta Baru kepada Jemaat
• Paduan suara/ Vokal grup
• Pemberitaan Firman
II. Pemberitaan Firman
• Doa Epiklese
• Pembacaan Alkitab
• Nyanyian Umat
• Khotbah
III. Jawaban Umat
• Nyanyian Umat
• Doa Syafaat
• Paduan suara/Vokal grup
• Pengucapan Syukur
• Nyanyian Umat
• Doa Syukur
IV. Pengutusan
• Warta Jemaat
• Amanat Pengutusan
• Nyanyian Umat
• Berkat
Ketika kelompok berusaha mencari makna penahbisan dalam konteks GPIB, maka kami melalukan wawancara singkat kepada seorang pendeta GPIB, yaitu Pdt. Johan Karel Iroth. Beliau adalah pendeta GPIB Immanuel-Pekan Baru. Menurutnya, Dalam konteks GPIB, penahbisan adalah proses ketika eseorang diteguhkan sama halnya dilantik untuk memangku jabatan tertentu. Seseorang yang ditahbiskan dengan segenap hatinya berjanji akan menjalankan tugas jabatan sebagai pendeta dan memelihara serta mengembangkan pelayanan yang dipercayakan dengan segala kemampuan yang dimiliki. Pengakuan dan janji merupakan pernyataan untuk siap melaksanakan tugas sesuai dengan jabatan yang dipercayakan. Tidak hanya yang akan ditahbiskan, jemaat juga menyatakan janji. Janji jemaat, yaitu siap mendukung tugas sesuai dengan jabatan yang dipercayakan kepada yang ditahbiskan.
Ketika calon pendeta ditahbiskan, maka para pendeta sekaligus Majelis Sinode menumpangkan tangan. Makna penumpangan tangan adalah menyampaikan berkat Tuhan atas nama Allah Tritunggal kepada yang ditahbiskan untuk menjalankan tugasnya. Setelah diteguhkan, akan ada penyerahan alat-alat pelayanan secara simbolis. Penyerahan alat-alat pelayanan secara simbolis ini untuk menyatakan bahwa alat-alat yang diserahkan akan digunakan dalam pelayanan nanti. Alat yang diserahkan antara lain: Alkitab, bejana baptisan, meja perjamuan (Alkitab, bejana baptisan, piring roti, cawan anggur, mimbar mimbar) (Iroth 2012).
Penutup
Keaneragaman praktik serta pemaknaan sebuah penahbisan sungguh begitu nyata. Ini terlihat dari perkembangan praktik penahbisan dari masa-masa. Mulai dari konteks Perjanjian Lama hingga konteks gereja dewasa ini. Keanekaragaman tidak berhenti di situ aja. Dalam perkembangannya, jabatan-jabatan yang nantinya akan menempel kepada seseorang yang ditahbiskan juga beragam. Melalui keberagaman ini, kita dapat memaknai bahwa teologi dari sebuah penahbisan begitu kaya. Namun demikian, kendati beragam, rasanya semua merasakan proses yang sama. Proses untuk menuju suatu penahbisan merupakan proses yang tidak mudah. Butuh perjuangan, pengurbanan diri, energi, maupun pikiran sebelum sampai di sana (penahbisan). Apa hanya berhenti di situ? Tentu tidak, ketika seseorang telah ditahbisakan, maka sesungguhnya pertempuran sebenarnya baru akan dimulai. Pertempuran melawan diri demi pelayanan yang ia telah janjikan. Di sisi lain, penahbisan ini sebenarnya juga menjadi media bagi para pemimpin jemaat (yang sudah ditahbiskan). Ketika mereka menghadiri suatu ibadah penahbisan, maka mereka sebenarnya diingatkan kembali atas janji yang pernah terucap, tanggungjawab yang diemban, serta komitmen untuk terus berkarya dalam pelayan yang senantiasa dilakukan.
Bibliography
GPIB, Majelis Sinode. Tata Ibadah GPIB. Jakarta, 2010.
Iroth, Johan Karel, interview by Kelompok 2. (Maret 20, 2012).
Martasudjita, E. Sakramen-sakramen Gereja: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Naskah Pemahaman Latar Belakang Penyusunan Tata Gereja GPIB. n.d.
White, James F. Pengantar Ibadah KRasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-58489604585442313292012-01-30T03:00:00.000-08:002012-01-30T03:01:42.323-08:00SILABUS RITUS KEHIDUPANSEKOLAH TINGGI TEOLOGI JAKARTA <br /><br /><br />Semester Genap 2012<br />(2 SKS – semester 6)<br /><br />Pengampu <br />Pdt. Rasid Rachman, M.Th. (rasidrachman@yahoo.co.id) <br />Ester Pudjo Widiasih, Ph.D. (esterpw@gmail.com)<br /><br />Waktu Konsultasi<br />RR: Kamis, 9:30-11:00 WIB<br />EPW: Selasa-Jumat, 12:00-15:00 WIB <br /> <br />Deskripsi: mata kuliah ini menggumuli tentang ritus-ritus penting dalam hidup manusia.<br /><br />Tujuan: memperkenalkan mahasiswa dengan tahap-tahap umur dan peranan sosial manusia. Di sini dibahas cara-cara untuk berkumpul, berdoa bersama, mengadakan peringatan dan perayaan peristiwa-peristiwa penting dalam hidup manusia, seperti ketika seseorang masih berada dalam kandungan, kelahiran, pendewasaan, pernikahan, berbagai macam syukuran (misalnya pekerjaan, lingkungan hidup, rumah baru, ulang tahun, dsb) dan kematian. Dalam hal ini akan ditekankan usaha kontekstualisasi yang harus dilakukan oleh gereja sesuai dengan adat masyarakat setempat. <br /><br />Peraturan Presensi<br />• Toleransi waktu terlambat 15 menit. Lebih dari itu, kehadiran tidak dihitung.<br />• Dosen dan mahasiswi/a harus hadir pada jam kuliah sekurang-kurangnya 75% dari jumlah pertemuan di luar UTS dan UAS. Itu berarti, mahasiswi/a dapat absen maksimal 4 kali tatap muka dalam satu semester, termasuk absen karena sakit, izin, dan lain-lain.<br />• Apabila dosen tidak dapat hadir pada waktu tatap muka, maka akan dicari hari pengganti.<br /><br />Tugas dan Sistem Penilaian<br />1. Kehadiran dan partisipasi dalam kelas (10%)<br />2. Presentasi kelompok 1 (25%)<br />3. Presentasi kelompok 2 (25%)<br />4. Paper akhir pribadi (40%)<br /><br />Penjelasan presentasi kelompok<br />Setiap kelompok memilih salah satu pokok bahasan sesuai dengan silabus. Kemudian, kelompok menentukan dan meneliti sebuah ritual yang sesuai dengan pokok bahasan (misalnya, ritual perkawinan yang dilaksanakan oleh sebuah suku tertentu). Dalam presentasi kelompok harus menyebutkan: <br />1. deskripsi bentuk dan pelaksanaan ritual; <br />2. makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif; <br />3. ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi bagian dari liturgi atau menjadi ritual yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan berjemaat. Untuk itu, kelompok perlu menjelaskan liturgi atau ritual yang selama ini sudah ada atau belum ada dan perlu diadakan oleh gereja sehubungan dengan ritus yang dibahas. Berilah argumen yang kuat;<br />4. apabila sebuah ritus dipandang oleh kelompok tidak dapat diintegrasikan ke dalam ritual atau liturgi gerejawi, berikan alternatif untuk memaknainya dari sudut pandang kristiani. Berikan argumen yang kuat;<br />5. sertakan bibliografi dan gunakan sistem pengutipan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di STTJ.<br /><br /><br />Pokok Bahasan<br /><br />Tatap muka 1 (12/1)<br />- Perkenalan isi dan sistem perkuliahan<br />- Peraturan dan kesepakatan perkuliahan<br />- Pembagian kelompok presentasi<br /><br />Tatap muka 2 (26/1)<br />- Yang dimaksud dengan liturgi dan ritus<br />- Bagaimana memahami makna ritus-ritus?<br />- Peristiwa-peristiwa kritis kehidupan dan ritualnya<br />Referensi<br />Ronald Grimes, Deeply into the Bone: Re-Inventing Rites of Passage, 2000, hlm. 1-13.<br />Ester P. Widiasih, ”Ritus dalam Kehidupan Berjemaat,” dalam Seberkas Bunga Puspa Warna, Binsar Pakpahan (ed.), 2012, hlm. 129-163.<br />Arnold van Gennep, The Rites of Passage, 1960, hlm. 15-25.<br /><br />Tatap muka 3 (2/2): Kelompok “Baptisan dan pemberian nama” <br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br />C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.<br />Kenan B. Osborne, The Christian Sacraments of Initiation: Baptism, Confirmation, Eucharist, 1987.<br />Tahan Camba, Inisiasi, (tesis MTh STT Jakarta), 2008.<br />Grimes, hlm. 16-86.<br /><br />Tatap muka 4 (9/2): Kelompok “Peneguhan sidi dan akil balig”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br />C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.<br />Mircea Eliade, Rites and Symbols of Initiation, 1994.<br />Grimes, hlm. 88-148.<br /><br />Tatap muka 5 (16/2): Kelompok “Perjamuan kudus”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br />Ester A. Sutanto, Liturgi Meja Tuhan: Dinamika Perayaan-Pelayanan, 2005.<br />C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.<br />Kenan B. Osborne, The Christian Sacraments of Initiation: Baptism, Confirmation, Eucharist, 1987.<br />Martha Moore-Keish, Do This in Remembrance of Me, 2008, bab 5.<br /><br />Tatap muka 6 (23/2): Kelompok “Perjamuan sosial (mis.: malam 17-an Agustus) dan ikatan kerabatan”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Anscar J. Chupungco, Liturgical Inculturation: Sacramentals, Religiosity, and Catechesis, 1992.<br />William Bill Mailoa, Ibadah Yang Menggembalakan, (skripsi) STT Jakarta 2003.<br /><br />Tatap muka 7 (1/3): Kelompok “Dewasa awal dan pilihan jalan hidup”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis, kultural, dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Robert E. Grinder, Adolescence, 1973.<br />Shelton Charles M., Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya, Kanisius 1987.<br />________________, Moralitas Kaum Muda: Bagaimana Menanamkan Tanggung jawab Kristiani, Kanisius 1988.<br /><br />Tatap muka 8 (8/8): Kelompok “Perkawinan gerejawi”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis, kultural, dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />C. Groenen, Perkawinan Sakramental: Anthropologi dan Sejarah Teologi, Sistematik, Spiritualitas, Pastoral, 1993.<br />Kenneth Stevenson, Nuptial Blessing: a Study of Christian Marriage Rites, 1983.<br />Grimes, hlm. 151-214.<br /><br />Tatap muka 9 (15/3): Kelompok “doa rutin komunal” (ibadah harian)<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Cheslyn Jones, dkk (Editor), The Study of Liturgy, 1978<br />Rasid Rachman, Ibadah Harian Zaman Patristik, 2000<br />Robert Taft, The Liturgy of the Hours in East and West, 1986<br /><br />Tatap muka 10 (22/3): Kelompok ”Penahbisan pelayan dan pejabat gerejawi”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />C. Groenen, Sakramentologi: Ciri Sakramental Karya Penyelematan Allah Sejarah, Wujud, Struktur, 1989.<br />J.B. Banawiratma (editor), Ekaristi dan Kerjasama Imam – Awam, 1986.<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br /><br />Tatap muka 11 (29/3): Kelompok “Berhari raya (semisal ulang tahun perkawinan) bersama keluarga”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />J.C.J. Metford, The Christian Year: an Indispensable Companion to the Holy days, Festivals, and Seasons of the Ecclesiastical Year, 1991.<br />Rasid Rachman, Hari raya Liturgi: Sejarah dan Pesan Pastoral, 2003.<br /><br />Tatap muka 12 (12/4): Kelompok “Pelayanan dan sikap terhadap sakit dan penderitaan”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Benyamin Lumenta, Penyakit: Citra, Alam, dan Budaya, 1989.<br /><br />Tatap muka 13 (19/4): Kelompok “Pensiun dan memasuki masa lanjut” atau “Tetap melayani di masa lanjut” (pilih salah satu)<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />J.B. Banawiratma (editor), Ekaristi dan Kerjasama Imam – Awam, 1986.<br />John H. Westerhoff III & William H. Willimon, Liturgy and Learning through the Life Cycle, 1980.<br />Howard Clinebell, Well Being: a Personal Plan for Exploring and Enriching the Seven Dimensions of Life, 1991.<br /><br />Tatap muka 14 (26/4): Kelompok “Persiapan diri menjelang ajal dan kematian”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Howard Clinebell, Well Being: a Personal Plan for Exploring and Enriching the Seven Dimensions of Life, 1991.<br />Grimes, hlm. 217-282.<br /><br /><br />Referensi umum<br />Abigail Rian Evans, Healing Liturgies for the Seasons of Life, 2004.<br />Boli Bernadus Ujan, Ritus Kehidupan, 2004.<br />Given Kennedy Niville & John H. Westerhoff III, Learning through Liturgy, 1978.<br />Gordon H. Bowe & Ernest R. Hilgard, Theories of Learning, 1986.<br />Mari West Zimmerman, Take and Make Holy: Honoring the Sacred in the Healing Journey of Abuse Survivors, 1995.<br />Martha L. Moore-Keish, Do This in Remembrace of Me: A Ritual Approach to Reformed Eucharistic Theology, 2008.<br />Mircea Eliade, Images and Symbols, 1991.<br />John H. Westerhoff III & William H. Willimon, Liturgy and Learning through the Life Cycle, 1980.<br />Paul Bradshaw dan John Melloh (eds.), Foundations in Ritual Studies: A Reader for Students of Christian Worship, 2007.<br />Richard Niebur, Christ and Culture<br />T.A. Kenner, Symbols and Their Hidden Meanings: The Mysterious Significance and Forgotten Origins of Signs and Symbols in the Modern World, 2006. <br /><br />Catatan: <br />Bacaan referensial akan diberikan secara berkala sepanjang semester.Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-88000089179367973962012-01-10T19:30:00.001-08:002012-01-10T19:31:03.689-08:00Silabus Liturgika 2, 2012LITURGIKA II (2 SKS)<br /><br />Matakuliah ini merupakan kelanjutan Liturgi I. Pengkhususannya adalah pada teologi liturgi hari raya (tahun liturgi) dan bentuk-bentuk ibadah sakramen dan istimewa. Ibadah Natal, Paska, Ibadah Perkawinan, dsb. menjadi sebagian isi dari kuliah ini. Mahasiswa juga belajar menyusun dan merencanakan ibadah sesuai bentuk dan teologi masing-masing hari raya.<br /><br />Tatap muka 1<br />- Uraian umum tentang isi dan tujuan kuliah ini.<br />- Perkenalan sistem dan metode perkuliahan, cara penilaian, tes tengah semester dan akhir semester, dll.<br />- Bagi kelompok-kolompok kerja<br />- Simbol dan tanda. Guna, bentuk, dan penggunaannya dalam liturgi.