Kamis, 11 Maret 2010

SEEKER

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI JAKARTA
Nama : Rahel Sermon Harapani Daulay
Semester : 8 (delapan)
Mata Kuliah : Sejarah Rumpun Liturgi
Dosen : Pdt. Rasid Rachman M. Th.

Seeker Service

I. Pendahuluan
Beberapa minggu terakhir kita telah diperkenalkan pada beberapa jenis liturgi yang masih eksis dan senantiasa berkembang hingga dewasa ini atau sering dikenal dengan istilah liturgi kontemporer. Saat ini topik pembahasan kita masih seputar liturgi kontemporer yang dispesifikkan pada liturgi Seeker (Seeker Service). Liturgi ini jarang ditemui di Indonesia oleh karena perkembangannya di Indonesia belum terdengar. Liturgi seeker ini sangat berkembang terutama di wilayah Amerika. Konsep dan tata cara yang dikembangkan dalam liturgi seeker ini agak sedikit berbeda dibandingkan dengan liturgi-liturgi yang sedang berkembang saat ini. Konsep liturgi dilandaskan pada suatu pemahaman teologis yang partikular. Liturgi ini memiliki keunikan tersendiri dan lewat keunikan yang dinilai mampu menyentuh kebutuhan spiritual itulah banyak orang tertarik mengikuti ibadah ini.

II. Apa itu Seeker Service?
Berbicara mengenai Seeker Service, kita bisa melihat bahwa setiap liturgi merupakan Seeker Service yang dibuat untuk menghormati dan memuliakan Dia (The Seeker) yang mencari penyembah-penyembah yang benar, yaitu yang melandaskan penyembahannya pada Firman Tuhan. Kita manusia harus menjadi Seeker Sensitive, artinya orang-orang yang peka terhadap panggilan Allah (The Seeker). Berangkat dari pemahaman teologis inilah mulai dikembangkan Liturgi Seeker (Seeker Service) yang merupakan sebuah bentuk evangelisasi yang tidak hanya sekadar ibadah aktual. Liturgi ini didisain sebagai suatu seruan orang-orang yang belum mempunyai latar belakang agama dan juga sebagai suatu wadah bagi orang percaya (believers) untuk membawa jiwa-jiwa yang mereka cari. Yang menjadi tujuan utama liturgi seeker ini adalah untuk mengkhususkan ibadahnya sebagai sebuah ibadah yang menekankan pada pertumbuhan orang Kristen dan secara khusus mencari jiwa-jiwa yang belum percaya (non-believing friends). Melihat dari pengertian dan tujuan yang dijabarkan di sini, liturgi seeker pada dasarnya tidak membawa kita menjauhi pemahaman yang ada tentang gereja-gereja saat ini. Bisa dikatakan bahwa hampir seluruh gereja mempunyai tujuan dan prinsip yang sama mengenai pertumbuhan gereja. Namun, yang berbeda adalah bagaimana pengaktualisasian pemahaman tersebut dalam tata cara peribadahan mereka.

III. Latarbelakang Sejarah Liturgi Seeker
Kelompok seeker mulai muncul di masyarakat pertengahan tahun 1970-an. Kelompok yang berinisiatif tersebut merupakan orang-orang yang pada dasarnya sudah terdaftar dalam keanggotaan gereja tradisional dan mereka juga mewarisi pemahaman kekristenan mereka dari gereja mereka tersebut. Liturgi seperti ini didisain untuk kaum muda (profesional muda) sampai orang tua. Oleh sebab itu tata caranya juga menyesuaikan dengan rentang usia tersebut.

a. Pergumulan teologis sebagai latarbelakang
Niat mereka untuk membuat liturgi seeker diawali dengan pergumulan yang melihat serta mempertanyakan keberadaan gereja-gereja (tradisional) pada saat itu melihat masih banyak orang-orang yang belum percaya dan belum memiliki keanggotaan di gereja. Oleh kelompok tersebut, gereja pada saat itu dirasa kurang mampu berkomunikasi dengan orang-orang yang belum belum mengakui imannya (unchurched). Artinya ketika seseorang yang belum mengenal gereja dibawa masuk ke dalam gereja, mereka akan sangat merasa asing dengan dunia tersebut. Mereka akan menemukan musik yang berbeda dan tidak familiar bagi mereka. Bahkan terkadang gereja juga menggunakan bahasa yang terlalu sulit untuk menyampaikan pengajaran Firman Tuhan kepada umat. Jangan sampai ketika kita membawa orang-orang baru ke gereja seolah seperti membawa mereka ke planet Mars.
Berangkat dari pergumulan inilah liturgi Seeker mulai bertumbuh. Dengan titik tolak pemahaman bahwa semua orang jangan sampai tinggal dalam dunia yang jauh dari Allah dan tidak mengenal Kristus. Banyak orang-orang yang seperti ini di luar sana dan mereka semua harus diperkenalkan dengan Injil. Dengan demikian dibentuklah sebuah liturgi yang dianggap mampu mengena kebutuhan spiritual manusia.
Satu minggu orang-orang telah bergelut dengan berbagai macam pekerjaan dan mungkin tanpa pernah berhenti sebentar untuk berdoa dan membaca Firman Tuhan. Kemudian pada hari minggunya, kita pergi ke gereja bernyanyi, duduk atau mengangkat tangan. Hal seperti ini dinilai sebagai sebuah kemunafikan (hypocritical). Ibadah bukanlah sesuatu yang hanya dilakukan beberapa jam dalam satu hari, akan tetapi ibadah sudah seharusnya menjadi gaya hidup yang dilakukan setiap saat. Pemahaman teologi ini merupakan latarbelakang untuk menciptakan sebuah liturgi yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan para profesional tersebut. Penyembahan yang seperti inilah yang ingin dikembangkan oleh kelompok seeker.
Untuk mengawali konsep liturgi ini kelompok seeker mulai memasukkan drama dan musik kontemporer yang dapat membawa hati kepada Allah. Ibadah biasa dilakukan beberapa hari dalam seminggu (di sore hari) dan minggu pagi. Pada hari minggu ibadah dilakukan pagi-pagi sekali, dengan asumsi bahwa orang-orang yang datang mungkin harus menghadiri gerejanya masing-masing. Ibadah seeker ini biasanya diisi dengan drama-drama yang ceritanya menggambarkan kehidupan sehari-hari, ada juga slide-show dengan multi media yang menampilkan gambar-gambar realitas kehidupan, terkadang diisi juga dengan menonton dan refleksi bersama.

b. Tokoh-tokoh dalam liturgi seeker
Seorang pendeta senior, Bill Hybels, merupakan salah satu pendiri gereja yang menggunakan liturgi seeker. Pengalamannya diawali ketika ia menghadiri sebuah ibadah karismatik (South Park Church’s youth ministry). Ibadah tersebut menjadi inspirasi baginya untuk menciptakan sebuah liturgi yang selama ini telah diimpikannya, yaitu suatu liturgi yang kaya dan menyentuh, di mana kehadiran Allah dirasakan begitu dalam dan nyata dan setiap hati dapat mengalami perubahan, dan menggunakan musik, drama, serta pengajaran Alkitab yang relevan. Usaha untuk merealisasikan itu dilakukan oleh Bill secara perlahan-lahan. Bill mulai mengajarkan jemaatnya mengenai penyembahan yang benar dan bagaimana kita seharusnya melakukan ibadah kita kepada Allah. Langkah Bill Hybels kemudian sepertinya telah membawakan sebuah hasil, pada tanggal 12 Oktober 1975, Bill membuat satu persekutuan dengan menyewa sebuah gedung teater di Willow Creek, Palatine. Persekutuan kecil itu kemudian berkembang dan bertumbuh menjadi sebuah gereja Willow Creek Community Church.
Rick Warren, seorang penulis terkenal dan seorang pendeta di gereja Saddleback Valley Community Church, merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam pertumbuhan liturgi seeker. Gereja yang didirikannya tersebut merupakan gereja yang lahir dari pengalaman yang sama dengan liturgi seeker. Namun, menurutnya banyak kritik yang bermunculan berkenaan dengan liturgi semacam ini. Dikatakannya bahwa liturgi seeker dikemas hanya untuk memenuhi kepuasan konsumen. Dalam hal ini ibadah tersebut hanya untuk memberi kepuasan kepada orang-orang yang belum percaya. Warren sendiri menanggapi kritik tersebut dengan mengatakan bahwa yang benar adalah ibadah itu dilakukan untuk memuaskan Someone. Artinya Allah (The Seeker) merupakan tujuan ibadah.
Warren merupakan orang yang cukup menekankan praktis dalam teologinya. Dia menulis 3 hal yang menjadi elemen penting dan tidak dapat dinegosiasikan lagi dalam liturgi Seeker:
1. Memperlakukan orang yang belum percaya dengan kasih dan hormat
2. Mengaitkan ibadah dengan kebutuhan mereka
3. Menyampaikan Firman Tuhan dengan praktis, dan mudah dimengerti.
Tujuan utamanya adalah memperkenalkan Yesus kepada orang-orang yang sama sekali belum mengenal Dia.
Rob Frost, evangelis dari British Methodist Church, merupakan orang yang mendukung gaya liturgiseeker. Kontribusi Frost bagi kelompok seeker yaitu melayani orang-orang di pub-pub dan tempat-tempat umum di Inggris lewat drama teaterikal dan sebagainya, kemudian mengajak mereka untuk bergabung dengan jemaat di kapel Methodist setempat.