<br /><br />Tatap muka 2<br />- Pengulangan singkat (review) kalender gereja dan hari raya liturgi.<br />- Penjelasan singkat tentang Liturgi Lima<br />- *) Mahasiswa menyiapkan perlengkapan: Liturgi Lima<br /><br />Tatap muka 3<br />Membuat rencana perayaan liturgi lengkap menurut leksionari dan menyusun nyanyian-nyanyian.<br />*) Mahasiswa menyiapkan perlengkapan: <br />a. Leksionari atau daftar bacaan Alkitab<br />b. Indeks ayat Alkitab (dalam buku nyanyian ”Mazmur dan Kidung Jemaat”)<br />c. Buku-buku nyanyian<br /><br />Tatap muka 4<br />Presentasi kelompok hari Minggu Biasa dan perjamuan kudus 2012<br /><br />Tatap muka 5<br />Presentasi Rabu Abu 2012<br /><br />Tatap muka 6<br />Presentasi Minggu Palem dan Sengsara 2012<br /><br />Tatap muka 7<br />Presentasi kelompok Kamis Putih 2012<br /><br />Tatap muka 8<br />Presentasi kelompok Jumat Agung 2012<br /><br />Tatap muka 9<br />Presentasi kelompok Paska 2012 dan baptisan <br /><br />Tatap muka 10<br />Presentasi kelompok Pentakosta 2012dan perjamuan kudus <br /><br />Tatap muka 11<br />Presentasi kelompok Natal Malam 24 Desember 2012<br /><br />Tatap muka 12<br />Presentasi kelompok Minggu Epifania, Januari 2013<br /><br />Tatap muka 13<br />Presentasi kelompok ibadah harian (jam ke-9)<br /><br />Tatap muka 14<br />Presentasi kelompok ibadah perkawinan<br /><br />Tatap muka 15<br />Akhir semester: paper pribadi<br /><br /><br />Buku-buku<br />Adolf Adam, The Liturgical Year.<br />Bosco da Cunha, Merayakan Karya Penyelamatan, Kanisius.<br />Hoyt L. Hickman (dkk.), The New Handbook of the Christian Year, Abingdon.<br />Laurence Hull Stookey, Calender: Christ’s Time for the Churh, Abingdon.<br />Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi, BPK Gunung Mulia.<br /><br />Catatan<br />1. Kerangka presentasi laporan (kelompok): uraian historis, makna teologis liturgi tersebut, dan rencana perayaan ibadah dalam bentuk tata ibadah lengkap.<br />2. Isi paper akhir (personal) adalah pendalaman terhadap salah satu topik dalam teologi liturgi hari raya atau istimewa, sesuai dengan topik yang pernah dibahas dalam kelompok.<br />3. Pengumuman dapat dilihat di engrade atau rasidrachman-kuliahliturgi.blogspot.comRasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-27401511571104130042011-10-28T03:26:00.000-07:002011-10-28T03:29:01.877-07:00IBADAH NATAL Minggu, 25 Desember 2011LITURGI PEMBUKA<br /><br />PROSESI DIIRINGI NYANYIAN UMAT (berdiri)<br /><br />Kidung Jemaat 119 “Hai Dunia, Gembiralah”<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Hai dunia, elukanlah Rajamu, Penebus! Hai bumi, laut, gunung, lembah, bersoraklah terus,<br />Bersoraklah terus, bersorak-soraklah terus!<br /><br />Janganlah dosa menetap di ladang dunia. Sejahtera penuh berkat berlimpah s’lamanya,<br />Berlimpah s’lamanya, berlimpah-limpah s’lamanya.<br /><br />Dialah Raja semesta, benar dan mulia. Masyhurkanlah, hai dunia, besar anug’rah-Nya,<br />Besar anug’rahnya, besar, besar anug’rah-Nya.<br />Syair: Joy to the World, Isaac Watts 1719, terj. Yamuger/KAJ 1980<br />Lagu: Lowell Mason (1792-1872)<br />Arransemen: G.F. Handel <br /><br /><br />SALAM<br />PF : Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian! (2 Korintus 13: 13)<br />U : dan menyertaimu juga<br />(duduk)<br /><br />PENGAKUAN DOSA<br />PF : Saudara sekalian, di hari istimewa ini kita kembali diajak untuk merenungkan cinta kasih Tuhan lewat inkarnasi-Nya menjadi manusia. Dalam Perayaan Natal saat ini kita tidak hanya mensyukuri cinta kasih itu hanya dari kelahiran-Nya, namun juga lewat penebusan- Nya. Dan di awal perayaan yang mulia ini, marilah kita menyesali dan mengaku akan dosa-dosa kita di hadapan Allah, supaya kita layak di hadapan-Nya!<br /><br />---------hening--------<br /><br />U : (menyanyikan KJ 23 “Ya Allah Bapa”)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> Aku berlutut dan doa kupanjatkan, ku bertelut memohon rahmat-Mu;<br /> Ampunilah segala dosaku dan limpahkanlah berkat anugerah.<br /><br /> Aku naikkan puji dan doa ini demi nama Tuhanku Penebus,<br /> Putra kekal, abadi dan kudus, Jurus’lamatku dan Raja semesta<br />Syair dan Lagu: Subronto Kusumo Atmodjo 1978<br />Arransemen: H.A. van Dop 1984<br /><br />BERITA PENGAMPUNAN<br />PF : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak- Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3: 16) Sebagai pelayan Tuhan, kami memberitakan bahwa dosa-dosa saudara sekalian telah diampuni, dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus! <br />U : Amin<br /><br /><br />LITANI KYRIE<br />L : Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah menjadi daging demi umat-Mu yang berdosa ini. Tuhan, kasihanilah kami!<br /><br />U : Tuhan, kasihanilah kami!<br /><br />L : Engkau yang menghapus dosa-dosa dunia, dalam diri Yesus Kristus Engkau rela tergantung di salib dan bangkit dalam kemuliaan untuk membuktikan bahwa Engkaulah Juruselamat dunia. Kristus, kasihanilah kami!<br /><br />U : Kristus, kasihanilah kami!<br /><br />L : Engkau berjanji untuk datang kembali dalam kemuliaan membangkitkan orang-orang mati dan membawa kami untuk tinggal bersama dalam Kerajaan Sorgawi, biarlah kami senantiasa menantikan kedatangan-Mu itu dalam iman dan pengharapan. Tuhan, kasihanilah kami!<br /><br />U : Tuhan, kasihanilah kami!<br /><br />(berdiri)<br />MADAH GLORIA <br />Gita Bakti 288 “Kemuliaan Bagi Allah”<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />(laki-laki)<br />Tuhan Allah, Raja surga, Allah Bapa Mahakuasa, Engkaulah yang layak kami puji, <br />menyembah sambil bersyukur demi kemuliaan-Mu!<br /><br />(perempuan)<br />Anakdomba, Jurus’lamat, Putra Allah Mahakuasa, Engkau yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami, dengarlah doa kami!<br /><br />(semua)<br />Hanya Kau yang Mahasuci, hanya Kau yang Mahatinggi, ya Yesus Mesias, Tuhan kami, <br />Beserta dengan Roh Kudus di kemuliaan Bapa-Mu! <br />Syair: Gloria in Excelsis (Gloria Besar), abad ke-3, saduran H.A. van Dop 1975<br />Lagu dan aransemen: H.A. van Dop 1975/1982<br /><br /><br />LITURGI SABDA (dan Pelayanan Baptisan Kudus) <br /><br />DOA PERSIAPAN PELAYANAN FIRMAN<br />PF : Marilah berdoa! Ya Allah yang Mahamulia, kami mohon kiranya Engkau menerangi kami dengan Sabda Kebenaran-Mu yang akan diwartakan ini, biarlah hidup kami hanya seturut dengan firman-Mu. Demi Yesus Kristus, Tuhan yang telah lahir bagi kami!<br />U : Amin<br />(duduk)<br /><br />BACAAN I<br />Lektor : (Yesaya 52: 7-10) Demikianlah sabda Tuhan!<br />U : Syukur kepada Allah<br /><br /><br />MAZMUR ANTABACAAN<br />Mazmur 98<br /><br /><br /><br /><br /><br />Bersorak-sorai bagi Dia, hai bumi bergembiralah!<br />Bermazmur bagi Yang Setia, hai segenap manusia!<br />Gambus, kecapi dan nafiri bunyikanlah dengan seru:<br />Biar semua mengiringi pujian bagi Rajamu!<br /><br />Biar samud’ra bergemuruh dan sungai-sungai bertepuk; <br />Biar segala puncak gunung bersorak-sorai menderu.<br />Langit dan bumi, ramai-ramai sambutlah Raja mulia<br />yang datang menyampaikan damai selaku Hakim dunia!<br /> Lagu: Jenewa<br /><br />BACAAN II<br />Lektor : (Ibrani 1: 1-12) Demikianlah sabda Tuhan!<br />U : Syukur kepada Allah<br />(berdiri)<br /><br />BAIT PENGANTAR INJIL <br />Gita Bakti 289 “Haleluya”<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BACAAN III<br />PF : Inilah Injil Yesus Kristus menurut kesaksian Yohanes!<br />U : Dimuliakanlah Tuhan<br />PF : (Yohanes 1: 1-14) Demikianlah Injil Tuhan. Terpujilah Kristus, Haleluya!<br />U : (menyanyikan kembali GB 289 “Haleluya”)<br />(duduk)<br /><br />KHOTBAH<br />Tema : <br />Inti : <br /><br />----hening----<br /><br />PENGANTAR PELAYANAN BAPTISAN KUDUS<br />PF : Para orang tua yang hendak membaptiskan anak kalian, sebagai persekutuan umat Allah, kami menyambut dengan sukacita niat saudara sekalian untuk membaptiskan anak kalian. Melalui baptisan, anak-anak ini akan dipersatukan dengan perjanjian Allah Bapa, Sang Pencipta, yang di dalam diri Kristus telah mati dan dikuburkan, lalu bangkit dalam kemuliaan, dan hidup abadi dalam persekutuan Roh Kudus, untuk kemudian menjadi bagian dari Tubuh Kristus, yaitu Gereja.<br /><br />(berdiri)<br />PENGAKUAN IMAN RASULI<br />PF : Saudara sekalian, bersama dengan umat Allah di seluruh dunia, dan bersama para orang tua yang hendak membaptiskan anak mereka, marilah kita berdiri dan mengikrarkan pengakuan iman kita, seturut dengan Pengakuan Iman Rasuli!<br />U : Aku percaya ……<br />(umat duduk, para orang tua baptis tetap berdiri)<br /><br />PERNYATAAN ORANG TUA<br />PF : Para orang tua sekalian, apakah kalian bersedia supaya anak kalian ini dibaptiskan berdasarkan iman gerejawi yang telah kalian ikrarkan tadi? <br />OT : Ya, kami bersedia!<br /><br /><br />PEMBAPTISAN<br />PF : (.....) Aku membaptiskan engkau di dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus! <br /><br /><br />PENUMPANGAN TANGAN<br />PF : Kiranya Roh Kudus memberkati engkau untuk selanjutnya menjadi saksi Kristus di sepanjang kehidupanmu, dalam kemuliaan Allah Bapa! Amin.<br /><br /><br />PENUTUP<br />PF : Kini mereka telah menjadi ciptaan yang baru di dalam Yesus Kristus. Haleluya!<br /><br />(berdiri)<br />DOA UMAT<br />PF : Saudara sekalian, marilah kita menaikkan segala permohonan kita kepada Allah!<br />L : Ya Bapa, berkatilah seluruh gereja yang tersebar di seluruh penjuru bumi. Biarlah seluruh gereja boleh merayakan Pesta Natal ini dengan sukacita dan rasa aman. Demi Kristus kami mohon,<br /><br />U : Dengarkanlah doa kami, ya Tuhan!<br /><br />L : Ya Bapa, berkatilah anak-anak yang baru dibaptiskan ini dengan Roh Kudus-Mu. Ketika mereka dibaptiskan, mereka telah terkubur dan bangkit bersama Kristus. Biarlah mereka tumbuh dalam pengajaran iman di dalam-Mu saja. Demi Kristus kami mohon, <br /><br />U : Dengarkanlah doa kami, ya Tuhan!<br /><br />L : Ya Bapa, berkatilah para pemimpin negara kami. Biarlah mereka memimpin dengan takut akan Tuhan saja dan dapat menghindari godaan untuk korupsi. Demi Kristus kami mohon,<br /><br />U : Dengarkanlah doa kami, ya Tuhan!<br /><br />L : Ya Bapa, berkatilah para janda dan duda yang kesepian, orang-orang menderita karena sakit atau tekanan, orang-orang berduka dan anak-anak jalanan. Berikanlah uluran tangan- Mu kepada mereka, dan mampukanlah kami untuk menolong dan menghiburkan mereka. Demi Kristus kami mohon,<br /><br />U : Dengarkanlah doa kami, ya Tuhan!<br /><br />(hening, umat menyampaikan permohonan pribadi)<br /><br />L : Demi Kristus kami mohon!<br /><br />U : Dengarkanlah doa kami, ya Tuhan!<br /><br />PF : Inlah segala permohonan kami, ya Tuhan! Kami memohon kiranya Engkau mendengar dan mengabulkan permohonan-permohonan kami, seturut dengan kehendak-Mu saja. Demi Kristus, kami berdoa kepada-Mu, Ya Bapa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa!<br /><br />U : Amin<br />(duduk)<br /><br />LITURGI EKARISTI<br /><br />PENGUMPULAN PERSEMBAHAN DIIRINGI NYANYIAN UMAT<br /><br />Gita Bakti 72 “Anak Maria”<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Para malaikat bernyanyi gembira, memuji Allah yang Mahabesar.<br />Para gembala di padang Efrata, bersukacita menyaksikannya.<br /><br />Berbahagia yang datang menyambut, di kandang domba Sang Bayi Kudus.<br />Ia berbaring penuh kedamaian, bayi mulia, Sang Anak Kudus.<br /> Syair dan Lagu: G. Soumokil 2006<br />(berdiri)<br /><br />DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN <br />PF : Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahan kami menerima roti yang kami siapkan ini. Inilah hasil dari bumi dan dari usaha manusia yang bagi kami akan menjadi roti kehidupan.<br /><br />U : Terpujilah Allah selama-lamanya!<br /><br />PF : Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahan-Mu kami menerima anggur yang kami siapkan ini. Inilah hasil dari pohon anggur dan dari usaha manusia yang bagi kami akam menjadi minuman rohani.<br /><br />U : Terpujilah Allah selama-lamanya!<br /><br />PF : Dalam kerendahan hati dan ketulusan, kami menghadap kepada-Mu, ya Allah, Bapa kami. Dalam peristiwa Natal yang agung ini, kami mempersembahan kembali berkat yang telah Kauberikan kepada kami. Berkenanlah Engkau menerima persembahan umat-Mu ini, demi Kristus, kami berdoa!<br /><br />U : Amin<br /><br /><br />SURSUM CORDA – PREFASI – SANCTUS <br /><br />NKB 156 “Angkat Hatimu”<br />(bait 1 dinyanyikan PF)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />(bait 2 dinyanyikan umat)<br />Kami bersyukur atas ciptaan-Mu, atas kasih-Mu dan perjanjian-Mu, <br />atas Putra-Mu, Yesus Jurus’lamat, atas Roh Kudus dan segala rahmat; <br />kami bersyukur, bersyukur pada-Mu.<br /><br />(bait 3 dinyanyikan PF)<br />Kami bersyukur beserta malaikat, beserta nabi dan umat abdi-Mu,<br />beserta rasul dan semua martir, orang yang kudus di terang sorgawi<br />dan di dunia : seluruh G’reja-Mu.<br /><br />(bait 4 dinyanyikan umat)<br />Kami berseru : Suci, suci, suci! Tuhan yang Esa, Pencipta Semua<br />Dunia penuh kemuliaan-Mu. Diberkatilah Kristus, Utusan-Mu.<br />Kami berseru : “Hosana” pada-Nya.<br />Syair: Sursum Corda/Lift Your Hearts; (Myanmar) terj. Yamuger 1987<br />Lagu: Leonard Khan Gyi 1962 (Karen – Birma)<br />© Christian Conference of Asia<br /><br />(duduk)<br />EPIKLESIS I <br />PF : Sungguh kuduslah Engkau, Bapa yang Mahakudus, ketika Sabda-Mu menjadi manusia, Engkau memancarkan keagungan yang tiada tertandingi. Engkau, Allah yang tak kelihatan itu, kini dapat kami kenal dalam diri Putra-Mu, Juruselamat kami. <br /><br /> Kini, ya Bapa, Seperti butiran-butiran gandum yang digiling menjadi roti, dan butiran- butiran buah anggur yang diperas menjadi minuman anggur, demikian pula kami datang kepada-Mu dari berbagai latar-belakang untuk memuji dan memuliakan Engkau. Dalam persekutuan umat-Mu ini, kami mohon kiranya Roh-Mu menyucikan persembahan yang kami himpunkan menjadi satu dalam rupa roti dan anggur ini supaya menjadi bagi kami: Tubuh dan Darah Putra-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus!<br /><br />U : (menyanyikan PKJ 300 “Datanglah, Ya Roh Kudus)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Penetapan Perjamuan Kudus <br />PF : Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: <br /><br />“Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu;<br />perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”<br /><br /> Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: <br /><br />“Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku;<br />perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”<br /><br /><br />ANAMNESIS<br />PF : Sungguh agung misteri iman kita!<br />U : Kami mengenangkan kematian Kristus, Kami merayakan kebangkitan-Nya dan kami menantikan kedatangan-Nya yang kedua kali!<br /><br /><br />EPIKLESIS II <br />PF : Sambil mengenangkan karya penyelamatan dalam diri Putra-Mu, Yesus Kristus, kami persembahkan diri kami kepada-Mu, ya Tuhan, Sang Roti Kehidupan dan Piala Keselamatan. Kami bersyukur, sebab kami Engkau anggap layak menghadap Engkau dan berbakti kepada-Mu. Kami mohon kepada-Mu, ya Bapa, agar kami sekalian yang menerima roti dan anggur ini, dihimpun menjadi satu kesatuan dalam Roh Kudus.<br /><br />U : (menyanyikan PKJ 300 “Datanglah, Ya Roh Kudus)<br /><br /><br />KOMEMORASI <br />PF : Ingatlah, ya Tuhan, akan gereja-Mu, yang kudus dan am dan rasuli ini, yang telah ditebus melalui darah Tuhan Kami, Yesus Kristus. Kiranya Engkau tetap memelihara persatuan kami ini dalam iman dan damai sejahtera yang hanya berasal dari-Mu saja. <br /><br /> Bapa, berkatilah para pelayan-pelayan-Mu yang bertugas menggembalakan kami, di mana pun mereka Engkau percayakan memegang tanggung-jawab pelayanan mereka.<br /><br /> Ingatlah juga, ya Bapa, saudara-saudari kami yang telah meninggal dalam dalam damai dengan Kristus. Kasihanilah dan terimalah dalam kebahagiaan yang kekal, bersama Perawan Maria, para rasul, semua martir dan orang-orang kudus, yang hidupnya berkenan kepada-Mu. Bersama mereka, kami juga akan memuji Dikau dan kelak akan tinggal bersama dalam Kerajaan-Mu.<br /><br />U : (menyanyikan GB 293b “Maranatha”)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PENUTUP <br />PF : Dengan Kristus, bersama Kristus dan di dalam Kristus, bagi-Mulah segala hormat dan kemuliaan, ya Allah Bapa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa!<br /><br />U : (menyanyikan PKJ 293 “Amin”)<br /><br /><br /><br /><br /><br />(berdiri)<br />DOA BAPA KAMI<br />PF : Dalam persatuan sebagai Tubuh Kristus, marilah kita bersama-sama berdoa!<br />U : Bapa kami yang di sorga, ….<br /><br /><br />SALAM DAMAI <br />PF : Tuhan Yesus Kristus, Engkau bersabda kepada para rasul, “Damai Kutinggalkan bagi-Mu, damai-Ku Kuberikan kepadamu.” Ya Tuhan, janganlah Engkau melihat dosa kami kembali, tetapi lihatlah saja akan iman gereja-Mu ini. Persatukanlah kami dengan damai yang kekal dalam pengharapan akan datangnya Kerajaan-Mu kelak!<br />U : Amin<br />PF : Damai Tuhan besertamu!<br />U : dan besertamu juga<br /><br />-----umat saling bersalam-salaman, mengucapkan “Salam damai!”-----<br />(duduk)<br /><br />PEMECAHAN ROTI DAN PENUANGAN ANGGUR <br />PF : Roti yang akan dipecah-pecahkan, dan anggur yang akan dituangkan ini adalah persekutuan dengan Tubuh dan Darah Kristus!<br /><br />(sambil memecah-mecahkan roti dan menuangkan anggur, <br />umat menyanyikan KJ 312 “Anakdomba Allah”)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />KOMUNI<br />PF : Lihatlah! segala sesuatunya telah tersedia. Nikmatilah jamuan makan dan minum dari Tuhan! <br /><br />(umat maju ke depan untuk menerima roti dan anggur, <br />setelah itu umat mengambil waktu untuk hening sejenak, <br />sambil para pelayan merapikan meja perjamuan)<br /><br /> <br />(berdiri)<br />DOA SYUKUR SESUDAH KOMUNI<br />PF : Marilah berdoa! Ya Allah, kami bersyukur karena kami telah dipersatukan dengan-Mu melalui baptisan yang pernah kami terima, kami juga bersyukur karena kami boleh mengambil bagian dalam perjamuan-Mu yang kudus. Dalam perayaan untuk mengingat kelahiran-Mu ke dalam dunia ini, kami juga memohon kiranya Engkau juga lahir di hati kami masing-masing supaya Engkau hidup di dalam kami, dan kami hidup di dalam-Mu. Demi Kristus kami berdoa!<br />U : Amin<br /><br /><br />LITURGI PENGUTUSAN<br /><br />NYANYIAN PENUTUP<br />Kidung Jemaat 99 “Gita Sorga Bergema”<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Yang di sorga disembah, Kristus, Raja yang baka, lahir dalam dunia dan Maria Bunda-Nya.<br />Dalam daging dikenal Firman Allah yang kekal; dalam Anak yang kecil nyatalah Imanuel!<br />Gita sorga bergema, “Lahir Raja mulia!”<br /><br />Raja Damai yang besar, Surya hidup yang benar, menyembuhkan dunia di naungan sayap-Nya,<br />tak memandang diri-Nya, bahkan maut dit’rima-Nya, lahir untuk memberi hidup baru abadi!<br />Gita sorga bergema, “Lahir Raja mulia!”<br />Syair: Hark! The Herald Angels Sing, Charles Wesley 1739, terj. Yamuger 1977<br />Lagu: Felix Mendelsson 1840<br />Arransemen: William Hayman Cummings 1856 <br /><br />BERKAT<br />PF : Terimalah berkat Tuhan, “Kasih karunia Allah Bapa, dalam diri Putra-Nya, Yesus Kristus, Firman yang menjadi Manusia, dan persekutuan dengan Roh Kudus, kiranya memberkati saudara sekalian, kini dan selama-lamanya!”<br />U : Amin<br /><br /><br />PENGUTUSAN <br />PF : Saudara sekalian, dengan demikian perayaan agung ini telah selesai. <br />U : Syukur kepada Allah<br />PF : Marilah pergi, kita diutus!<br />U : Amin<br /><br />Para pelayan liturgi meninggalkan ruang kebaktian diiringi permainan organ<br />(duduk)<br /><br /><br />*) disusun oleh sekelompok mahasiswa STT Jakarta semester 7, 2011, mata kuliah Memimpin Ibadah.Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-29906413384086469812011-08-21T18:59:00.001-07:002011-08-21T18:59:53.110-07:00Buku baruBuku (biasa, bukan E-book) "Berdoa dan Bekerja Bersama Santo Benediktus dari Nursia" karangan Rasid Rachman hanya dijual via internet. Bagi peminat, silakan klik: http://nulisbuku.com/books/view/berdoa-dan-bekerja-bersama-santo-benediktus-dari-nursia
<br />Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-4734111285872714842011-08-15T22:53:00.000-07:002011-08-22T18:59:39.883-07:00SILABUS (SEMESTER 7) MEMIMPIN IBADAH(LIT 0307, 2 SKS)
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">Semester ganjil, 2011</span>
<br />
<br />Mahasiswa belajar memimpin ibadah dengan baik dan kreatif. Dalam mata kuliah ini akan diajarkan cara membaca Alkitab dan teks ibadah lainnya (termasuk doa), cara pelayanan Firman dan Sakramen, dilengkapi dengan sikap tubuh dan gerak serta aspek teknis lainnya. Dibahas pula bagaimana mengikutsertakan orang lain dalam unsur-unsur ibadah, serta kerja sama dengan para pemeran khusus seperti paduan suara dan pengiring musik. Diperhatikan pula berbagai macam bentuk ibadah, baik di dalam maupun di luar gedung gereja serta pengaruh cara memimpin dalam kegiatan peribadahan.
<br />
<br />
<br />Tatap muka 1
<br />- Uraian umum tentang isi dan tujuan kuliah ini.
<br />- Perkenalan sistem dan metode perkuliahan, cara penilaian, tes tengah semester dan akhir semester, dll.
<br />
<br />Tatap muka 2
<br />- Arti simbol-simbol dalam liturgi: tata gerak, kata-kata, warna, busana, dsb.
<br />- Membaca Alkitab: Injil dan Surat
<br />
<br />Tatap muka 3
<br />Membaca Alkitab: Injil, Surat, dan Mazmur
<br />*) mahasiswa menyiapkan satu perikop bacaan
<br />
<br />Tatap muka 4
<br />- Liturgi ekumenis sesuai Liturgi Lima
<br />- Unsur-unsur liturgi dan arti-artinya
<br />*) mahasiswa menyiapkan Liturgi Lima
<br />
<br />- Leksionari, Mazmur, dan nyanyian jemaat dalam liturgi hari Minggu
<br />*) mahasiswa menyiapkan buku nyanyian ”Kidung Jemaat dan Mazmur”.
<br />
<br />Tatap muka 5 (mulai presentasi kelompok)
<br />Merancang Ibadah hari Minggu + perjamuan kudus (penerapan Liturgi Lima dalam konteks)
<br />
<br />Tatap muka 6
<br />Latihan Ibadah hari Minggu Biasa + perjamuan kudus (liturgi ekumenis)
<br />* Evaluasi kelas
<br />
<br />Tatap muka 7
<br />Latihan Ibadah hari raya Epifania + perjamuan kudus
<br />* Evaluasi kelas
<br />
<br />Tatap muka 8
<br />Latihan Ibadah hari raya Natal Siang (25 Desember) + baptisan anak
<br />* Evaluasi kelas
<br />
<br />Tatap muka 9
<br />Latihan Ibadah Minggu Adven + Perkawinan
<br />* Evaluasi kelas
<br />
<br />Tatap muka 10
<br />Latihan Ibadah Yesus Naik ke Sorga + Penahbisan Pendeta
<br />* Evaluasi kelas
<br />
<br />Tatap muka 11
<br />Latihan Ibadah alam terbuka
<br />* Evaluasi kelas
<br />
<br />Tatap muka 12
<br />Latihan Ibadah harian petang
<br />* Evaluasi kelas
<br />
<br />Tatap muka 13
<br />Latihan Ibadah harian Laudes (pagi)
<br />* Evaluasi kelas
<br />
<br />Tatap muka 14
<br />Latihan Ibadah Jumat Agung
<br />*) Evaluasi kelas
<br />
<br />TAS (hanya jika diperlukan): refleksi praktek peribadahan di satu gereja yang diamati oleh mahasiswa)
<br />
<br />
<br />Bahan bacaan
<br />Gabe Huck, Liturgi Yang Anggun dan Menawan, Kanisius.
<br />Menjadi Lektor
<br />Max Thurian and Geoffrey Wainwright, Baptism and Eucharist Ecumenical Convergence in Celebration, WCC 1983.
<br />Revised Common Lectionary dari www.cresourcei.org/lection.html
<br />Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-83383255935483465642011-08-15T20:23:00.000-07:002011-08-15T22:55:46.668-07:00SILABUS (semester 3) LITURGIKA I(LIT 0103, 2 SKS)
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">Semester ganjil, 2011</span>
<br />
<br />Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan pengantar ke dalam studi liturgi. Akan dipelajari arti liturgi hari Minggu beserta unsur-unsurnya, pengantar sakramen, dan masalah liturgi lainnya yang berhubungan dengan seni dan konteks kehidupan Gereja.
<br />
<br />Tatap muka 1
<br />- perkenalan sistem perkuliahan, penilaian, tugas-tugas, dsb.
<br />- pengantar umum, kerangka sejarah liturgi
<br />- etimologi: liturgi, ibadah, doa-doa, dan kata-kata sejenis
<br />
<br />Tatap muka 2 (zaman gereja awal)
<br />- simbol-simbol dan tanda-tanda dalam liturgi
<br />- umat, tempat, dan waktu sebagai simbol
<br />- Ibadah jemaat mula-mula sebagai gambaran pertama ibadah gereja (1)
<br />
<br />Tatap muka 3 (zaman gereja awal)
<br />- Ibadah jemaat mula-mula sebagai gambaran pertama ibadah gereja (2)
<br />- Budaya-budaya masyakarat membentuk liturgi: Yahudi, Helenistik, Romawi, dsb.
<br />
<br />Tatap muka 4 (zaman Patristik)
<br />- jenis-jenis liturgi (1): harian, mingguan, tahunan
<br />- ciri-ciri khas setiap jenis ibadah
<br />
<br />Tatap muka 5 (zaman Patristik)
<br />- jenis-jenis liturgi (2): harian, mingguan, tahunan
<br />- ciri-ciri khas setiap jenis ibadah
<br />
<br />
<br />Tatap muka 6 (menjelang Abad-abad Pertengahan)
<br />- monastika dan spiritualitas biara bagi dunia saat ini
<br />
<br />Tatap muka 7
<br />Ujian tengah semester (esai di kelas)
<br />
<br />Tatap muka 8 (Abad-abad Pertengahan)
<br />- baptisan dan perjamuan
<br />- perkembangan sakramen-sakramen
<br />
<br />Tatap muka 9 (Abad-abad Pertengahan)
<br />- liturgi perkawinan
<br />- jabatan dan para petugas liturgi
<br />
<br />Tatap muka (10 Abad-abad Pertengahan)
<br />- arsitektur bangunan gereja
<br />- tata ruang dalam dan perangkat liturgi
<br />
<br />Tatap muka 11 (zaman Reformasi)
<br />- teologi liturgi Luther
<br />- teologi liturgi Calvin
<br />
<br />Tatap muka 12 (zaman Reformasi)
<br />- pokok-pokok liturgi Reformasi
<br />- nyanyian jemaat: sejarah dan jenis
<br />
<br />Tatap muka 13 (zaman Modern)
<br />- liturgi zaman modern : gerakan liturgis dan penyesuaian liturgis
<br />- liturgi–liturgi kontemporer
<br />
<br />Tatap muka 14 (cadangan dari zaman Reformasi)
<br />- liturgi Anglican
<br />- liturgi Metodis
<br />
<br />Tatap muka 15 (paper)
<br />Ujian akhir semester: uraian historis dan refleksi bagi gereja dewasa kini
<br />
<br />Buku-buku bacaan
<br />Cheslyn Jones, Geoffrey Wainwright, Edward Yarnold (editors), <span style="font-style:italic;">The Study of Liturgy</span>.
<br />E. Martasudjita, <span style="font-style:italic;">Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah, dan Teologi Liturgi</span>, Kanisius
<br />James White, <span style="font-style:italic;">Introduction to Christian Worship (Revised Edition)</span>, Abingdon.
<br />Rasid Rachman, <span style="font-style:italic;">Hari Raya Liturgi</span>. BPK GM.
<br />Rasid Rachman, <span style="font-style:italic;">Pembimbing ke dalam Sejarah Liturgi</span>, BKP GM.
<br />Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-62720979451963669032011-03-15T06:37:00.000-07:002011-03-15T06:41:20.864-07:00PERJAMUAN SOSIAL DAN IKATAN KEKERABATANUPACARA PENGUCAPAN DI MINAHASA<br /><br /><br />Nama : Ariwandira, Gledy Oktaviani, Rohani Sianipar, Wilson Simamora, <br /> Malia Mariete Lenakoly<br />Semester : VI (enam)<br />Mata Kuliah : Ritus Kehidupan<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pendahuluan<br /></span>Perjamuan sosial atau makan bersama merupakan unsur utama bagi kehidupan manusia sepanjag masa dan merupakan warisan dari budaya di seluruh bangsa. Makan bersama ini merupakan sebuah pengalaman kebersamaan. Secara historis, perjamuan sosial merupakan lambang persatuan dan persaudaraan antar manusia dengan sesamanya, sebagai tanda yang mempertemukan dan mempersatukan mereka dengan yang Ilahi, dan lambang untuk mewartakan karya Ilahi di dalam dunia. Tujuannya ialah untuk menghayati dan mengekspresikan hubungan antar manusia dan antar kelompok. Pada umumnya, perayaan perjamuan sosial lebih terfokus pada partisipasi kelompok, yaitu: untuk saling menguatkan antar anggota dan kelompok, untuk mengingat peristiwa-peristiwa khusus, dan untuk menghidupkan makna dan nilai-nilai perayaan tersebut. Selain itu perjamuan sosial tidak hanya memberikan jamuan makanan tetapi di dalamnya juga ada persiapan, proses makan bersama dan percakapan. Oleh karena itu, orang yang datang tidak hanya sekadar ingin makan kenyang tetapi para anggota saling melayani, bercengkrama, berbagi cerita dan berbagi makanan. <br />Perjamuan sosial pun mengasumsikan aspek keagamaan seperti pada pelaksanaan perjamuan kudus, yaitu: ciri sakramental dan aspek sosial yang adalah persaudaraan dan cinta kasih. Dengan demikian, perjamuan sosial atau makan bersama adalah sarana untuk menghayati dan mengekspresikan nilai-nilai kemanusiaan dan harapan-harapan hidup manusia. Perjamuan sosial tersebut diselenggarakan tidak hanya sebagai upacara keagamaan, tetapi mengandung makna sosial karena perjamuan yang dilakukan tidak hanya makan secara pribadi, tetapi saling berbagi makanan dengan orang lain. Inilah yang memunculkan rasa kebersamaan itu dalam sebuah ikatan kekerabatan melalui perjamuan yang sedang dilaksanakan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Upacara Pengucapan di Minahasa</span><br />Ditelusuri dari segi historis, upacara ini merupakan sebuah ritual yang berisi mantra-mantra pujian kepada para dewa atas berkat yang diberikan bagi hasil panen di ladang. Ritual tersebut dilaksanakan sambil menari mengagungkan para dewa. Ritual ini pada umumnya dilaksanakan sekitar bulan Juni-Agustus. Sebagai ungkapan syukur, tentu saja acara ini dilaksanakan secara meriah dan penuh sukacita. Pada hari itu seluruh masyarakat bersukacita sambil berkumpul di suatu tempat. Masing-masing membawa segala hasil panen dan makanan-makanan untuk diletakkan pada sebuah meja panjang. Setelah dipanjatkan puji-pujian kepada para dewa, semua orang bersama-sama makan dari apa yang telah dibawa tersebut. Saling berbagi pun terjadi. Lalu, acara tidak berhenti sampai di situ saja. Pada hari tersebut setiap rumah tangga wajib membuka rumah mereka untuk didatangi oleh tamu. Setiap tamu yang hadir ke rumah-rumah tersebut harus dijamu oleh tuan rumah dengan berbagai makanan yang ada di rumah tersebut, bahkan tamu yang hadir ke rumah-rumah tidak hanya dari satu desa, tetapi juga dari desa lainnya. <br />Seiring berkembangnya zaman dan masuknya kekristenan di Minahasa, pelaksanaan upacara ini juga mengalami perkembangan. Upacara ini mulai disiapkan satu hari sebelumnya. Tiap-tiap keluarga mempersiapkan baik persembahan hasil panen untuk dipersembahkan ke hadapan Tuhan di gereja, maupun makanan khas Minahasa untuk disediakan dalam perjamuan sosial. Makanan utama yang harus disediakan adalah sayur daun pangi dan nasi atau ketan yang dibakar di dalam bambu. Pada umumnya, makanan disediakan dalam jumlah yang melimpah, sebab makanan tersebut dipersiapkan untuk makan bersama, menjamu tamu di tiap rumah, dan memberikan kantong-kantong makanan ketika tamu pulang.<br />Pelaksanaan perayaan ini diawali dengan ibadah syukur pada pagi hari, bersama seluruh warga kampung, dengan membawa hasil-hasil panen ke gereja. Hal ini sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan pemeliharaan dan kesuburan (menggantikan pemahaman yang lampau sebagai ucapan syukur kepada para dewa). Pada prosesi pembawaan hasil panen, diawali dengan tarian ungkapan syukur panen, yaitu tarian Maengket. Selain itu, seluruh warga kampung pun membawa makanan olahan yang telah disiapkan pada hari sebelumnya dan ditata pada satu meja panjang yang diletakan di halaman gereja. Hal ini merupakan bentuk ungkapan syukur warga, yaitu dengan membagikan olahan hasil panen tersebut agar dapat dinikmati oleh semua orang, antara lain: masyarakat dari kampung lain, anggota keluarga yang sudah tinggal di kota, bahkan mereka yang berbeda agama. Meja tersebut mengingatkan bahwa kita telah menjadi kesatuan, ketika kita makan bersama dalam satu meja perjamuan. Mengingat kembali pada perayaan perjamuan kudus di gereja, umat makan roti dan minum anggur di sebuah meja. Meja perjamuan tersebut merupakan sebuah simbol yang seharusnya mengingatkan kita untuk turut berbagi makanan dengan orang lain di sekitar kita. <br />Setelah perjamuan bersama, setiap keluarga kembali ke rumah mereka masing-masing dan bersiap menjamu setiap tamu yang datang ke rumah. Perjamuan bersama ini merupakan sarana pertemuan keluarga, saling berbagi cerita, dan semakin memperkuat ikatan kekerabatan. Selesai menjamu para tamu di rumah, setiap orang yang datang bertamu diberikan kantong-kantong berisi makanan untuk dibawa pulang. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Refleksi <br /></span>Proses inkulturasi bertujuan untuk menyampaikan pesan atau makna Injil secara utuh dengan menggunakan unsur-unsur yang ada di dalam kebudayaan. Tradisi Pengucapan Syukur di Minahasa adalah salah satu bentuk inkulturasi. Mungkin tiap-tiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi perjamuan sosial. Akan tetapi, sudahkah terpikirkan bahwa upacara-upacara tersebut dapat kita pakai menjadi sebuah alat untuk menyampaikan pesan atau makna Injil? <br />Alangkah baiknya ritus seperti ini diberi tempat di dalam liturgi. Misalnya, pada Ibadah Pentakosta dan Perayaan Panen, dalam rumpun liturgi persembahan, umat tidak hanya mempersembahkan roti, anggur dan uang, namun umat bersama-sama meletakkan hasil-hasil panen mereka ke meja perjamuan untuk dipersembahkan dan diberkati. Hal ini dapat dipakai oleh Gereja agar semakin menghayati perjamuan sosial sebagai sarana untuk mempererat kekerabatan dan persaudaraan antar manusia, mempererat hubungan mereka dengan Ilahi, dan mewartakan kuasa Ilahi di dalam dunia.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Referensi<br /></span>Chupungco, Anscar J. <span style="font-style:italic;">Liturgical Inculturation: Sacramentals, Religiosity, and Catechesis<span style="font-style:italic;"></span></span>. Minnesota: The Liturgical Press, 1992.<br />Eswell, Walter A. <span style="font-style:italic;">Baker Encyclopedia of the Bible Vol. I</span>. Grand Rapids: Baker Book House, 1989.<br />Ingkiriwang-Kalangie, dkk. <span style="font-style:italic;">Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Sulawesi Utara.</span> Sulawesi Utara: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Proyesk Inventarisasi dan Dokumentasi Kebuadayaan Daerah), 1985.<br />Mailoa, Williams Bill. <span style="font-style:italic;">Jurnal Teologi Proklamasi</span>, dalam artikel: Ibadah Yang Menggembalakan. Jakarta: Unit Publikasi & Informasi, 2008.<br />Sianturi, Ramli. <span style="font-style:italic;">Kamu Harus Memberi Mereka Makan</span> (tesis), Jakarta: 2006.<br /><br />Sumber lain:<br />Artikel Kebudayaan Minahasa yang diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/22740881/KEBUDAYAAN-MINAHASA<br />Williams, China dan George Dunford. Southeast Asia on a Shoestring. Lonely Planet.<br />Wawancara dengan Sdri. Merlin Brenda Lumintang, pada Senin, 28 Febuari 2011.Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-36746678662098881942011-03-09T16:50:00.000-08:002011-03-09T16:55:36.067-08:00RITUS BAPTISANNama : Bontor Egla, Covan, Hesekiel, Maureen, Togu<br />Semester: VI (enam)<br />Mata Kuliah: Ritus Kehidupan<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pendahuluan</span><br /> Ritus terjalin dalam seluruh kehidupan yang kita jalani. Setiap hal yang kita lakukan dalam dunia ini pasti mengandung makna dan nilai tertentu. Demikian pula istilah yang kita kenal dengan nama “inisiasi”, yang secara tak disadari pun turut terserap dalam tradisi kekristenan. Istilah ini berasal dari bahasa Latin ini-ire dan initiatio yang berarti masuk ke dalam atau pemasukan ke dalam, yang merupakan suatu gejala sosio-antropologis yang tersebar luas dalam masyarakat. <br />Hampir semua kelompok sosial mengembangkan dan memiliki suatu upacara (baik profan atau sipil dan religius keagamaan), untuk secara resmi memasukkan orang yang dianggap “orang luar” menjadi anggota kelompok sosial tertentu. Demikian pula ritus baptisan dan pemberian nama yang akan kelompok bahas dalam kesempatan kali ini. Kelompok melihat adanya suatu keterkaitan erat antara kedua persolan di atas. Untuk itu, kita akan terlebih dahulu melihat secara historis dan normatif bagaimana perkembangan ritus baptisan dan pemberian nama, dalam hubungannya dengan ritus penerimaan dalam masyarakat tertentu, sehingga kita dapat mengenal lebih dalam tentang salah satu ritus ini.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Sejarah Inisiasi Kristen Baptisan</span><br /> Tidak dapat kita pungkiri, apa yang kita jalani sekarang bersumber dari tradisi-tradisi lama yang sudah berlangsung jauh sebelum kekristenan mucul. Salah satu tradisi yang akrab di telinga kita adalah paganisme. Disadari atau tidak, ritual panteistik yang dipraktekkan oleh semua agama monoistik sebagian besar bersumber dari tradisi mereka. Bahkan tradisi baptis yang kita lakukan saat ini, sudah ada lebih dahulu sebelum Yesus lahir ke dunia. Dalam tradisi pagan, baptis (tentunya dengan nama berbeda) adalah sebuah upacara yang dilakukan untuk menyatukan anak dengan air suci sebagai simbol awal kehidupan yang baru, seperti halnya air hujan yang membasahi bumi. <br /> Lama sebelum gereja-gereja lahir, di negara-negara Timur Tengah dan sekitar Laut Tengah, dikenal upacara keagamaan yang menggunakan air sebagai upacara penyucian. Babilonia, Mesir, Persia, India, dan kelak apa yang dikenal sebagai dunia Hellenistik (berkebudayaan Yunani) mempunyai upacara pembaptisan. Beberapa sungai menjadi terkenal karenanya, bahkan sampai sekarang antara lain sungai Efrat, Nil dan Gangga. <br />Selain itu, ada upacara pembasuhan agamawi yang juga mengenal praktek pembaptisan, yang disebut Agama Misteri (misalnya Mithras). Kultus Mithras berasal dari Persia (Iran) dan India. Mithras adalah Dewa Matahari yang banyak dipuja oleh militer. Dalam penerimaan anggotanya, mereka harus dibaptis dan dikuduskan dengan madu. Mithraisme sampai ke Roma pada tahun 67 sebelum Kristus.<br /> Pada zaman Patristik, upacara tersebut diserap dan berkembang menjadi sebuah ritus inisiasi Kristen yang matang. Perkembangan yang dimaksud adalah penumpangan tangan dan pengolesan dengan minyak suci dan menyusul baptisan yang dilayani oleh uskup. Tidak sampai di situ saja, zaman-zaman berikutnya kembali meneruskan tradisi inisiasi ini. Bahkan pada zaman reformasi ritus inisiasi dipandang oleh Luther sebagai karya Allah dan Kristus. Walaupun diselenggarkan oleh gereja, baptisan bukan milik gereja, tetapi milik Kristus.<br />Inisiasi merupakan suatu upacara atau biasa disebut sebagai sakramen. Upacara-upacara tersebut merupakan upacara simbolik yang menyertai pemasukan orang ke dalam kelompok orang yang bersatu dalam kepercayaannya kepada Yesus Kristus. Hal ini dimaknai sebagai pernyataan definitif Allah yang menyatakan diri dalam Kristus sebagai Juruselamat umat manusia. <br /> Dalam tradisi-tradisi lainnya, kita juga dapat menjumpai apa yang serupa dengan ritus baptisan ini. Sampai sekarang di Thailand dikenal salah satu upacara “mandi”. Pada hari raya tertentu, banyak orang yang ikut mengambil bagian dalam upacara penyucian ini dengan saling menyiramkan air satu sama lain. Walaupun demikian, praktek ini telah agak bergeser maknanya. Upacara saling siram air tadi telah menjadi semacam atraksi turis dan diwarnai dengan senda gurau.<br /> Kita juga dapat melihat praktek-praktek yang masih berlaku dalam kehidupan suku Jawa. Di Solo dan Jogjakarta masih berlaku upacaram”memandikan” pengantin. Juga di daerah yang sama, termasuk beberapa pusat ziarah umat Islam seperti Kudus, Kadilangu, dan Demak masih memberlakukan “pemandian” beberapa peninggalan (pusaka) bahkan menurunkan dan mencuci “kelambu”.<br /> Apapun latar belakang agama dan kepercayaan yang memberlakukan praktek “baptis”, maka yang terkandung dari upacara-upacara tadi adalah memandikan atau membasuh dan membersihkan dosa.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pengertian Baptisan dan Ritusnya </span><br />Baptisan berasal dari kata βάπτίζω, yang berarti membenamkan diri, mencelupkan diri ke dalam air (seluruhnya atau sebagian), membasuh dengan air, wudu dan mencuci. Air yang digunakan dalam inisiasi baptisan merupakan pengaruh warisan dari masyarakat umum ketika gereja mula-mula berdiri. Air yang digunakan berfungsi sebagai alat pembersih yang bersifat alami, simbol kehidupan dan kesuburan (Yes. 41:17). <br /> Baptisan yang menggunakan air menyimbolkan pembersihan dari kenajisan, yakni dosa. Setelah seseorang mengalami pembersihan dari dosa, maka kemudian ada kehidupan atau yang dipahami sebagai keselamatan. Kehidupan tersebut merupakan karya dari Roh Kudus. Dengan memperoleh pengampunan dosa, mendapat curahan Roh Kudus, dikuduskan dan sebagainya, seseorang masuk melalui ritus inisiasi baptisan. <br />Berbicara mengenai baptisan, kita tidak akan bisa lepas dari simbolnya. Air merupakan aspek atau simbol yang paling penting dalam baptisan. Air memberikan hidup dalam kehidupan manusia. Air berfungsi untuk membersihkan. Di dalam beberapa agama, air digunakan untuk membersihkan diri dari dosa, sama dengan arti membersihkan secara fisik.