IV. Perkembangan Liturgi Seeker
Liturgi Seeker yang asli dapat ditemukan di Willow Creek Community Church, di sebuah kota kecil di Chicago, Baringgton Selatan, Illinois. Didirikan oleh Bill Hybels. Pada awal berdirinya gereja ini melakukan ibadahnya di gedung teater di Willow Creek, sebagai pengganti gedung gereja. Kenyamanan tempat dan lahan parkir yang luas menjadi hal yang cukup diperhatikan. Ibadah dilakukan pada hari Rabu, Kamis sore, Sabtu malam, dan pada Minggu pagi biasanya dilakukan outreach. Jemaat akan datang dan membawa teman-temannya (yang belum percaya) untuk diperkenalkan dengan iman Kristen dan komunitasnya. Pada hari itu konsep ibadah yang disajikan berupa presentasi tentang Injil lewat hiburan Kristen (drama, musik, dll), kesaksian iman jemaat, sebuah sermon tentang isu kehidupan nyata yang kemudian direfleksikan berdasarkan sudut pandang Kristen. Yang bertugas dalam ibadag merupakan tim-tim yang cukup profesional di bidangnya masing-masing (drama, musik band, penyanyi, dll). Dalam liturgi ini yang biasa dilakukan adalah bernyanyi (dengan model praise and worship), dan melakukan perayaan Perjamuan Kudus setiap bulannya.
Willow Creek merupakan gereja yang sangat berkembang di Amerika Utara dan merupakan gereja terbesar kedua di United States. Asosiasi Willow Creek berkembang sangat pesat dalam melakukan pelayanan bagi orang-orang yang belum percaya (unchurched). Menurut Webber, liturgi seeker dianggap dapat memenuhi dan menyentuh kebutuhan seseorang, yaitu mengarahkan jemaat kembali kepada Allah di dalam ketersesatannya. Dengan ibadah seperti ini, gereja membantu umat untuk mendengar suara Allah dalam kehidupan mereka dan merasakan sentuhan yang Ilahi.
Contoh liturgi Seeker yang lain adalah Saddleback, gereja yang didirikan oleh Rick Warren. Warren mengawali gerejanya tersebut dengan langsung menspesifikkan ibadahnya pada tujuan untuk pertumbuhan Kristen dan mencari orang-orang yang belum percaya. Warren agaknya mempunyai pemikiran-pemikiran yang praktis mengenai gereja dan ibadahnya, seperti 3 hal yang dikemukakan di atas.
Perkembangannya di Indonesia, agaknya kurang bisa dispesifikkan. Jika melihat dari beberapa konsep ibadah dan tata liturgi yang diterapkan dalam liturgi Seeker, maka kita bisa menemukan persamaannya di beberapa gereja di Indonesia. Ada beberapa ciri ibadah seeker ini yang mirip dengan ibadah yang ada di Indonesia. Contohnya seperti pelayanan menjangkau orang-orang di pub (tempat-tempat yang sekuler sifatnya), di Indonesia Gereja Tanpa Tembok, yang didirikan oleh Frangky Sihombing, juga merupakan gereja yang mempunyai tujuan ke arah sana.
Jika dilihat dari ciri yang menyajikan ibadah dengan tim-tim yang profesional (artis), maka kita juga menemukan persamaannya dengan JPCC (Jakarta Praise Community Church), di mana para petugas yang berpartisipasi dalam ibadah merupakan orang-orang yang profesional di bidangnya. Rentang usia yang menjadi sasaran Willow Creek Community Church, yaitu sekitar 25-50 (usia pekerja), juga memiliki kesamaan dengan JPCC, yang sasaran ibadahnya adalah usia sekitar 20-45 (usia pekerja juga).
Dari persamaan-persamaan di atas kita bisa simpulkan bahwa pengaruh liturgi Seeker sebenarnya sudah masuk ke Indonesia. Namun, istilah liturgi Seeker belum familiar di telinga masyarakat Indonesia.