<br />Dalam kehidupan sehari-hari air juga berguna untuk memberi kesegaran dan kehidupan bagi segala makhluk. Air juga menjadi tanda pembebasan (berkaitan dengan kisah pembebasan bangsa Israel keluar dari perbudakkan di Mesir). Gereja menggunakan air sebagai lambang kehidupan baru dan pembebasan dari dosa, yang kita alami dalam ritus pembaptisan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Prosedur Sebelum Baptisan Kudus Anak </span><br /> Pertama-tama, orangtua/wali mengajukan permohonan tertulis kepada Majelis Jemaat. Selanjutnya, Majelis Jemaat melakukan percakapan gerejawi dengan orangtua/wali, guna membekali mereka untuk mendidik anaknya dalam iman Kristiani dan mendorong anaknya untuk mengaku percaya/sidi. Setelah percakapan, Majelis Jemaat mewartakan nama dan alamat calon baptisan serta orangtua/walinya dalam warta jemaat selama 3 (tiga) hari Minggu berturut-turut untuk memberi kesempatan kepada anggota jemaat untuk ikut mendoakan, mempertimbangkannya, serta mengajukkan keberatan. Jika selama 3 (tiga) hari Minggu berturut-turut tidak ada anggota jemaat yang keberatan, maka Majelis Jemaat melaksanakan baptisan kudus anak dalam Kebaktian Minggu atau Kebaktian Hari Raya Gerejawi. <br />Baptisan Kudus Anak<br /> Dalam Baptisan Kudus Anak, terdapat pernyataan iman. Di mana, dalam bagian ini orangtua/wali diberikan tanya-jawab untuk mengingat baptisan mereka dan menyatakan iman mereka kepada anak mereka. <br /> Setelah itu masuk dalam proses Pelayanan Baptisan. Dalam bagian ini, nama anak yang hendak dibaptis dipanggil oleh pendeta, sehingga orangtua/wali membawa anaknya maju ke depan. Kemudian, si anak dibaptis dengan percikan air dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Setelah itu, anak-anak di berkati. <br /> Setelah pelayanan baptisan, ada pesan bagi orangtua/wali, yaitu untuk membantu, mendidik mereka agar mereka bertumbuh dalam iman, mengerti makna perjanjian Allah serta Firman-Nya, dan pada waktunya mengaku iman percayanya sendiri sepenuh hati.<br /> Setelah itu pesan diberikan bagi jemaat, untuk menerima anak-anak yang telah dibaptis sebagai anggota persekutuan tubuh Kristus dan pewaris Kerajaan Allah dengan penuh kasih sayang, serta mendukung mereka dan orangtua/wali mereka dalam pendidikan iman mereka. <br />Setelah Baptisan <br /> Setelah baptisan, orangtua/wali mengambil peran penting dalam kehidupan anak-anak yang dibaptis. Hal itu dikarenakan tugas mereka untuk menjaga iman para anak-anak yang sudah dibaptis, membimbing dan mengenalkan mereka pada Kristus dengan mengikutsertakan mereka untuk berdoa, bersekolah minggu, bergereja, serta melakukan ibadah keluarga di rumah. Hal ini menolong pertumbuhan iman anak-anak, sehingga mereka tidak kehilangan identitasnya sebagai anak-anak Allah.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Sumbangan dan Refleksi Kelompok</span><br /> Dari pemaparan tersebut, kita semua dapat mengetahui bahwa tradisi baptisan telah ada sebelum ke-Kristenan dalam budaya masyarakat yang hidup sebelumya. Sadar ataupun tidak, kita menyerap ritus baptisan yang mereka lakukan. Bahkan, tidak hanya itu saja banyak di antara ritus-ritus lain yang kita lakukan berasal dari kebudayaan tersebut. Hingga saat inipun banyak dari tradisi itu yang masih bertahan dan memiliki makna yang hampir sama dengan tradisi kekristenan saat ini. Namun demikian, harus diakui bahwa makna dari ritus tersebut sudah mulai bergeser karena perkembangan jaman yang ada. <br />Selain itu, kita dapat mengetahui bahwa ritus bukan hanya pada saat suatu perayaan berlangsung akan tetapi berkelanjutan hingga perayaan selesai, bahkan sebelum perayaan tersebut. Begitu juga halnya dengan baptisan seperti yang telah dibahas ada banyak kegiatan yang dilakukan sebelum dan sesudah baptisan berlangsung. Akan tetapi, banyak gereja yang hanya melakukan sekali pertemuan untuk membicarakan makna baptisan, bahkan mungkin ada gereja yang tidak mengadakan pertemuan untuk membicarakan hal tersebut. Padahal perlu ditekankan bagi orangtua dan wali bagaimana menjadi orangtua Kristen yang dapat mendidik anaknya sebagai wujud komitmen orangtua membawa anaknya kepada Kristus dan jemaat. Oleh karena itu, banyak akhirnya orangtua tidak dapat memperkenalkan hidup kekristenan hingga anaknya dewasa. <br />Gereja juga jangan hanya memperhatikan administrasi gereja dari surat-surat baptisan tersebut. Akan tetapi, gereja juga harus mengadakan penggembalaan yang berisi materi agar orangtua serta jemaat mengetahui makna sebenarnya dari baptisan sehingga dapat mengarahkan “anggota baru” dalam komunitas tersebut. Selain itu, gereja harus mengambil bagian dalam perkembangan kehidupan beriman anak serta orangtua dalam keluarga, gereja dan bermasyarakat. Hal ini juga dapat diterapkan oleh kita sebagai mahasiswa teologi yang nantinya akan melayani di jemaat. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Daftar Pustaka</span><br />Groenen, C., <span style="font-style:italic;">Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik</span>, 1992.<br />Hukh, Gabe, <span style="font-style:italic;">Liturgi yang Anggun dan Menawan: Pedoman Menyiapkan dan Melaksanakan Liturgi</span>, Jogjakarta: Kanisius, 2001.<br />Eliade, Mircea. <span style="font-style:italic;">The Sacred and The Profane: The Nature of Religion.</span> New York: Harper and Row Publisher, 1957.<br />Christano, Charles. <span style="font-style:italic;">Baptis</span>. Semarang: Komisi Literaratur Sinode GKMI, 1983.<br />Rachman, Rasid. Artikel Baptisan (dan Peneguhan Sidi) dan Perjamuan Kudus: Sebuah Tinjauan Sosio-Teologis Bagaimana Anak (tidak) ikut serta di dalamnya dalam buku <span style="font-style:italic;">Bergumul dari Warisan Tradisi</span>. Jakarta: KPT GKI SW Jabar, 2009.<br />Martos, Joseph. <span style="font-style:italic;">Doors To The Sacrred</span>. United Stated: DOUBLEDAY, 1982.<br />Windhu, Marsana. <span style="font-style:italic;">Mengenal 30 Lambang / Simbol Kristiani</span>. Jogjakarta: Kanisius, 1997.<br />Sumber Internet<br />http://old.nabble.com/Agenda-Esoteris-(2):-<span style="font-style:italic;">Ritual-Paganisme-dalam-Ritus-Agama-Langit</span>-td23808506.htmlRasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-73342412718206696332011-02-26T03:28:00.001-08:002011-02-26T03:29:01.970-08:00ENGRADEMahasiswa2 Ritus Kehidupan dan Liturgika 2 sudah dapat melihat engrade. TerimakasihRasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-51296098598031635392011-01-19T03:19:00.000-08:002011-01-19T03:20:25.768-08:00RITUS DAN LITURGIMAKNANYA DALAM HIDUP BERIMAN<br /><br />Oleh: Rasid Rachman<br /><br /><br />Liturgi yang dibangun dengan banyak faktor ritual di dalamnya dewasa ini tidak dipahami berdiri sendiri. Sejak dikembangkannya ilmu liturgi pada abad ke-17, dan mencapai kejayaannya pada setelah PD 2 abad ke-20, perayaan liturgi melibatan aspek-aspek lain, semisal: peran umat, makna ritus, apakah ritus mendidik, estetika, dsb. Perkuliahan ritus kehidupan ini akan menyoroti beberapa proses, antara lain: norma, budaya, pendidikan, psikologi, dan refleki teologis. Segala aspek ini dilihat dalam kaitannya dengan pemaknaan ritual sebagaimana diungkapkan melalui liturgi. Namun sebelum melihat semua itu, sebaiknya kita melihat dulu paparan tentang ritus.<br /><br />Ritus<br />Ritus adalah tindakan sakral manusia (= umat), baik personal maupun komunal, dalam berhubungan – demikian dalam keyakinan pelaku ritual – dengan Yang Ilahi. Ritus merupakan fenomena religius universal umat manusia sejak dahulu kala. Dari banyak kriteria, kita dapat menggunakan 4 kriteria berikut ini untuk memahami ritus, yaitu:<br /><br />Simbolisme, di mana perangkat dan tata gerak manusia menyimbolkan aktivitas dengan Yang Ilahi, baik historis maupun maknawi. Air dalam ritus baptisan menyimbolkan air Teberau dan kematian-kehidupan baru. Darah adalah simbol yang cukup banyak digunakan sepanjang sejarah umat manusia. Prosesi (simbol universal sebagai migrasi makhluk hidup) menyimbolkan perarakan umat Israel menuju tanah perjanjian.<br />Konsekrasi, di mana benda atau materi natural menghantar umat kepada sisi supranatural, kepada makna, pesan, dan gambaran di balik benda-benda. Perjamuan (yang) kudus itu menjadi gambaran perjamuan sorgawi kelak. Patung salib membawa umat kepada peristiwa salib Kristus dua ribu tahun lalu. Salib sendiri (atau tiang) telah dikenal dan digunakan oleh manusia sejak lama sebagai ”penghubung” bumi dan langit. (Di Jawa ada paku-buwono).<br />Repetisi, di mana peristiwa historis (semula, awal) diulangi dan dihadirkan kembali saat ini. Pengulangan tersebut meliputi pengulangan waktu, tata cara, tempat, pemeran, dsb. Pemuliaan salib pada Jumat Agung merupakan pemaknaan peristiwa salib oleh Penginjil Yohanes akhir abad pertama yang digambarkan oleh gereja abad ke-7 dan sejak itu selalu diulangi oleh gereja-gereja pada setiap Jumat Agung hingga masa kini.<br />Pengenangan, di mana peristiwa yang dikenangkan (anamnesis) itu – setelah diulangi secara khusus menurut makna simbolisnya – kemudian dibagikan, sehingga orang yang mendengar terlibat secara aktif masuk dan menjadi bagian dari peristiwa yang dikenangkan tersebut.<br /><br />Dalam prakteknya, ritus di masyarakat dapat berarti lebih luas daripada perayaan liturgi. Liturgi penikahan adalah segala kegiatan peribadahan yang berlangsung di gereja selama sekitar 1 jam. Namun ritus pernikahan di masyarakat dapat berlangsung beberapa hari yang berlangsung sebelum dan setelah liturgi pernikahan dilaksanakan – ia adalah sebuah prosesi ritual. Liturgi pembaptisan berlangsung beberapa menit di tempat ibadah dan di hadapan Pendeta atau Imam, namun ritus pemberian nama dan keterhisapan seseorang ke dalam komunitasnya menurut budaya-budaya tertentu dapat berlangsung selama 1-2 hari. Penyunatan hanya berlangsung beberapa menit, tetapi ritualnya berlangsung 1-2 hari. Dengan demikian kiranya menjadi jelas dengan apa yang dimaksud dengan ritus, bahwa ia tidak sebatas pada satu-dua unsur.<br /><br />Norma<br />Manusia adalah (salah satu dari sangat sedikit) makhluk ritual di dunia ini. Ada ritus2 yang menjadi pakem telah diturunalihkan satu generasi ke generasi berikutnya. Pesta2 olahraga dimulai dari ritus pengambil api yang sumber api. Setelah diprosesikan selama beberapa hari, beberapa pekan, atau bahkan beberapa bulan, api tersebut dinyalakan di stadion utama. Ritual tersebut berjalan sedemikian rupa, sehingga sekalipun ia tidak langsung berhubungan dengan pertandingan2 dan perlombaan2 dalam pesta olah raga kelak, ritual tersebut memberikan pesan bahwa semangat membara laksana api yang menguap ke atas, kebersamaan rakyat dalam meneruskan api, dan terutama pesta demi keagungan Dewa Matahari tersebut menjadi nilai, motivasi, dan moto para atlet. Maka pertandingan dan perlombaan tidak lagi bertujuan pada dirinya sendiri, melainkan menanamkan nilai-nilai kebudayaan, sportivitas, kebanggaan dan harga diri, perjuangan, kerja keras, buah, dsb.<br />Ritus adalah sebuah prosesi atau sebuah drama dengan aturan atau norma-norma yang dianggap ukuran bagi “resmi atau tidaknya” sebuah ritus dilangsungkan. Norma adalah ketentuan atau aturan yang dipegangi atau diberlakukan dan kemudian menjadi pedoman umum untuk suatu hal. Dalam hal ritus, norma dipahami sebagai jalannya atau alur yang diberlakukan umumnya sebuah ritual. Norma tidak berarti mengikat, namun norma memberikan gambaran atau pedoman akan hal-hal global (misal: sejarah) dan detail (misal: unsur-unsur) dari sebuah ritus.<br />Pembahasan selanjutnya dari norma sebuah ritus menyangkut pada sejarah pembentukannya. Studi terhadap sejarah memberikan informasi atau membantu masyarakat memperoleh informasi dan interpretasi atas unsur-unsur dan cara pelaksanaannya. Itulah sebab, para Reformator gereja abad ke-16 dan ilmu liturgi abad ke-17 memberikan perhatian besar terhadap sejarah peribadahan sebagaimana dipraktekkan dan dipahami oleh gereja awal.<br />Sejarah pula yang akan membantu masyarakat untuk melihat kemungkinan-kemungkinan akan perkembangan sebuah ritus dalam bentuk modern atau kontekstual.<br />Setiap ritus memiliki unsur-unsur tetap atau norma. Norma dapat berupa tindakan, kata-kata, tata gerak, tempat, tata ruang, dsb. Mahasiswa mampu menampilkan norma (unsur atau unsur-unsur pokok) dari sebuah ritus: misalnya tiup lilin pada perayaan ulang tahun, dan kemudian mampu memaparkan arti dan pesan sebagaimana ditampilkan oleh unsur-unsur normatif tersebut.<br />Setelah itu, mahasiswa pun diharapkan memberikan satu-dua saran sebagai unsur baru bagi sebuah ritus. Unsur baru tersebut diharapkan merupakan bakal sumbangsih atau kontribusi dalam khazanah ritus yang telah ada.<br />Sekalipun norma (= detail, rinci) mendapat penekanan, namun kerangka ritual (= global, menyeluruh) tetap menjadi konteks dalam perkuliahan ini.<br /><br />Budaya<br />Liturgi adalah “bejana terbuka” yang menyimpan unsur-unsur lama. Unsur-unsur lama tersebut dikemas sebagai budaya dan simbol dan kemudian menjadi tradisi. Adalah tidak mungkin berliturgi tanpa memberikan tempat atau hanya sedikit memberikan tempat pada tradisi. Tradisi dirayakan dalam liturgi. Dari tradisi itulah kita mengenal dan bergaul dengan budaya.<br />Peristiwa masa lalu diulang-ulangi dan kemudian menimbulkan makna baru serta memberikan pesan yang relevan, sehingga peristiwa masa lalu itu hadir kembali dan selalu hidup. Ia dekat dengan penerus tradisi budaya masa-masa setelahnya. Dalam liturgi masa lalu menjadi dekat dan hadir di masa kini; demikian pula dengan ritus atau ritual. Kehadirannya memberikan pesan bagi masa depan.<br /><br />Pendidikan<br />Mengingat dan mempertimbangkan “desakan positif” dari pembangunan jemaat, aspek pendidikan dalam liturgi menjadi bagian yang cukup penting untuk mendapatkan perhatian dalam studi dan pelaksaan liturgi. Gerakan liturgis modern telah dan selalu menekankan hal ini. Muara dari perayaan-perayaan ibadah adalah bukan hanya pada indahnya ritus-ritus dilangsungkan atau ritualisme semata, tetapi juga pada seberapa besar dan melalui ritus-ritus tersebut menjadi pembelajaran bagi umat. Barometer suatu liturgi yang baik adalah cerdas tidaknya umat yang beribadah sebagai hasil dari liturgi-pembelajaran. Liturgi seharusnya mencerdaskan umat dan mendewasakan gereja.<br />Liturgi bukan tontonan semata karena keindahannya, tetapi sebuah pembelajaran. Keterlibatan masyarakat atau umat secara aktif telah diutamakan dalam ritus-ritus sejak dahulu kala.<br /><br />Refleksi teologis<br />Secara konvensional, teologi menyangkut ilmu Alkitab dan sejarah gereja. Dalam perkuliahan ini, penghayatan teologis dilihat dalam kaitannya dengan kultur, yakni bagaimana masyarakat melihat dan memberikan nilai baru terhadap kultur dalam kesejajaran dengan disiplin teologi.<br />Selanjutnya mahasiswa menilai apakah sebuah usul baru untuk perayaan dapat menjadi sebuah ritus karena mengandung potensi pengulangan yang menerap. Ritus tanpa pengulangan akan hanya menjadi pesta sesaat. Ia tidak memberikan dampak pertumbuhan, apalagi sebagai embrio bagi sebuah budaya.<br />Refleksi teologis juga membawa kita pada pertimbangan-pertimbangan aspek-aspek pendidikan: seberapa dalam liturgi membawa perubahan sikap umat, atau apakah liturgi tersebut mencerdaskan umat.<br />Dengan demikian, sebuah ritus memiliki unsur-unsur normatif, memberikan pesan melalui maknanya yang dikandungnya, dan selalu dilakukan berulang-ulang. © <br /><br />Januari, 2011Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-65334137779257657842011-01-19T01:55:00.000-08:002011-01-19T01:56:22.589-08:00SILABUS RITUS KEHIDUPAN (2011)(2 SKS – semester 6)<br /><br />Deskripsi: mata kuliah ini menggumuli tentang ritus-ritus penting dalam hidup manusia.<br /><br />Tujuan: memperkenalkan mahasiswa dengan tahap-tahap umur dan peranan sosial manusia. Di sini dibahas cara-cara untuk berkumpul, berdoa bersama, mengadakan peringatan dan perayaan peristiwa-peristiwa penting dalam hidup manusia, seperti ketika seseorang masih berada dalam kandungan, kelahiran, pendewasaan, pernikahan, berbagai macam syukuran (misalnya pekerjaan, lingkungan hidup, rumah baru, ulang tahun, dsb) dan kematian. Dalam hal ini akan ditekankan usaha kontekstualisasi yang harus dilakukan oleh gereja sesuai dengan adat masyarakat setempat. <br /><br />Tatap muka 1<br />- Perkenalan isi dan sistem perkuliahan<br />- Peraturan dan kesepakatan perkuliahan<br />- Pembagian kelompok presentasi<br /><br />Tatap muka 2<br />- Yang dimaksud dengan liturgi dan ritus<br />- Bagaimana memahami makna ritus-ritus?<br />- Peristiwa-peristiwa kritis kehidupan dan ritualnya<br /><br />Tatap muka 3: Kelompok “Baptisan dan pemberian nama”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br />C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.<br />Kenan B. Osborne, The Christian Sacraments of Initiation: Baptism, Confirmation, Eucharist, 1987.<br />Tahan Camba, Inisiasi, (tesis MTh STT Jakarta), 2008.<br /><br />Tatap muka 4: Kelompok “Peneguhan sidi dan akil balig”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br />C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.<br />Mircea Eliade, Rites and Symbols of Initiation, 1994.<br /><br />Tatap muka 5: Kelompok “Perjamuan kudus”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br />Ester A. Sutanto, Liturgi Meja Tuhan: Dinamika Perayaan-Pelayanan, 2005.<br />C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.<br />Kenan B. Osborne, The Christian Sacraments of Initiation: Baptism, Confirmation, Eucharist, 1987.<br /><br />Tatap muka 6: Kelompok “Perjamuan sosial (mis.: malam 17-an Agustus) dan ikatan kerabatan”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Anscar J. Chupungco, Liturgical Inculturation: Sacramentals, Religiosity, and Catechesis, 1992.<br />William Bill Mailoa, Ibadah Yang Menggembalakan, (skripsi) STT Jakarta 2003.<br /><br />Tatap muka 7: Kelompok “Dewasa awal dan pilihan jalan hidup”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis, kultural, dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Robert E. Grinder, Adolescence, 1973.<br />Shelton Charles M., Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya, Kanisius 1987.<br />________________, Moralitas Kaum Muda: Bagaimana Menanamkan Tanggung jawab Kristiani, Kanisius 1988.<br /><br />Tatap muka 8: Kelompok “Perkawinan gerejawi”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis, kultural, dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />C. Groenen, Perkawinan Sakramental: Anthropologi dan Sejarah Teologi, Sistematik, Spiritualitas, Pastoral, 1993.<br />Kenneth Stevenson, Nuptial Blessing: a Study of Christian Marriage Rites, 1983.<br /><br />Tatap muka 9: Kelompok “doa rutin komunal” (ibadah harian)<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Cheslyn Jones, dkk (Editor), The Study of Liturgy, 1978<br />Rasid Rachman, Ibadah Harian Zaman Patristik, 2000<br />Robert Taft, The Liturgy of the Hours in East and West, 1986<br /><br />Tatap muka 10: Kelompok ”Penahbisan pelayan dan pejabat gerejawi”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />C. Groenen, Sakramentologi: Ciri Sakramental Karya Penyelematan Allah Sejarah, Wujud, Struktur, 1989.<br />J.B. Banawiratma (editor), Ekaristi dan Kerjasama Imam – Awam, 1986.<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br /><br />Tatap muka 11: Kelompok “Berhari raya (semisal ulang tahun perkawinan) bersama keluarga”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />J.C.J. Metford, The Christian Year: an Indispensable Companion to the Holy days, Festivals, and Seasons of the Ecclesiastical Year, 1991.<br />Rasid Rachman, Hari raya Liturgi: Sejarah dan Pesan Pastoral, 2003.<br /><br />Tatap muka 12: Kelompok “Pelayanan dan sikap terhadap sakit dan penderitaan”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Benyamin Lumenta, Penyakit: Citra, Alam, dan Budaya, 1989.<br /><br />Tatap muka 13: Kelompok “Pensiun dan memasuki masa lanjut” atau “Tetap melayani di masa lanjut” (pilih salah satu)<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />J.B. Banawiratma (editor), Ekaristi dan Kerjasama Imam – Awam, 1986.<br />John H. Westerhoff III & William H. Willimon, Liturgy and Learning through the Life Cycle, 1980.<br />Howard Clinebell, Well Being: a Personal Plan for Exploring and Enriching the Seven Dimensions of Life, 1991.<br /><br />Tatap muka 14: Kelompok “Persiapan diri menjelang ajal dan kematian”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Howard Clinebell, Well Being: a Personal Plan for Exploring and Enriching the Seven Dimensions of Life, 1991.<br /><br /><br />Referensi umum<br />Boli Bernadus Ujan, Ritus Kehidupan, 2004.<br />Given Kennedy Niville & John H. Westerhoff III, Learning through Liturgy, 1978.<br />Gordon H. Bowe & Ernest R. Hilgard, Theories of Learning, 1986.<br />John H. Westerhoff III & William H. Willimon, Liturgy and Learning through the Life Cycle, 1980.<br />Richard Niebur, Christ and Culture<br />T.A. Kenner, Symbols and Their Hidden Meanings: The Mysterious Significance and Forgotten Origins of Signs and Symbols in the Modern World, 2006. <br />Mircea Eliade, Images and Symbols, 1991.Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-91622409014646105112011-01-13T17:15:00.000-08:002011-01-13T17:16:40.468-08:00SILABUS LITURGIKA II (2011)2 SKS<br /><br />Matakuliah ini merupakan kelanjutan Liturgi I. Pengkhususannya adalah pada teologi liturgi hari raya (tahun liturgi) dan bentuk-bentuk ibadah sakramen dan istimewa. Ibadah Natal, Paska, Ibadah Perkawinan, dsb. menjadi sebagian isi dari kuliah ini. Mahasiswa juga belajar menyusun dan merencanakan ibadah sesuai bentuk dan teologi masing-masing hari raya.<br /><br />Tatap muka 1<br />- Uraian umum tentang isi dan tujuan kuliah ini.<br />- Perkenalan sistem dan metode perkuliahan, cara penilaian, tes tengah semester dan akhir semester, dll.<br />- Bagi kelompok-kolompok kerja<br /><br />Tatap muka 2<br />Simbol dan tanda. Guna, bentuk, dan penggunaannya dalam liturgi.<br /><br />Tatap muka 3<br />Hari raya umat Yahudi, baik yang mempengaruhi maupun tidak mempengaruhi ibadah gereja.<br /><br />Tatap muka 4<br />- Pengulangan singkat (review) kalender gereja dan hari raya liturgi.<br />- Penjelasan singkat tentang Liturgi Lima<br /><br />*) Mahasiswa menyiapkan perlengkapan: Liturgi Lima<br /><br />Tatap muka 5<br />Membuat rencana perayaan liturgi lengkap menurut leksionari dan menyusun nyanyian-nyanyian.<br /><br />*) Mahasiswa menyiapkan perlengkapan: <br />a. Leksionari atau daftar bacaan Alkitab<br />b. Indeks ayat Alkitan (dalam buku nyanyian ”Mazmur dan Kidung Jemaat”)<br />c. Buku-buku nyanyian<br /><br />Tatap muka 6<br />Presentasi kelompok hari Minggu Biasa dan perjamuan kudus 2011<br /><br />Tatap muka 7<br />Presentasi Rabu Abu 2011<br /><br />Tatap muka 8<br />Presentasi kelompok Kamis Putih 2011<br /><br />Tatap muka 9<br />Presentasi kelompok Jumat Agung 2011<br /><br />Tatap muka 10<br />Presentasi kelompok Paska dan baptisan 2011<br /><br />Tatap muka 11<br />Presentasi kelompok Pentakosta dan perjamuan kudus 2011<br /><br />Tatap muka 12<br />Presentasi kelompok Natal Siang 25 Desember 2011<br /><br />Tatap muka 13<br />Presentasi kelompok Minggu Epifania, Januari 2012<br /><br />Tatap muka 14<br />Preentasi kelompok ibadah harian (malam)<br /><br />Tatap muka 15<br />Akhir semester: paper pribadi<br /><br /><br />Buku-buku<br />Adolf Adam, The Liturgical Year.<br />Bosco da Cunha, Merayakan Karya Penyelamatan, Kanisius.<br />Hoyt L. Hickman (dkk.), The New Handbook of the Christian Year, Abingdon.<br />Laurence Hull Stookey, Calender: Christ’s Time for the Churh, Abingdon.<br />Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi, BPK Gunung Mulia.<br /><br />Catatan<br />1. Kerangka presentasi laporan (kelompok): uraian historis, makna teologis liturgi tersebut, dan rencana perayaan ibadah dalam bentuk tata ibadah lengkap.<br />2. Isi paper akhir (personal) adalah pendalaman terhadap salah satu topik dalam teologi liturgi hari raya atau istimewa, sesuai dengan topik yang pernah dibahas dalam kelompok.<br />3. Pengumuman dapat dilihat di engrade atau rasidrachman-kuliahliturgi.blogspot.comRasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-10165680257305260782011-01-12T17:17:00.000-08:002011-01-12T17:18:04.959-08:00SILABUS RITUS KEHIDUPAN (2011)*) Silabus ini telah siap digunakan. Silakan mahasiswa mengkopinya.<br /><br />(2 SKS – semester 6)<br /><br />Deskripsi: mata kuliah ini menggumuli tentang ritus-ritus penting dalam hidup manusia.<br /><br />Tujuan: memperkenalkan mahasiswa dengan tahap-tahap umur dan peranan sosial manusia. Di sini dibahas cara-cara untuk berkumpul, berdoa bersama, mengadakan peringatan dan perayaan peristiwa-peristiwa penting dalam hidup manusia, seperti ketika seseorang masih berada dalam kandungan, kelahiran, pendewasaan, pernikahan, berbagai macam syukuran (misalnya pekerjaan, lingkungan hidup, rumah baru, ulang tahun, dsb) dan kematian. Dalam hal ini akan ditekankan usaha kontekstualisasi yang harus dilakukan oleh gereja sesuai dengan adat masyarakat setempat. <br /><br />Tatap muka 1<br />- Perkenalan isi dan sistem perkuliahan<br />- Peraturan dan kesepakatan perkuliahan<br />- Pembagian kelompok presentasi<br /><br />Tatap muka 2<br />- Yang dimaksud dengan liturgi dan ritus<br />- Bagaimana memahami makna ritus-ritus?<br />- Peristiwa-peristiwa kritis kehidupan dan ritualnya<br /><br />Tatap muka 3: Kelompok “Baptisan dan pemberian nama”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br />C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.<br />Kenan B. Osborne, The Christian Sacraments of Initiation: Baptism, Confirmation, Eucharist, 1987.<br />Tahan Camba, Inisiasi, (tesis MTh STT Jakarta), 2008.<br /><br />Tatap muka 4: Kelompok “Peneguhan sidi dan akil balig”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br />C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.<br />Mircea Eliade, Rites and Symbols of Initiation, 1994.<br /><br />Tatap muka 5: Kelompok “Perjamuan kudus”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br />Ester A. Sutanto, Liturgi Meja Tuhan: Dinamika Perayaan-Pelayanan, 2005.<br />C. Groenen, Teologi Sakramen Inisiasi Baptisan – Krisma: Sejarah dan Sistematik, 1992.<br />Kenan B. Osborne, The Christian Sacraments of Initiation: Baptism, Confirmation, Eucharist, 1987.<br /><br />Tatap muka 6: Kelompok “Perjamuan sosial (mis.: malam 17-an Agustus) dan ikatan kerabatan”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Anscar J. Chupungco, Liturgical Inculturation: Sacramentals, Religiosity, and Catechesis, 1992.<br />William Bill Mailoa, Ibadah Yang Menggembalakan, (skripsi) STT Jakarta 2003.<br /><br />Tatap muka 7: Kelompok “Dewasa awal dan pilihan jalan hidup”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis, kultural, dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Robert E. Grinder, Adolescence, 1973.<br />Shelton Charles M., Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya, Kanisius 1987.<br />________________, Moralitas Kaum Muda: Bagaimana Menanamkan Tanggung jawab Kristiani, Kanisius 1988.<br /><br />Tatap muka 8: Kelompok “Perkawinan gerejawi”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis, kultural, dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />C. Groenen, Perkawinan Sakramental: Anthropologi dan Sejarah Teologi, Sistematik, Spiritualitas, Pastoral, 1993.<br />Kenneth Stevenson, Nuptial Blessing: a Study of Christian Marriage Rites, 1983.<br /><br />Tatap muka 9: Kelompok “doa rutin komunal” (ibadah harian)<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Cheslyn Jones, dkk (Editor), The Study of Liturgy, 1978<br />Rasid Rachman, Ibadah Harian Zaman Patristik, 2000<br />Robert Taft, The Liturgy of the Hours in East and West, 1986<br /><br />Tatap muka 10: Kelompok ”Penahbisan pelayan dan pejabat gerejawi”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />C. Groenen, Sakramentologi: Ciri Sakramental Karya Penyelematan Allah Sejarah, Wujud, Struktur, 1989.<br />J.B. Banawiratma (editor), Ekaristi dan Kerjasama Imam – Awam, 1986.<br />Joseph Martos, Doors to the Sacred, 1943.<br /><br />Tatap muka 11: Kelompok “Berhari raya (semisal ulang tahun perkawinan) bersama keluarga”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />J.C.J. Metford, The Christian Year: an Indispensable Companion to the Holy days, Festivals, and Seasons of the Ecclesiastical Year, 1991.<br />Rasid Rachman, Hari raya Liturgi: Sejarah dan Pesan Pastoral, 2003.<br /><br />Tatap muka 12: Kelompok “Pelayanan dan sikap terhadap sakit dan penderitaan”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Benyamin Lumenta, Penyakit: Citra, Alam, dan Budaya, 1989.<br /><br />Tatap muka 13: Kelompok “Pensiun dan memasuki masa lanjut” atau “Tetap melayani di masa lanjut” (pilih salah satu)<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />J.B. Banawiratma (editor), Ekaristi dan Kerjasama Imam – Awam, 1986.<br />John H. Westerhoff III & William H. Willimon, Liturgy and Learning through the Life Cycle, 1980.<br />Howard Clinebell, Well Being: a Personal Plan for Exploring and Enriching the Seven Dimensions of Life, 1991.<br /><br />Tatap muka 14: Kelompok “Persiapan diri menjelang ajal dan kematian”<br />- makna ritus-ritusnya secara historis dan normatif<br />- ritus-ritus baru atau kontekstual yang mungkin menjadi liturgi<br />- refleksi<br />Referensi<br />Howard Clinebell, Well Being: a Personal Plan for Exploring and Enriching the Seven Dimensions of Life, 1991.<br /><br /><br />Referensi umum<br />Boli Bernadus Ujan, Ritus Kehidupan, 2004.<br />Given Kennedy Niville & John H. Westerhoff III, Learning through Liturgy, 1978.<br />Gordon H. Bowe & Ernest R. Hilgard, Theories of Learning, 1986.<br />John H. Westerhoff III & William H. Willimon, Liturgy and Learning through the Life Cycle, 1980.<br />Richard Niebur, Christ and Culture<br />T.A. Kenner, Symbols and Their Hidden Meanings: The Mysterious Significance and Forgotten Origins of Signs and Symbols in the Modern World, 2006. <br />Mircea Eliade, Images and Symbols, 1991.Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-30617615225232722892010-12-21T18:44:00.000-08:002010-12-21T19:12:21.313-08:00TATA GERAK BERKAT (LATIHAN)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsijtBHZMURF-kBpZUQtvlBj5il7GUU-Hp9TCfSsNFTizWcWlLomyROZoV9CsVSrbfTHnbuc9FcXlgAee7EhFerdnn-7JLnLy-8cCyZ1Jsip0GIbSjL910Ux6z4lNauMacbQSUp-ul5t7V/s1600/DSCF8782.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsijtBHZMURF-kBpZUQtvlBj5il7GUU-Hp9TCfSsNFTizWcWlLomyROZoV9CsVSrbfTHnbuc9FcXlgAee7EhFerdnn-7JLnLy-8cCyZ1Jsip0GIbSjL910Ux6z4lNauMacbQSUp-ul5t7V/s200/DSCF8782.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5553338619750102706" /></a><br />Perhatikan posisi tangan dan telapak tangan<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDyQCkO8_L8yi394lRwYUlzkeWR_T_Ne7Vqnp7ZZDviQkMaHdfwT9Hn8xLvq0mTC0sQFnWO2RSMANwClyWnaW18ye5eb6sW1zPHPTP1h2k4LQD3WWYq330no_O_va4k7LIcBUpk5KqSPQs/s1600/DSCF8708.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDyQCkO8_L8yi394lRwYUlzkeWR_T_Ne7Vqnp7ZZDviQkMaHdfwT9Hn8xLvq0mTC0sQFnWO2RSMANwClyWnaW18ye5eb6sW1zPHPTP1h2k4LQD3WWYq330no_O_va4k7LIcBUpk5KqSPQs/s200/DSCF8708.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5553338618423957138" /></a><br />Masih agak kaku, tetapi bisa diperbaiki kemudian<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIusgmgbeVKU90Xf_uEIFpzh7WSp-HTWfdIx62KjOMHzUHI9jrv37rc0nK7zQOYYcCPsWLz2myYOoGeOaUBTkrIeaqjqshsueIPhIP6qSdQD5gQe8SXTCBcHcukwcq54zdKAUqCSlOHTq-/s1600/DSCF0560.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIusgmgbeVKU90Xf_uEIFpzh7WSp-HTWfdIx62KjOMHzUHI9jrv37rc0nK7zQOYYcCPsWLz2myYOoGeOaUBTkrIeaqjqshsueIPhIP6qSdQD5gQe8SXTCBcHcukwcq54zdKAUqCSlOHTq-/s200/DSCF0560.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5553338606056783922" /></a><br />Ragu2 juga, tetapi memang baru pengalaman pertama<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWSOmt4zv1zY6Hb_BXUhSQ9o1B8dpdtac4on_ONgE1i_PIwKZKWTybIHAoIcjLcrw70q26-YKeoA2aWPwsmEVFXLlVc9EENAfP4anUByQn3vay5XKB_87GIDiuCbIoV8FjDo1rWAd9i4lg/s1600/DSCF0326.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWSOmt4zv1zY6Hb_BXUhSQ9o1B8dpdtac4on_ONgE1i_PIwKZKWTybIHAoIcjLcrw70q26-YKeoA2aWPwsmEVFXLlVc9EENAfP4anUByQn3vay5XKB_87GIDiuCbIoV8FjDo1rWAd9i4lg/s200/DSCF0326.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5553338623667813602" /></a><br />Lain kali pasti lebih baikRasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-11958540811536218952010-11-25T02:56:00.000-08:002010-11-25T03:07:24.793-08:00KEPADA SEMUA MAHASISWAKuliah2 liturgi telah selesai, kini tinggal menunggu tugas2 mahasiswa menyerahkan paper untuk akhir semester.<br /><br />Saya berterimakasih untuk kesempatan belajar dan mengajar yang telah kita lalui bersama. Proses ini bukan hanya atau bukan melulu memindahkan informasi dari dosen kepada mahasiswa, melainkan bekal untuk terus melakukan refleksi dan aksi berteologi. Selama proses belajar dan mengajar ini pun, saya banyak belajar dari para mahasiswa. Banyak hal yang belum saya ketahui, tidak sedikit pemahaman awal saya yang kemudian diubah dan dibarui. Saya mengharapkan kita semua terus melakukan refleksi dan aksi berteologi hingga akhir hidup.<br /><br />Selamat melanjutkan studi hingga selesai satu tahap ini.Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-71782206314601633582010-11-15T03:23:00.000-08:002010-11-15T03:26:12.234-08:00KULIAH MAGISTER MINISTRIPara mahasiswa Magister Ministri yang mengikuti kelas Liturgi, besok hari Selasa 16 November 2010, perkuliahan berjalan seperti biasa, namun sekiranya dapat kuliah dimulai pukul 17.30 dengan tiga presenter. Tugas dan giliran mahasiswa mengikuti urutan yang telah disepakati. Terimakasih.Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-32630398084567664922010-10-30T21:37:00.000-07:002010-10-30T21:41:07.860-07:00LIBUR KULIAHKepada:<br />Mahasiswa Magister Ministri<br />Mahasiswa S-1 matakuliah Liturgika 1 dan Memimpin Ibadah<br /><br />Selasa, 2 November 2010 dan 4 November 2010<br /><br /><span style="font-weight:bold;">L I B U R</span><br /><br />masuk lagi pekan depan.<br />Hal ini disebabkan karena kepergian saya dengan Tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia ke Mentawai selama sepekan.<br />Tugas2 pekan ini ditunda pekan depan. Hari pengganti untuk Mahasiswa Magister Ministri dibicarakan setelah pekan depan.<br /><br /><br />Terimakasih.Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-42779887965813297402010-10-26T18:55:00.000-07:002010-10-26T19:28:12.136-07:00MEMBACA ALKITABMahasiswa, baik personal maupun kelompok, mepresentasikan pembacaan Alkitab di dalam latihan ibadah.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSMDJsv4qk80J6qjxs3c3gxt6cJsu4hAn8DpB-QcJqU7HPCTKxactd_0TutHNI3RaKL79OsG4FceCmn91U1cRbdCmolXqW8PSzCH8obM0lT1hapcPaMRXTRVil-tljRAxI_A98wSFzq465/s1600/DSCF0315.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSMDJsv4qk80J6qjxs3c3gxt6cJsu4hAn8DpB-QcJqU7HPCTKxactd_0TutHNI3RaKL79OsG4FceCmn91U1cRbdCmolXqW8PSzCH8obM0lT1hapcPaMRXTRVil-tljRAxI_A98wSFzq465/s200/DSCF0315.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5532546464679705410" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHdYSkTaOteAI0uBH9DCcr1MXKZ9tqWUrHz5Paim6EocovlLyTDjykImI6lPsOIg06l4e-bVxJzShok4HGYrwxXWd5lW1ptrDIhHrOv41930-dlQ7MTXQi-AuiuyMC7o_c3DaJ8Q00ypEM/s1600/DSCF0314.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHdYSkTaOteAI0uBH9DCcr1MXKZ9tqWUrHz5Paim6EocovlLyTDjykImI6lPsOIg06l4e-bVxJzShok4HGYrwxXWd5lW1ptrDIhHrOv41930-dlQ7MTXQi-AuiuyMC7o_c3DaJ8Q00ypEM/s200/DSCF0314.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5532546454608178082" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUbwmSo-tSqAPj_GfaP9QNjYm_DqfcxXWLArnhN1C6imzkE7T8PWeo7Jp-m2TFFhUYORiIjIqpjJFwIUZOpPMp8p98A-Xp0TjlgON7QFUeteTMEqBayn-91GDFfivDofgOxWfPhgdbPtaT/s1600/DSCF0200.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUbwmSo-tSqAPj_GfaP9QNjYm_DqfcxXWLArnhN1C6imzkE7T8PWeo7Jp-m2TFFhUYORiIjIqpjJFwIUZOpPMp8p98A-Xp0TjlgON7QFUeteTMEqBayn-91GDFfivDofgOxWfPhgdbPtaT/s200/DSCF0200.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5532546448268312818" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZeY3c6yPtWL5z3Rc7cd_jx2cO6Ra5zRNqvXApRCs3nCD4_Wnnw1xuvVSq89RSQWi855cHzRJMioSFO00R4RsrLvckW9Mq_w5GIM6mOd3xANceouQ8T9cT4-P4QLu58vPBeb8mK7_yOwFm/s1600/DSCF0316.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZeY3c6yPtWL5z3Rc7cd_jx2cO6Ra5zRNqvXApRCs3nCD4_Wnnw1xuvVSq89RSQWi855cHzRJMioSFO00R4RsrLvckW9Mq_w5GIM6mOd3xANceouQ8T9cT4-P4QLu58vPBeb8mK7_yOwFm/s200/DSCF0316.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5532546474778473522" /></a><br /><br /><br />Mencintai isi Alkitab adalah awal pembacaan Alkitab yang baik di dalam ibadah. Oleh karena itu, porsi latihan cukup besar di kelas Mimimpin Ibadah.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBNwHVvtQo4JgcTm7eGdMVSdI70cMH22d0cHLTQkeofnqFMv9cexRDM6Bqn-Vu8C3gR-db8oIhFZ1mlmkQqWKYXDJJFciHtvKR9pbcVJRES9VavW8KTwqdu3m8imiohOsCLEAexLKp9Bim/s1600/10+latihan+membaca+Alkitab+2.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 184px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBNwHVvtQo4JgcTm7eGdMVSdI70cMH22d0cHLTQkeofnqFMv9cexRDM6Bqn-Vu8C3gR-db8oIhFZ1mlmkQqWKYXDJJFciHtvKR9pbcVJRES9VavW8KTwqdu3m8imiohOsCLEAexLKp9Bim/s200/10+latihan+membaca+Alkitab+2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5532540245859015858" /></a><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaCPV5xkjGfE2ZCxVjPrkpX5YWW83ztaodlpCuOt271owWnNcc4TzE0NXN6KG9-A4Rpm88nCN9m2wCMIHsKqQRDxwJ-lzZgYQj4CD7A6N7fkKfzVVUJkgLTN88KM0RoZzRcexT8FAD0vcP/s1600/10+latihan+membaca+Alkitab.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaCPV5xkjGfE2ZCxVjPrkpX5YWW83ztaodlpCuOt271owWnNcc4TzE0NXN6KG9-A4Rpm88nCN9m2wCMIHsKqQRDxwJ-lzZgYQj4CD7A6N7fkKfzVVUJkgLTN88KM0RoZzRcexT8FAD0vcP/s200/10+latihan+membaca+Alkitab.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5532540248428973650" /></a>Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-33502130162020992562010-10-12T07:26:00.000-07:002010-10-12T08:20:13.531-07:00KULIAH MEMIMPIN IBADAH<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwJTJpqpWytcxo-KFkiJmBL4ERIPou4Ev2j74P4eFFePFSt9zZ63UZHInFeHgYF3xnpZb1Frl_srl9BbSGDRJp0Aq9Vul-dnqoA2HtpwX__9IFodH85ZaS-x1XRptiFOx4EFzb0WwbJAiN/s1600/DSCF0209.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwJTJpqpWytcxo-KFkiJmBL4ERIPou4Ev2j74P4eFFePFSt9zZ63UZHInFeHgYF3xnpZb1Frl_srl9BbSGDRJp0Aq9Vul-dnqoA2HtpwX__9IFodH85ZaS-x1XRptiFOx4EFzb0WwbJAiN/s200/DSCF0209.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5527178438008359346" /></a><br />LATIHAN MERAYAKAN IBADAH DENGAN PERJAMUAN KUDUS<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQglJR4_8huuOB39c4brThjsfzJ9eIxbs5LIX89IcdZPp9TKBuz34XCNjhKhvxbDKuUJv7q4xb7FZ9naxLvPIzJOq7hRxWGyWIjA70xqcf9CTJpbsVBoWfTbC9MOdKnX-jGhMcCi5br3OY/s1600/DSCF0200.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQglJR4_8huuOB39c4brThjsfzJ9eIxbs5LIX89IcdZPp9TKBuz34XCNjhKhvxbDKuUJv7q4xb7FZ9naxLvPIzJOq7hRxWGyWIjA70xqcf9CTJpbsVBoWfTbC9MOdKnX-jGhMcCi5br3OY/s200/DSCF0200.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5527170321673796834" /></a><br />Introitus: prosesi Alkitab dan nyanyian<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7CFblM8mtxcd_qWhjK2I9r5kifzO4PH-xBLN2rk8tovnT8VDmHS7U9EkZIKCjMcec5uzSAo9QPxLJQF0sB_eKrKRIZx1oT_7Y8wYx5J-iah5xMrxDc_Uj_tfW9NbZMNROPGsvmZ_2x0eb/s1600/DSCF0196.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7CFblM8mtxcd_qWhjK2I9r5kifzO4PH-xBLN2rk8tovnT8VDmHS7U9EkZIKCjMcec5uzSAo9QPxLJQF0sB_eKrKRIZx1oT_7Y8wYx5J-iah5xMrxDc_Uj_tfW9NbZMNROPGsvmZ_2x0eb/s200/DSCF0196.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5527170318838033762" /></a><br /><br />Pembacaan Alkitab<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMUsU0Vu64iJQ-kfFzzZjWz991SuGHpJ5-WIVA4AtWcXH2BDodrO9DCh5RVpncePk7yn-yXF-Rt8ltG8P8bnE1l1MzeS8-4Hm5ggNnZcyK4HDBXOJEFbJQftWUc9-cb2X-sF2F-eaA87H4/s1600/DSCF0204.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMUsU0Vu64iJQ-kfFzzZjWz991SuGHpJ5-WIVA4AtWcXH2BDodrO9DCh5RVpncePk7yn-yXF-Rt8ltG8P8bnE1l1MzeS8-4Hm5ggNnZcyK4HDBXOJEFbJQftWUc9-cb2X-sF2F-eaA87H4/s200/DSCF0204.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5527170330151556178" /></a><br />Persiapan: pengumpulan persembahan untuk perjamuan<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHIgxHe5YOHd6vTErHYl8r7YWrjcErYKHYiC0ZZeNIaJzRU7k26vDbukupnwkyAUidt1GPpxVsJArAL7pgW0sBfwc2esTb3QVvxoy14x0dcOoDZVxBr6rwH59I2zkK6zI7dIGeFZq8x7jU/s1600/DSCF0205.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHIgxHe5YOHd6vTErHYl8r7YWrjcErYKHYiC0ZZeNIaJzRU7k26vDbukupnwkyAUidt1GPpxVsJArAL7pgW0sBfwc2esTb3QVvxoy14x0dcOoDZVxBr6rwH59I2zkK6zI7dIGeFZq8x7jU/s200/DSCF0205.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5527178427533923970" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiUqNsJt6wFwP7CGb5U5ByTLlObJSUOrrDcqtfZYCmAUaDSHKsxDbRIdcM-7x4vLOFdyLXsJxC_u5weUVC9hyphenhyphenI5cxTazzN2Nwq17r4u75JrGu_MDrifBN1rryfLuqunMkYJnzEC7rQChK_/s1600/DSCF0208.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiUqNsJt6wFwP7CGb5U5ByTLlObJSUOrrDcqtfZYCmAUaDSHKsxDbRIdcM-7x4vLOFdyLXsJxC_u5weUVC9hyphenhyphenI5cxTazzN2Nwq17r4u75JrGu_MDrifBN1rryfLuqunMkYJnzEC7rQChK_/s200/DSCF0208.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5527178432231846338" /></a>Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-88770316514466764462010-10-09T21:46:00.000-07:002010-10-09T21:49:34.169-07:00LIBUR KULIAH MAGISTER MINISTRImatakuliah Liturgika<br /><br />Kuliah Liturgi Selasa malam ini, 12 Oktober 2010, untuk mahasiswa Magister Ministri, tidak ada sebagaimana telah kita janjikan beberapa pekan yang lalu. Sebagai pengganti adalah Jumat, 22 Oktober 2010. Terimakasih.<br /><br />Rasid RachmanRasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-56604460087136921662010-09-23T04:19:00.000-07:002010-09-23T04:23:03.277-07:00LITURGI MINGGU BIASA DAN PERJAMUAN KUDUS<span style="font-weight:bold;">Dalam Liturgi Lima dan disesuaikan dengan Konteks Liturgi GKI</span><br /><br />Tema: “Bergumul dan berjuang dalam iman dan pengharapan kepada Kristus”<br />Minggu, 03 Oktober 2010<br />Minggu Biasa XXII<br /><br />LITURGI PEMBUKAAN<br /><br />Keterangan:<br />PL : Pemimpin Liturgi<br />J : Jemaat<br />L : Lektor<br />PF : Pelayan Firman<br /><br />Saat Teduh<br />Lonceng dibunyikan<br /><br />LITURGI PEMBUKAAN<br /><br />1. Nyanyian pembukaan: PKJ 13 “Kita Masuk Rumahnya” (jemaat berdiri) <br /> (Prosesi memasuki ruang ibadah)<br /><br />2. Votum <br />PL : Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi.<br />J : Amin<br />3. Salam<br />PL : Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita, dan dari Yesus Kristus Tuhan kita serta dari Roh kudus beserta saudara-saudara sekali.<br />J : Dan besertamu juga.<br /> <br />4. Kata Pembukaan (jemaat duduk)<br />PL : Jemaat Yesus Kristus, tema kebaktian Minggu Biasa XXI kita hari adalah “ “Bergumul dan berjuang dalam iman dan pengharapan kepada Kristus”. Dalam kehidupan orang percaya, tak jarang pergumulan dan permasalahan datang menghadang. Melalui Firman Tuhan pada hari ini kita dapat belajar bersama untuk bertekun dalam iman, berjuang serta berpengharapan. Karena Allah ada dan akan menolong serta memampukan kita. Melalui pergumulan kita diharapkan untuk dapat menjadi saksi-saksi Kristus dengan iman kita. <br /><br />Sabda Tuhan : <br /> “Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak (Maz. 37: 3-5).<br /><br />5. Nyanyian Jemaat: KJ 246 “Ya Allah Yang Maha Tinggi”<br /><br />6. Pengakuan Dosa<br />PF: Ampunilah kami, ya Allah, menurut Kasih Setia-Mu. Karena keadilan- Mu, manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan, hanya Engkaulah yang Mahatinggi. Engkau telah menghukum orang yang berbuat salah dan menyadarkan kami untuk kembalsi ke jalan-Mu. Tataplah kami Tuhan, ini kami anak-anak-Mu menghadap dengan kerendahan hati dan memohon pengampunan dari-Mu. Dengan kerendahan hati kami memohon.<br />J: (menyanyikan KJ 42) Tuhan kasihani, Kristus kasihani, Tuhan kasihani kami.<br />PF: Pertobatan kami baik bagi hati kami, pikiran kami, dan tubuh kami mengingatkan kami untuk tidak mengulangi masa lalu kami yang telah melukai hati Engkau ya Allah. Engkau dengan sabar menanti kami untuk menanggalkan kehidupan kami yang kotor. Dengan kerendahan hati kami memohon.<br />J: (menyanyikan KJ 42) Tuhan kasihani, Kristus kasihani, Tuhan kasihani kami.<br />PF: Ya Allah ajar kami untuk tidak bersandar pada dosa-dosa kami, ajar kami untuk tidak bersandar pada kesulitan-kesulitan yang kami alami, ajar kami untuk tidak bersandar pada kesombongan, dan ajar kami untuk tidak bersandar pada hati yang keras. Ajar kami ya Tuhan untuk bersandar pada cinta kasih- Mu, ajar kami juga untuk belajar menaruh kepercayaan kepada Engkau, dan ajar kami juga untuk bersandar pada kelemahlembutan. Dengan kerendahan hati kami memohon.<br />J: (menyanyikan KJ 42) Tuhan kasihani, Kristus kasihani, Tuhan kasihani kami.<br />PF+J: Amin.<br /><br />7. Berita Anugerah (jemaat berdiri)<br /> PL : “Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada- Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada- Ku (Maz. 91: 14-16)”.<br /> J : ( menyanyikan) NKB 54 “Muliakanlah Hai Jiwaku”.<br /><br />8. Nyanyian Jemaat: NKB 34 “Setia-Mu, Tuhan-Ku, Tiada Bertara” (jemaat duduk) <br /> <br />LITURGI PELAYANAN FIRMAN<br /><br />9. Doa pelayanan firman<br /><br />10. Pembacaan pertama : Habakuk 1: 1-4, 2: 1-4<br />Lektor : Demikianlah Sabda Tuhan.<br />J : Syukur kepada Allah.<br /><br />11. Pembacaan Mazmur: Mazmur 37: 1-9<br /><br />12. Pembacaan kedua : II Timotious 1: 1-14<br />Lektor : Demikianlah sabda Tuhan.<br />J : Syukur kepada Allah. <br /><br />13. Nyanyian Haleluya : KJ 473b “Haleluya”<br /><br />14. Pembacaan Injil : Lukas 17: 5-10<br /> PF : Demikianlah Injil Yesus Kristus.<br /> J : Terpujilah Kristus.<br /><br />15. Khotbah <br /><br />16. Saat Hening<br /><br />17 . Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel (jemaat berdiri)<br /> PL : Marilah kita bersama dengan seluruh orang percaya di segala abad dan tempat mengucapkan pengakuan iman nicea konstantinopel, yang berbunyi demikian:<br /> PL+J : Aku percaya kepada satu Allah, <br /> Bapa yang mahakuasa,<br /> Pencipta langit dan bumi,<br /> Segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.<br /> <br /> Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus,<br /> Anak Allah yang tunggal, <br /> yang lahir dari Sang Bapa. <br /> sebelum ada segala zaman,<br /> Allah dari Allah, Terang dari Terang, <br /> Allah yang sejati dari Allah yang sejati,<br /> diperanakkan, bukan dibuat,<br /> sehakekat dengan sang Bapa,<br /> yang dengan perantaraan-Nya,<br /> segala sesuatu dibuat;<br /> yang telah turun dari sorga <br /> untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita,<br /> dan menjadi daging oleh Roh Kudus<br /> dari anakdara Maria, <br /> dan menjadi manusia;<br /> yang disalibkan bagi kita <br /> di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,<br /> menderita dan dikuburkan;<br /> yang bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan isi Kitab-kitab,<br /> dan naik ke surga; yang duduk di sebelah kanan Sang Bapa<br /> dan akan datang kembali dengan kemuliaan<br /> untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati;<br /> yang kerajaan-Nya takkan berakhir.<br /> <br /> Aku percaya kepada Roh Kudus, <br /> yang menjadi Tuhan dan yang menghidupkan<br /> yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak,<br /> yang bersama-sama dengan Sang Bapa <br /> dan Sang Anak disembah dan dimuliakan<br /> yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi.<br /> Aku percaya satu Gereja yang kudus dan am dan rasuli.<br /> Aku mengaku satu baptisan untuk pengampunan dosa.<br /> Aku menanti kebangkitan orang mati<br /> dan kehidupan di zaman yang akan datang.<br /><br /><br />18. Doa Syafaat (jemaat duduk)<br /><br /><br /><br />LITURGI PERSEMBAHAN<br /><br />19. Nyanyian Persembahan: PKJ 146 “Bawa Persembahanmu”<br /> <br />20. Doa Persembahan (jemaat berdiri )<br /><br /><br />LITURGI PERJAMUAN<br /><br />21. Persiapan (jemaat duduk)<br /> PF: Terpujilah Allah yang telah memberikan kita roti ini melalui hasil dari bumi dan dari pekerjaan manusia, biarlah ini menjadi roti kehidupan.<br /> J: Terpujilah Allah, kini dan selamanya.<br /> PF: Terpujilah Allah yang telah memberikan anggur ini melalui hasil dari bumi dan dari pekerjaan manusia, biarlah ini menjadi Anggur yang kekal dalam kerajaan-Mu.<br /> J: Terpujilah Allah, kini dan selamanya.<br /> PF: Butiran padi yang berserakan dan butiran anggur yang tersebar telah terkumpul diatas meja ini sebagai roti dan anggur. Biarlah seluruh gereja-Mu juga bersatu sebagai satu kesatuan dalam dunia ini untuk menyambut kerajaan-Mu. <br /> J: Terpujilah Allah, kini dan selamanya!<br /><br />22. Pengarahan Hati<br /> PF: Marilah kita mengarahkan hati kita kepada Tuhan<br /> J: Kami mengarahkan hati kepada Tuhan<br /><br />23. Prefasi dan Sanctus-Benedictus<br /> PF: Kami datang memuliakan Allah dan membawa ungkapan syukur kami. Dengan Berfirman Engkau telah menciptakan segala sesuatu yang baik. Engkau Menciptakan manusia sebagai gambaran-Mu untuk mencerminkan kemuliaan-Mu. Engkau memberikan Kristus sebagai Jalan kebenaran dan hidup, yang mau menerima baptisan dan pengudusan sebagai hamba-Mu untuk memberitakan kabar baik bagi yang lemah. Pada perjamuan yang telah Kristus wariskan ini, mari kita mengingat kematian dan kebangkitan-Nya, dan menyambut kehadiran-Nya sebagai roti dan Anggur. Bersama orang-orang percaya, kami memuliakan nama-Mu.<br /> J: Menyanyikan Sanctus-Benedictus, KJ 310 “Kudus, kudus, kuduslah”<br /><br />24. Epiklese 1<br /> PF: Kuduslah Engkau ya Allah dan segala kemuliaan hanya bagi nama-Mu. Melalui perjamuan ini, berkatilah kami dan curahkanlah Roh Kudus ke dalam hati kami. Kiranya roti dan anggur ini menjadi lambang tubuh dan darah-Mu. <br /> J: Terpujilah Roh Kudus.<br /><br />25. Penetapan Perjamuan<br /> PF: Kita bersyukur dan yakin bahwa Roh Kudus telah dicurahkan atas kita, sehingga dengan iman, kita mengalami kehadiran Kristus bersama kita di sini. Kristus yang pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti, mengucapkan syukur, memecah dan membagikan kepada para murid seraya berkata: Ambilah makanlah, inilah tubuh-Ku yang Kuberikan bagi-Mu. Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku. Kemudian Ia mengambil cawan, mengucapkan syukur dan memberikan kepada para muridNya seraya berkata: Minumlah, inilah darah-Ku; sebagai perjanjian yang baru, tercurah bagi kamu sekalian dan untuk setiap pengampunan dosa. Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku. <br /> J: Kematian Kristus kita beritakan, Kebangkitan Kristus kita rayakan, Kedatangan Kristus kita nantikan. <br /><br />26. Pengenangan akan Kristus<br /> PF: Hari ini kita merayakan pengenangan akan penebusan-Mu ya Allah. Kita dipanggil untuk mengenang kembali akan kelahiran dan kehidupan Kristus, baptisan-Nya, perjamuan-Nya yang terakhir, kematian dan dan turun-Nya dalam dunia orang mati, kebangkitan-Nya serta kenaikan-Nya yang penuh kemuliaan. Kita menantikan kedatangan-Nya kembali. Sebagai persekutuan dalam Kristus, kita mengingat pengorbanan Kristus yang menyelamatkan dan dikaruniakan kepada seluruh umat manusia.<br /> J: Terpujilah Allah, kini dan selamanya!<br /><br />27. Epiklese 2<br /> PF: Perjamuan ini telah Tuhan berikan bagi gereja sebagaimana Engkau memberikan AnakMu sebagai jalan keselamatan. Ketika kami mengambil bagian dalam tubuh dan darah Kristus, penuhilah kami dengan Roh Kudus agar dipersatukan dalam Kristus menjadi satu tubuh dan satu roh, menjadi persembahan yang hidup bagi Allah.<br /> J: Terpujilah Roh Kudus!<br /><br />28. Seruan Pengenangan<br /> PF: Tuhan ingatlah gerejamu yang satu, kudus dan rasuli yang telah Kau tebus melalui darah Kristus. Singkapkanlah kesatuan gereja-Mu, jagalah imannya dan biarkanlah kedamaian senantiasi melingkupi gereja-Mu. Ingatlah juga saudara-saudari kami yang telah meninggal dalam damai Kristus serta para rasul, para martir dan orang-orang Kudus. Bersama semua ini, kami angkat pujian dan menantikan kebahagiaan Kerajaan-Mu bersama seluruh ciptaan, yang telah dibebaskan dari dosa dan kematian, kami akan memuliakan Engkau melalui Kristus Tuhan kami.<br /> J: Terpujilah Allah, kini dan selamanya!<br /> <br />29. Konklusi<br /> PF: Melalui Kristus, dengan Kristus dan di dalam Kristus, segala hormat dan kemuliaan bagi Allah Bapa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, sekarang dan selamanya. <br /> J: Amin <br /><br />30. Doa Bapa Kami<br /> PF: Selaku anak-anak Allah yang dipersatukan di dalam satu baptisan, satu roh kudus dan satu tubuh Kritus, kami berdoa.<br /> J: Bapa kami….<br /><br />31. Salam Damai <br /> PF: Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah menyatakan pada para rasul bahwa Engkau telah memberikan damai sejahtera yang berasal dari Allah. Kiranya Engkau tidak memandang dosa-dosa kami, melainkan memandang iman gerejaMu. Biarlah damaiMu terus kami alami dan membimbing kami kepada persatuan yang sempurna dalam KerajaanMu untuk selama-lamanya.<br /> J: Amin.<br /> PF: Damai Sejahtera dari Allah bersertamu<br /> J: dan besertamu juga.<br /> PF: Mari kita bersalaman sebagai tanda perdamaian dengan sesama. <br /> (jemaat bersalaman sambil mengucap “Damai Tuhan besertamu”)<br /><br />32. Pemecahan Roti<br /> PF: Roti yang dipecahkan ini adalah persekutuan kita dengan Tubuh Kristus. Dan anggur yang dituangkan ke dalam cawan syukur ini adalah persekutuan kita <br /> dengan darah Kristus. Ambilah !<br /> <br />33. Anak Domba Allah (Jemaat menyanyikan KJ.312a “Anak Domba Allah”)<br /><br />34. Komuni<br /><br />35. Doa Syukur<br /> PF: Dalam kedamaian mari kita berdoa kepada Tuhan: Ya Allah kami mengucap syukur karena kami boleh dipersatukan dalam baptisan di dalam tubuh Kristus dan dipenuhi sukacita melalui perjamuan Kudus. Berikanlah kami kepastian dan arah untuk melihat kesatuan gerejaMu dan tolong kami untuk menghargai pengampunanMu. Sekarang kami telah merasakan perjamuan yang telah Engkau persiapkan bagi kami di dalam dunia, biarlah suatu hari kami dapat bersama-sama dalam rumah-Mu yang abadi, melalui Yesus Kristus, anak-Mu, Tuhan kami, dalam kesatuan dengan Roh Kudus.<br /> J: Amin.<br /><br />LITURGI PENGUTUSAN<br /><br />36. Nyanyian Pengutusan : NKB 210 “Kuutus Kau”<br /><br />37. Pengutusan <br />PF: Kembalilah dalam hidup sehari-hari dan lakukanlah Firman Tuhan di dalam pergumulan hidup.<br /><br />38. Berkat<br /> PF: Dan terimalah berkat-Nya: “TUHAN memberkati engkau dan melindungi<br /> engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi<br /> engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan <br /> memberi engkau damai sejahtera. Amin.<br /> J : (menyanyikan) KJ 478a. “Amin, amin, amin”.<br /><br /><br /><br /><br />Nama Kelompok : Budiningrum Sunny N.W, Olo D. S, Stella L.H, Yanti P. N<br />Semester : 7 (tujuh)<br />Mata Kuliah : Memimpin Ibadah<br />Dosen Pengampu : Pdt. Rasid Rachman, M.ThRasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7986112957995200208.post-12208377225985630402010-08-23T20:15:00.000-07:002010-09-09T03:37:39.855-07:00SILABUS IBADAH AKTUALITA DAN KONTEMPORERMAGISTER MINISTRI (Semester 3)<br /><br /><br />Mahasiswa mendapatkan gambaran umum tentang berteologi melalui selebrasi gereja (perayaan) yang disebut liturgi. Memberperankan simbol melalui hari-hari raya, pembacaan Alkitab, dan nyanyian merupakan bentuk berteologi yang perlu dipahami oleh mahasiswa.<br /><br />Tatap muka 1<br />- perkenalan, penjelasan silabus, dan tata cara perkuliahan.<br />- etimologi liturgi<br />- liturgiologi: teologi perayaan<br /><br />Tatap muka 2<br />- simbol liturgis dan penggunaannya di dalam liturgi dan tata ruang<br />- liturgi sebagai teologi perayaan<br /><br />Tatap muka 3<br />- hari raya liturgi dan liturgi hari Minggu<br />- teologi liturgi masa raya Paska<br /><br />Tatap muka 4<br />- teologi liturgi masa raya Natal<br />- teologi liturgi harian dan maknanya bagi kehidupan spiritualitas<br /><br />Tatap muka 5<br />- leksionari dan penyusun perencanaan liturgi<br />- jenis-jenis dan model liturgi zaman kontemporer<br /><br />Tatap muka 6<br />- liturgi ekumenis dan konvergensi liturgi<br />- Unsur-unsur liturgi<br /><br />Tatap muka 7<br />- Nyanyian jemaat<br />- Mid-trimester: essay<br /><br />Tatap muka 8<br />- Presentasi 1: Liturgi hari Minggu November 2010 (Sujud)<br />- Presentasi 2: Liturgi Minggu Adven III 2010 (David)<br /><br />Tatap muka 9<br />- Presentasi 3: Liturgi Natal 25 Desember 2010 (malam) (Vanda)<br />- Presentasi 4: Liturgi Epifania 6 Januari 2011 (Ria)<br /><br />Tatap muka 10<br />Presentasi 5: Liturgi Harian (pagi) (Amisanta)<br />- Presentasi 6: Liturgi Harian (malam) (David)<br /><br />Tatap muka 11<br />- Presentasi 7: Liturgi Rabu Abu 2011 (Ria)<br />- Presentasi 8: Liturgi Prapaska 2011 (Hulman)<br /><br />Tatap muka 12<br />- Presentasi 9: Liturgi Minggu Palem dan Sengsara 2011 (Vanda)<br />- Presentasi 10: Liturgi baptisan (Indra)<br /><br />Tatap muka 13<br />- Presentasi 11: Liturgi Kamis Putih (Bowo)<br />- Presentasi 12: Liturgi perjamuan kudus (Hulman)<br /><br />Tatap muka 14<br />- Presentasi 13: Liturgi Jumat Agung 2011 (Bowo)<br />Presentasi 14: Liturgi Paska (Amisanta)<br /><br />Tatap muka 15<br />- Presentasi 15: Liturgi Perkawinan (Sujud)<br />- Presentasi 16: Liturgi Pentakosta 2011 (Indra)<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Buku bacaan dan sumber:</span><br />Cheslyn Jones, dkk., <span style="font-style:italic;">The Study of Liturgy</span>, Oxford University Press.<br />E. Martasudjita, <span style="font-style:italic;">Pengantar Liturgi: Makna, sejarah, dan Teologi Liturgi</span>, Kanisius.<br />James White, <span style="font-style:italic;">Introduction to Christian Worship,</span> Abingdon Press.<br />Rasid Rachman, <span style="font-style:italic;">Hari Raya Liturgi: Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja</span>, BPK GM.<br />Susunan leksionari (www.cresourcei.org/lection.html)Rasid Rachmanhttp://www.blogger.com/profile/14640068712845062579noreply@blogger.com2