V. Pandangan Gereja Seeker terhadap Gereja Arus Utama
Lahirnya gereja seeker tidak lepas dari partisipasi beberapa orang yang sebelumnya telah mengakui imannya di gereja-gereja tradisional (arus utama). Hanya saja yang berkembang dalam pemikiran mereka adalah bahwa gereja arus utama kurang mampu atau terlalu miskin dalam hal memperkenalkan Injil kepada orang-orang yang belum percaya. Kaum Seeker menganggap gereja arus utama terlalu sulit untuk dimengerti dan dengan kekakuan di dalamnya gereja dianggap sebagai sebuah dunia yang asing bagi orang-orang yang unchurched.
Sekalipun demikian gereja Seeker agaknya bukan menjadi sebuah pelarian, melainkan hanya untuk berusaha mengatasi pergumulan dan kepedulian spiritual kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus. Gereja Seeker bukanlah sebuah gereja yang sifatnya menarik keanggotaan jemaat, melainkan mereka tetap terbuka dan memberi kebebasan kepada pengunjungnya untuk beribadah ke gerejanya masing-masing. Oleh sebab itu ibadah Seeker dilakukan di luar jam peribadahan minggu pada umumnya.


VI. Penutup
Seeker Service atau liturgi Seeker merupakan sebuah wadah untuk memperkenalkan Injil dan Kristus melalui cara-cara yang tidak jauh berbeda dengan apa yang biasa ditemui sehari-hari. Konsep yang dikemas dalam liturgi seeker ini sengaja dibuat sedemikian rupa, dalam upaya agar orang-orang yang menjadi sasaran dapat masuk tanpa merasa asing dan dia pun dapat lebih flexibel dalam kehidupan spiritual pribadi.
Dari konsep liturgi seeker yang kita lihat pada Willow Creek Community Church ini, ada 4 hal yang cukup ditekankan dalam ibadahnya:
1. Tempat peribadahan yang nyaman, beserta lahan parkir yang luas.
2. Penampilan tim-tim profesional sebagai Christian Entertainment (baik dalam hal musik maupun drama)
3. Isi dari ibadahnya adalah pembahasan isu-isu terkini dan mencoba mengaitkannya dengan Firman Tuhan
4. Memperlakukan orang-orang yang belum percaya atau belum memiliki keanggotaan gereja (unchurched people) dengan kasih, karena mereka merupakan yang menjadi sasaran dari ibadah ini.
Liturgi seeker, menurut saya, memiliki kelebihannya yaitu mampu memahami dan menyajikan isi Alkitab lewat hal-hal yang bisa diterima oleh masyarakat luar. Namun, sekalipun demikian dia tetap bukan liturgi yang terbaik untuk dapat membawa umat bisa mengenal dan menghayati Allah dalam hidupnya. Setiap liturgi memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri. Apakah liturgi itu baik atau tidak, itu dapat kita lihat setelah ia berhasil atau tidak menunjukkan wujudnya (menjadi kesaksian iman) dalam pengalaman spiritual setiap individu.

Daftar Pustaka
Basden, Paul, et. al. 2004. Exploring the Worship Spectrum 6 Views. Michigan:
Zondervan.
Langford, Andy. 1999. Transitions in Worship. Nashville: Abingdon Press.
Webber, Robert (ed.). 1993. Introducing Worship Renewal, Massachusetts:
Hendrickson Publishers.
_____________. 2000. Blended Worship. Massachusetts: Hendrickson Publishers.


www.challies.com, “Worshipping The Seeker”, 28 September 2004.
www.challies.com, “Seeker Services”, 25 Oktober 2004.
www.challies.com, “Thought of Worship”, 19 September 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar